Judul Buku : Alif Ba’ Ta’ dan Konferensi Meja Bualan
Judul Karya : Seuntai Nasihat
Penulis : Fitri Aisyah A. M
Penerbit : AE Publishing
Tahun terbit : Cetakan Pertama, Maret 2021
Jumlah halaman karya : 8 halaman
Jumlah halaman karya : 197 halaman
ISBN : 978-623-306-531-3
Peresensi : Putri Utami Octaviya, S.Pd
Sinopsis:
Di tengah pandemi COVID-19 yang mengguncang seluruh dunia, banyak cerita yang muncul mengenai bagaimana individu dan komunitas beradaptasi dengan kondisi baru yang penuh tantangan. Salah satu cerita menarik yang menggambarkan perjuangan seorang anak santri yang mondok di masa pandemi ini hadir dalam cerpen berjudul Seuntai Nasihat. Cerpen ini mengangkat tema kehidupan seorang santri yang berusaha menjalani rutinitasnya di pesantren dalam kondisi yang serba terbatas, dengan segala keterbatasan yang dihadapi akibat pandemi. Seuntai Nasihat merupakan sebuah cerpen dalam antologi cerpen berjudul Alif Ba’ Ta’ dan Konferensi Meja Bualan. Karya tangan generasi bangsa SMA Nuris Jember bernama Fitri Aisyah yang mengangkat tema sosial dengan pendekatan yang sangat kuat terhadap persoalan moralitas dan kehidupan dalam pondok pesantren.
Pondok pesantren terkenal di wilayah Jawa Timur ini terlihat aman, tentram dan damai. Tapi ternyata kondisi di dalam pondok tak seperti yang terlihat darii luar. Terdapat salah satu santri putri yang selalu terkena masalah, namanya Zani. Hampir setiap hari selalu ada saja masalah yang ia timbulkan. Lain lagi dengan seorang santri bernama Yeni. Dia terkenal sebagai santri berprestasi diimbangi dengan perilakunya yang sangat baik. Ia tak pernah melanggar aturan. Apalagi sekarang sedang marak-maraknya Covid-19.
Meski Zani tinggal di pondok yang seharusnya menaati protokol kesehatan secara ketat, justru melanggar aturan yang ada demi memenuhi keinginannya sendiri. Zani merasa bahwa ia bisa menghindari bahaya COVID-19 tanpa perlu terlalu takut atau mematuhi kebijakan yang sudah ditetapkan. Segala upaya yang telah dilakukan oleh Yeni ditolak mentah. Yeni termasuk gadis yang sangat memerdulikan kondisi temannya. Entah apa yang ada dibenak Zeni hingga tak ada satupun tindakan baik dari Yeni yang ia terima. Itulah kebiasaan Zani, tidak mau mendengarkan nasihat orang lain. Jangankan Yeni, nasihat dari ustadzahnya saja selalu ia bantah.
Zani sering membeli makanan yang pedas dan bersoda, tidak pernah ikut senam pagi yang diadakna pondok. Idak pernah mau memakai masker ketika di luar ruangan. Tidak memcuci tangan. Apapun aturan terkait protokol kesehatan tidak pernah ia lakukan. Hingga pada suatu hari tubuh Zani terlihat lemas, wajahnya pucat dan demam tinggi. Ustadzah Rifki yang mengetahui hal ini segera membawa Zani ke rumah sakit terdekat. Pihak ruamh sakit segera menangangi Zani dengan sigap.
Setelah menunggu beberapa jam akhirnya tes kesehatan Zani telah keluar. Dokter memberitahukan kepada ustadzah bahwa Zani harus menjadani rawat inap dan isolasi diri di rumah sakit karena terpapar virus Covid-19. Hasil rapit test yang dilakukan oleh pihak rumah sakit menunjukkan adanya virus mematikan ini dalam tubuh Zani. Ustadzah sangat terkejut mendengar hal ini dan membiarkan Zani untuk menjalani perawatan di rumah sakit. Mungkin ini adalah hukuman dari Allah agar Zani bisa berubah menjadi seorang gadis yang lebih baik lagi.
Dua bulan berlalu, kini Zaki kembali pulih. Ia kembali ke pondok pesantren dengan penampilan yang berbeda. Kemudian ia meminta maaf kepada ustadzah dan Yeni karena ia menyadari bahwa selamana ini sikapnya sempat mengecewakan. Tak lupa ia juga berterima kasih kepada Ustadzah Rifqi karena telah menyelamatkan nyawanya dengan sigap membawa ke rumah sakit di saat masa kritisnya.
Kelemahan:
Meskipun cerpen ini memiliki tema yang kuat, alur cerita terasa cukup linear dan mudah ditebak. Pembaca dapat dengan cepat merasakan bahwa melanggar aturan akan berakhir dengan konsekuensi buruk, seperti yang terjadi pada Zani. Hal ini bisa membuat pembaca merasa isi cerita kurang memiliki kejutan atau twist yang menyegarkan.
Kelebihan:
Penutupan cerpen yang menggambarkan penyesalan Zani setelah ia tertular COVID-19 sangat menyentuh. Ini tidak hanya memberikan pelajaran bagi Zani sebagai karakter dalam cerita, tetapi juga bagi pembaca tentang pentingnya tanggung jawab sosial dan kedisiplinan dalam menjalani kehidupan.