Resensi Karya Sastra MTs Unggulan Nuris : Jiwa Kesantrian

Judul Buku                            : Kala Petang

Judul Karya                          :  Jiwa Kesantrian

Penulis                                    : Adelia Septi Candra Winata  

Penerbit                                : Jagat Liter

Tahun terbit                          : Cetakan Pertama, Maret 2023

Jumlah Halaman Buku        : 108 halaman

Jumlah Halaman Karya      : 1 halaman

QRBN                                     : 62-896-8053-898

Peresensi                               : Dewi Ernawati, S.Pd

Sinopsis

Puisi ini membuka dengan sapaan lembut “Oh santri,” menggambarkan rutinitas harian seorang santri yang penuh dengan aktivitas menghafal dan mengaji. Lebih dari sekadar kewajiban, kegiatan ini diiringi dengan doa yang selalu dipanjatkan, menciptakan gambaran seorang pelajar agama yang tekun dan khusyuk dalam mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Paragraf berikutnya menyoroti ketekunan dan pengabdian seorang santri dalam menjalani kehidupannya. Digambarkan bahwa tirakat mereka dilakukan tanpa henti, sebuah metafora untuk kesungguhan dalam beribadah dan menuntut ilmu. Motivasi utama di balik segala upaya ini adalah harapan untuk meraih ridha ilahi, menunjukkan orientasi spiritual yang mendalam dalam setiap tindakan mereka.

Kemudian, puisi ini melukiskan semangat seorang santri dalam mengawali hari. Meskipun pagi baru saja tiba, langkah mereka sudah terayun tanpa lelah dalam mencari ilmu. Tujuan mulia ini adalah sebagai bekal yang akan diberikan oleh Abi dan Umi, panggilan hormat untuk orang tua atau pengasuh di lingkungan pesantren, menekankan pentingnya restu dan dukungan dari figur otoritas dalam perjalanan menuntut ilmu.

Di bagian akhir puisi, terdapat ungkapan harapan dan doa yang tulus. Doa seorang santri senantiasa dinanti dan diharapkan oleh orang lain. Selain itu, terdapat pula doa bersama agar para santri meraih kesuksesan dan senantiasa mendapatkan berkah ilahi, menciptakan suasana kebersamaan dan saling mendoakan dalam komunitas pesantren.

Secara keseluruhan, puisi “Jiwaku Kesantrian” ini merangkum esensi kehidupan seorang santri yang diwarnai dengan ketekunan dalam beribadah, semangat dalam menuntut ilmu, pengabdian yang tulus, serta harapan dan doa untuk meraih ridha Allah dan kesuksesan. Puisi ini memberikan gambaran yang indah dan mendalam tentang nilai-nilai spiritual dan dedikasi yang melekat pada jiwa seorang santri.

Kelebihan

  1. Gambaran kehidupan santri yang jelas. Puisi ini berhasil memberikan gambaran yang cukup jelas mengenai rutinitas dan nilai-nilai yang dianut oleh seorang santri. Aktivitas menghafal, mengaji, tirakat, dan semangat mencari ilmu tergambar dengan baik, memberikan pemahaman tentang dedikasi seorang pelajar agama.
  2. Nuansa spiritual yang kuat. Tema pengabdian, harapan ridha ilahi, dan doa menciptakan nuansa spiritual yang kental dalam puisi ini. Hal ini mampu membangkitkan emosi religius dan menginspirasi pembaca untuk merenungkan nilai-nilai keagamaan.
  3. Pesan positif dan menginspirasi. Puisi ini menyampaikan pesan positif tentang pentingnya ketekunan, pengabdian, dan harapan dalam menuntut ilmu dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal ini dapat memberikan motivasi dan inspirasi bagi pembaca, terutama bagi mereka yang berada di lingkungan pesantren atau memiliki ketertarikan pada nilai-nilai keagamaan.

Kekurangan

  1. Kurangnya penggunaan majas yang mendalam: Meskipun bahasa yang digunakan sederhana, puisi ini cenderung kurang dalam penggunaan majas. Penggunaan Majas metafora, simile, atau personifikasi yang lebih banyak bisa membuat puisi ini terasa lebih hidup dan memberikan dimensi makna yang lebih luas.
  2. Eksplorasi tema kurang mendalam. Beberapa aspek dalam kehidupan santri, seperti dinamika interaksi antar santri, tantangan dalam menuntut ilmu di pesantren, atau kedalaman spiritual atau prestasi yang lebih personal kurang dieksplorasi sehingga kurang menarik.
  3. Kurangnya keunikan atau kejutan. Meskipun tema dan pesan yang disampaikan baik, puisi ini terasa cukup konvensional dalam penyampaiannya. Kurangnya elemen kejutan atau sudut pandang yang unik bisa membuat puisi ini terasa kurang menonjol dibandingkan dengan puisi-puisi lain dengan tema serupa.
Related Post