Resensi Karya Sastra SMA Nuris Jember : Pendar Doa Yang Bercahaya

Judul Buku                            : Alif Ba’ Ta’ dan Konferensi Meja Bualan

Judul Karya                          : Pendar Doa Yang Bercahaya

Penulis                                    : Wardah Salsa Bila

Penerbit                                 : AE Publishing

Tahun terbit                          : Cetakan Pertama, Maret 2021

Jumlah halaman karya        : 6 halaman

Jumlah halaman buku          : 197 halaman

ISBN                                       : 978-623-306-531-3

Peresensi                                : Putri Utami Octaviya, S.Pd

Sinopsis:

Pendar Doa Yang Bercahaya merupakan sebuah cerita pendek yang ditulis oleh siswi SMA Nuris Jember. Judul karyanya bersanding dengan 27 judul lainnya dalam sebuah antologi cerpen karya siswa-siswi SMA Nuris Jember yang berjudul Alif Ba’ Ta’ dan Konferensi Meja Bualan. Tema yang diangkat dalam karyanya ialah tentang tekat seorang santri pada masa pandemi. Seperti kita tahu bahwa corona sangat mudah menyebar dan telah merugikan banyak kalangan.

Menyebarnya wabah corona sangat merugika seluruh penduduk dunia. Terlebih kepada para penerus bangsa. Bagaimana kondisi pendidikan saat ini? Bagaimana kondisi pendidik dan tunas bangsa yang sedang giat-giatnya menuntut ilmu? Apa yang dilakukan santri lain ketika berada di pondok? Semua pertanyaan itu memenuhi isi kepalaku. Selama pandemi ini membuatku harus diam di rumah. Kesunyian adalah temanku baru-baru ini. Kadang kala aku merindukan keramaian di pesantren temppatku menuntut ilmu.

Ustad selalu mengirim tugas melalui ponsel milikku. Aku lelah seperti ini terus. Ingin rasanya aku kembali ke penjara suci itu bersama dengan beberapa malaikat yang selalu bersama denganku. Rasa rindu itu membuatku mencari informasi terkait kondisi pesantrennya saat ini. Canggihnya media sosial saat ini memudahkanku mendapatkan informasi yang sedang kucari. Betapa terkejutnya diriku, saat mengetahui ternya pondok pesantrentu sedang terpapar virus mematikan ini. Hal ini membuatku semakin membenci Covid-19.

Hari demi hari berlalu, hingga bulan pun telah berganti. Selama itu pula aku membulatkan tekat untuk kembali ke pondok menemani teman-temanku di sana. Aku ingin melewati suka duka kehidupan ini bersama mereka. Tapi aku terkejut saat melihat kondisi jalanan sekitar pondok yang sangat sepi. Tak ada seorangpun berlalu lalang. Hingga akhirnya aku bertemu dengan Ustad di depan pintu gerbang. Aku mendapatkan informasi bahwa seluruh santri dipulangkan demi menjaga kesehatan agar tidaak semakin menyebar luas virus corona ini. Aku dan Ustad mulai mendoakan kondisi saat ini agar segera membaik.

Kelebihan:

Cerita yang disajikan sesuai dengan realita yang ada. Mungkin juga ada beberapa pembaca yang juga mengalami hal sama seperti yang disajikan oleh penulis.

Kekurangan:

Permasalahan yang terdapat dalam cerpen ini terkesan klise dengan ending yang juga kurang memperjelas bagaimana akhir dari konflik yang disajikan. Tokoh utama juga kurang dijelaskan secara detail mengapa ia tak diperbolehkan mengikuti pembelajaran tatap muka secara langsung seperti teman-teman lainnya di pondok.

Related Post