Judul Buku : Alif Ba’ Ta’ dan Konferensi Meja Bualan
Judul Karya : Berkibar Walau Pandemi
Penulis : Desty Agilia Putri
Penerbit : AE Publishing
Tahun terbit : Cetakan Pertama, Maret 2021
Jumlah halaman karya : 6 halaman
Jumlah halaman buku : 197 halaman
ISBN : 978-623-306-531-3
Peresensi : Putri Utami Octaviya, S.Pd
Sinopsis:
Persiapan barisan pagi ini untuk memulai upacara bendera, diujung barisan seorang santriwati paskibra berparas anggun sedang berdiri sembari menunggu Bendera Pusaka dikibarkan. Arifa Putri Andini biasa orang memanggilnya Arifa dengan segala kelebihannya yang menutupi kisah pilu dengan tawa canda yang berhasil ia ciptakan.
Luka mendalam itu masih teringat dibenaknya. Masa dimana Ia dan sahabatnya sedang mengikuti perlmbaan astronomi yag bergengsi. Dua orang gadis yang iri terhadap hasil presentasi memukau dari Arifa dan Lina memfitnah habis-habisan. Mereka mengatakan didepan menonton dan juri bahwa hasil yang telah dibuat oleh Arifa dan Lina atas bantuan penuh dari ayah Arifa karena ayah Arifa sangat cerdas dalam bidang astronomi. Arifah telah menyangkan atas tuduhan itu. Tapi tak ada yang percaya kecuali sahabat satu timnya yaitu Lina. Mereka telah berusaha menyelesaikan penelitian itu berdua. Tanpa bantuan ayah Arifa sedikitpun. Dengan percakapan tersemut seluruh penonton dan peserta lainnya beranggapan bahwa Arifa dan Lina bekerja curang dalam perlombaan. Hingga akhirnya penonton melemparinya dengan makanan yang dibawanya. Setelah kejadian terssebut Arifa enggan untuk mengikut perlombaan astronomi dan mengubur mimpi menjadi seorang astronomi wanita pertama.
Dua ribu dua puluh menjadi tahun dimana masyarakat saling menjaga jarak dengan orang lain, lupa akan hari kemerdekaan. Hening seakan semua dalam ketakutan. Arifah tak pantang menyerah setelah apa yang diimpikannya kemarin membuatnya takut untuk bangkit. Hari itu ia memilih untuk tetap menjadi pengibar bendera walau seperti apapun keadaannya.
Ponpes As-Sa’adah semenjak covid-19 datang pada bulan Maret tak pernah lagi melaksanakan Upacara Bendera. Seakan pasukan Paskibra telah gagal melakasanakan tugas. Melihat hal ini Arifa mengajak seluruh anggota untuk berkumpul memperbincangkan segala avaluasi demi kemajuan organisasi tercinta. Mereka menginginkan tetap adanya pengibaran bendera meskipun dimusim Corona seperti ini.
Setelah rapat kecil-kecilan itu akhirnya keesokan harinya mereka memberanikan diri memasukkan laporan kepada kesiswaan. Apiran tersebut berisikan terkait agenda pengibaran bendera. Sambil menunggu keputusan dari bapak kesiswaan, mereka salaing menunggu dengan tenang meskipun jantung seakan mau copot. Kabar gembirapun datang, mereka diperbolehkan mengibarkan bendera dengan catatan hanya anggota Paskibra saja yang boleh melihat. Hal ini dikarenakan tidak boleh adanya gerombolan demi menghindari penyebaran virus covid-19.
Kelebihan:
Dari kisah ini dapat diambil anamat yang sangat positif yaitu perlunya berfikir saat kita benar-benar jatuh cobalah berdiri. Jika berdiri tak sanggup maka cobalah mencari jalan lain agar dapat berdiri sempurna. Banyak jalan yang dapat kita ambil. Jika kita tak ada usaha untuk itu maka siap-siap mati ditempat atas keegoisan diri.
Kekurangan:
Banyak sekali kesalahan penulisan dari kosa kata hingga tanda baca. Hal ini membuat pembaca kesulitan dalam mendalami isi bacaran. Selain itu penyajian konflik kurang mendalam sehingga ending dari cerita sangat mudah ditebak.