Judul Buku : Sembah Kidung Sri Tanjung
Judul Karya : Cemburu Tak Bermakna
Penulis : Sheila Ramadhania
Penerbit : AE Publishing
Tahun terbit : Cetakan pertama, Maret 2021
Jumlah halaman karya : 10 halaman
Jumlah halaman buku : 177 halaman
ISBN : 978-623-306-287-9
Peresensi : Putri Utami Octaviya, S.Pd
Sinopsis:
Antologi cerpen hasil karya siswi SMA Nuris Jember ini menjadi tambahan ukiran karya sebagai pengharum almamater sekolah. Karya terbaik dari tangan seorang gadis bernama Sheila Ramadhania berjudul Cemburu Tak Bermakna. Dalam antologi cerpen ini, karyanya mampu bersanding dengan 23 judul cerpen lainnya. Tentunya semua judul dalam Antologi Sembah Kidung Sri Tanjung ini hasil karya siswa-siswi SMA Nuris Jember. Tokoh utama yang penulis gambarkan dalam kisah ini adalah sesosok gadis remaja bernama Halimah.
Halimah adalah gadis yang mengikuti taekwondo dan mempunyai kakak bernama Handoko. Tak seperti kebanyakan orang lainnya, Handoko adalah seseorang yang Tuhan ciptakan dengan begitu spesial. Ia mengidap penyakit langka yaitu down syndrom. Merawat sesseorang yang spesial seperti ini membutuhkan lebih banyak perhatian khusus. Dalam bangunan rumah mungilnya itu, Halimah tak hanya hidup dengan Handoko saja. Ada sesosok sayap surganya yang selalu menemaninya. Ibu tercinta adalah satu satunya manusiaa yang bisa membukakan pintu surga untuknya. Karena sang ayah sudah lebih dulu meninggalkan mereka ke surga. Kini Halimah menjadi tulang punggung keluarga dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Mata Halimah terbuka ketika telinganya tak berhasil menerjemahkan cuaca sekitar ia yakin ini sudah tengah malam tapi memang begini lah kebiasaannya pura-pura telah tidur awal. Menunggu semua penghuni terlelap hingga ia bisa meraih tangan sang bunda untuk dieluskan pada rambutnya. Hari ini Halimah ada tes untuk kenaikan sabuk taekwondo. Semua telah ia persiapkan dengan selalu berlatih secara rutin di hari-hari sebelum ujian berlangsung. Setelah tes selesai, wajah cerah Halimah terukir jelas melihat sabuk taekwondo merah terkalung indah di lengannya. Sengaja tak ia pasang agar bisa langsung menunjukkan kepada sang ibu. Ia yakin ibunya akan bahagia dan bangga. Mungkin juga ibunya akan bersikap lebih peduli setelah ini.
(Baca juga : Raih Juara 3 Lomba OSS Ekonomi, Siswi SMA Nuris Jember Buktikan Kemampuan di Tingkat Lembaga)
Sesampainya di rumah, semua yang ada dalam angan Halimah bertolak belakang. Ibunya tak menyukai atas pencaian kenaikan sabuk taekwondo yang telah diraihnya. Bahkan ibunya langsung membanting sabuk merah itu ke lantai. Sikapnya sangat memperlihatkan bahwa ia sanga membenci prestasi Halimah. Ibunya hanya menjunjung tinggi kebahagiaan dan keamanan untuk kakak Halimah yaitu Handoko. Insiden debat hebat itu membuat Halimah sangat marah. Ia memutuskaan pergi dari rumah meninggalkan Ibu dan Kakaknya.
Seorang gadis sibuk melakoni dunia baru nya tiba-tiba Halimah mendapat kabar bahwa ibunya sakit. Dengan berat hati dan rasaa kecewa yang masih membekas, ia memutuskaan untuk kembali ke rumah. Melihat kehadiran Halimah kemudiaan mereka berkomunikasi secara mendalam. Lagi-lagi Halimah menyampaikan rasa irinya kare ia membutuhkan sosok Ibu. Kemudian ibu menguatkan kembali komitmen dalam dirinya bahwa apa yang telah ia lakukan karena Handoko membutuhkan Ibu, sedangkan bukan Halimah yang butuh Ibu, tetapi Ibulah yang membutuhkan Halimah.
Dari sini Halimah dapat menarik kesimpulan. Ibunya memang tak minta maaf atas kejadian tiga hari lalu. Hanya saja Halimah tak pernah memahami. Bahasa sayang ibunya kepada Handoko adalah bahasa tubuh, sedangkan bahasa sayang untuk dirinya adalah bahasa hati. Halimah telah salah mmemaksa memaknai dua hal itu dalam aspek yang berbeda.
Kelemahan:
Karya ini kurang menonjolkan bagaimana proses penyelesaian konflik secara detail dan mendalam. Sehingga hal ini membuat pembaca kurang puas dalam mendalami isi cerita. Selain itu masih terdapat penulisan huruf kapital yang tidak sesuai dengan EYD yang berlaku.
Kelebihan:
Kesabaran tokoh utama yang digambarkan oleh penulis penuh dengan ketabahan dan kesabaran dalam menghadapi problematika kehidupan keluarga mungilnya. Sosok yang menjadi tulang punggung keluarga diusia yang masih remaja dapat dijadikan panutan. Dari hal ini bisa menumbuhkan motivasi untuk pembaca bahwa di usia muda juga bisa memungkinkan untuk menopang kehidupan keluarga dengan hati yang ikhlas.