Tampil Mempesona, Raih Juara 2 Lomba Pidato Bahasa Indonesia
Pesantren Nuris — Bakat bisa lahir dari mana saja, bahkan dari hobi yang terlihat sepele atau dianggap tidak produktif. Hal ini dibuktikan oleh M. Vidic Al Ghanis, santri kelas XI E MA Unggulan Nuris Jember asal Kalisat, Jember, yang berhasil menyabet Juara 2 Lomba Pidato Bahasa Indonesia tingkat Yayasan Nuris. Sebuah prestasi yang tidak hanya mengangkat nama dirinya sendiri, tapi juga mengharumkan nama sekolahnya dalam bidang public speaking, khususnya pidato dalam bahasa nasional kita: Bahasa Indonesia.
Siapa sangka, di balik hobinya yang unik—tidur dan yapping (ngobrol santai)—tersimpan potensi luar biasa dalam berbicara di depan umum. Vidic, panggilan akrabnya, adalah contoh nyata bahwa keahlian bisa tumbuh dari kebiasaan kecil yang diasah dengan niat dan kerja keras. Di balik sikapnya yang santai, tersimpan seorang pemuda dengan tekad kuat, mimpi besar, dan keberanian untuk berdiri di atas panggung, menyuarakan gagasannya kepada publk.
Keikutsertaan Vidic dalam lomba pidato bukanlah kebetulan. Ia mengaku ditunjuk sebagai kandidat oleh pihak sekolah karena kemampuan berbicaranya yang memang menonjol. Namun, penunjukan itu bukan berarti ia hanya sekadar ikut. Vidic menyambut tantangan itu dengan penuh keyakinan pada kemampuannya sendiri.
“Saya memang merasa yakin bisa, apalagi pidato Bahasa Indonesia itu sebenarnya sudah dekat banget sama saya. Saya sering yapping alias ngobrol, dan saya tahu cara menyusun kata dengan luwes,” ujar Vidic sambil tertawa ringan.
Bagi sebagian orang, berbicara di depan umum bisa jadi momok menakutkan. Tapi bagi Vidic, justru dari sana ia merasa “hidup.” Pidato menjadi wadah di mana ia bisa mengekspresikan diri, menyampaikan opini, dan memberikan pengaruh. Dalam setiap kalimat pidatonya, ia tak sekadar berbicara, tapi bercerita dengan gaya khas yang penuh semangat dan kesan intelektual.
Prestasi yang diraih Vidic bukan sekadar untuk kepuasan pribadi. Ia membawa motivasi besar yang menyentuh: untuk membanggakan orang tua dan mengenalkan MA Unggulan Nuris lebih luas di bidang pidato Bahasa Indonesia.
“Orang tua saya selalu mendukung apapun kegiatan saya, asal itu positif. Saya ingin ketika mereka mendengar nama saya disebut sebagai juara, mereka merasa bangga,” katanya penuh haru.
Lebih dari itu, Vidic ingin MA Unggulan Nuris dikenal bukan hanya dalam prestasi akademik dan agama, tapi juga dalam retorika dan public speaking. Ia percaya, pesantren dan sekolah berbasis agama juga bisa mencetak orator-orator hebat yang bisa bersaing di kancah nasional.
Meski memiliki kemampuan berbicara yang baik, Vidic mengaku bahwa tantangan terbesarnya dalam lomba ini adalah menghafal teks pidato. Meskipun pidato Bahasa Indonesia sering kali menggunakan bahasa sehari-hari, struktur dan isi tetap harus dikuasai agar penyampaian pesan tetap jelas, runtut, dan menyentuh audiens.
“Sulitnya ya di hafalan. Apalagi saya orangnya kadang pelupa, jadi harus ekstra latihan. Tapi saya bilang ke diri sendiri: ‘Bismillah, bisa menang lagi,’” kata Vidic sambil tersenyum malu.
Ia menghabiskan waktu berhari-hari untuk mempelajari isi teks, memahami makna tiap paragraf, dan melatih intonasi serta ekspresi. Setiap malam sebelum lomba, ia memastikan dirinya siap, baik dari segi materi maupun mental.
Saat hari perlombaan tiba, Vidic mengaku merasa sangat “salting” (salah tingkah). Wajahnya sempat memerah saat naik ke atas panggung, tangannya berkeringat, dan pikirannya sempat blank beberapa detik. Namun begitu mulai bicara, semua grogi berubah menjadi energi. Ia menyampaikan pidatonya dengan mantap, penuh percaya diri, dan menyentuh hati para juri dan penonton.
(Baca juga : Semangat Tinggi Gapai Prestasi, Kini Alumni MA Unggulan Nuris Sukses Raih Sarjana Teknik Kimia)
“Salting itu manusiawi. Tapi yang penting tetap lanjut. Saya bilang ke diri sendiri, jangan pedulikan penonton dulu, fokus sama naskah dan suara,” jelasnya.
Dan benar saja, kerja kerasnya membuahkan hasil. Ia dinyatakan sebagai Juara 2, mengalahkan puluhan peserta lain dari berbagai kelas dan tingkat.
Setelah lomba, Vidic mengungkapkan rasa senangnya bisa ikut serta dan memberikan yang terbaik. Ia berharap bisa menginspirasi teman-teman sekelas dan satu angkatannya untuk berani tampil dan mencoba lomba, terutama pidato Bahasa Indonesia.
“Lomba ini menyenangkan, dan bisa jadi tempat kita melatih mental. Saya ingin Nuris makin banyak cetak juara dari bidang pidato. Jangan ragu, siapa pun bisa kalau niat,” pesannya dengan yakin.
Tak berhenti di panggung lomba, Vidic punya mimpi besar: menjadi seorang psikolog dan pembicara publik profesional. Ia ingin berada di depan banyak orang, bukan hanya untuk menyampaikan pidato, tapi juga menginspirasi, mendengar, dan membantu menyembuhkan luka batin orang lain.
“Pidato itu bukan cuma soal berbicara. Tapi bagaimana membuat orang merasa didengar dan tersentuh. Sama seperti psikolog, mereka juga bicara—tapi untuk menenangkan,” ucapnya bijak.
Dengan prestasi yang telah ia raih, ditambah semangat belajar dan berorganisasi melalui ekstrakurikuler public speaking, jalan menuju impian itu bukanlah hal mustahil.
Prestasi M. Vidic Al Ghanis dalam lomba pidato Bahasa Indonesia adalah bukti bahwa setiap santri bisa bersinar di bidang yang ia cintai, selama mau berjuang dan percaya pada kemampuannya sendiri. Dari hobi yapping yang sering diremehkan, ia menjadikannya bekal untuk tampil percaya diri di atas panggung, menyampaikan pesan, dan meraih penghargaan.
Di balik tingkah santainya, Vidic menyimpan tekad besar, semangat tinggi, dan keinginan kuat untuk membuktikan bahwa generasi muda pesantren pun mampu bicara, mampu memimpin suara, dan mampu memotivasi bangsa. [LA.Red]
Nama : Muhammad Vidic Alghanis
Alamat : Kalisat, Jember
Hobi : Yapper garis keras !
Lembaga : MA Unggulan Nuris Jember
Prestasi : Juara 2 Pidato Bahasa Indonesia Tingkat Yayasan Nuris