Ledakan Warna di Hari Ketiga: Ketika Kain Putih Bicara di Tangan Siswa SMP Nuris Jember

Warna-Warni Kreativitas: P5 Hari Ketiga Dimeriahkan dengan Kegiatan Membatik

Pesantren Nuris – Langkah kaki para siswa-siswi SMP Nuris Jember terdengar berderap penuh semangat sejak pagi hari. Hari ini merupakan hari ketiga pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang diisi dengan kegiatan istimewa dan penuh warna yaitu membatik. Kegiatan ini menjadi pengalaman pertama kalinya dilaksanakan di lingkungan sekolah dan langsung disambut antusias oleh seluruh siswa.

Bertempat di area sekolah yang telah disiapkan sedemikian rupa, para siswa dibagi dalam kelompok kecil beranggotakan 4 hingga 6 orang. Mereka tampak begitu bersemangat menyambut kegiatan yang sudah lama dinanti-nantikan ini. Agenda membatik hari ini tak hanya sekadar praktik seni, tetapi juga sarat akan nilai budaya dan pembelajaran kolaboratif.

Yang menarik dalam pelaksanaannya, para siswa diberikan dua pilihan metode membatik yaitu, menggunakan teknik ecoprint dan teknik pewarna bubuk. Beberapa kelompok memilih metode ecoprint yang menekankan penggunaan bahan alami seperti daun, bunga, dan batang tanaman. Mereka berkeliling lingkungan sekolah untuk mengumpulkan bahan yang bisa digunakan sebagai pola alami pada kain.

(Baca juga : Syarifatus Shofiyyah: Siswi SMP Nuris Jember Tak Pernah Menyerah, Kini Khatam 5 Kitab)

Metode ecoprint sendiri berasal dari gerakan ramah lingkungan dalam seni tekstil. Teknik ini mulai dikenal luas karena tidakj memerlukan bahan kimia berbahaya, melainkan memanfaatkan warna dan bentuk alami tumbuhan yang ditempelkan lalu dibungkus dan direbus agar motifnya melekat. Teknik ini sangat cocok digunakan dalam kegiatan edukatif seperti di SMP Nuris Jember.

Sementara itu, kelompok lainnya menggunakan teknik pewarna bubuk yang dapat berupa pewarna alami maupun sintetis. Tidak seperti batik tradisional yang menggunakan malam (lilin) dan canting, teknik ini cukup sederhana. Pihak sekolah telah menyediakan bubuk pewarna sintetis, air panas, garam, wadah pewarna, pengaduk, dan karet sebagai alat bantu untuk membentuk pola sebelum kain dicelupkan.

Proses membatik ini tidak hanya mengajarkan seni, tetapi juga melatih berbagai keterampilan hidup kepada para siswa. Mereka belajar tentang kerja sama kelompok, menyatukan pendapat, meredam ego, dan tentu saja menyalurkan kreativitas. “Awalnya kami bingung mau bikin motif seperti apa, tapi setelah diskusi akhirnya kami sepakat mencoba motif abstrak. Hasilnya ternyata keren banget,” ujar Resti salah satu siswi dari kelas VIII.

Setelah proses pewarnaan selesai, kain dibiarkan beberapa saat agar warna meresap sempurna. Momen paling ditunggu pun tiba. Kini waktunya mereka membuka gulungan kain. Suasana langsung riuh oleh teriakan gembira dan tepuk tangan. Motif batik hasil karya mereka terlihat unik dan menawan. Setiap kelompok berhasil menciptakan motif yang berbeda satu sama lain. Ada yang menyerupai bunga, daun, bahkan corak awan abstrak yang sangat memukau.

Kain-kain hasil karya tersebut kemudian dijemur di depan ruang kelas. Suasana halaman sekolah berubah menjadi galeri seni batik mini yang penuh warna dan semangat kebanggaan.

Bapak Suharto, selaku Wakil Kepala Sekolah SMP Nuris Jember, turut hadir memantau kegiatan ini. Dalam wawancara ini beliau menyampaikan rasa bangga yang mendalam.

“Meskipun ini pengalaman pertama kita mengadakan kegiatan membatik di sekolah, hasilnya sungguh luar biasa. Saya bangga melihat semangat, kekompakan, dan kreativitas siswa-siswi kita. Ini menjadi bukti bahwa pembelajaran bisa sangat menyenangkan dan penuh makna,” ujarnya.

Kegiatan membatik ini tidak hanya meninggalkan hasil berupa kain bercorak indah, tetapi juga pengalaman berharga yang tak terlupakan. Semoga langkah awal ini menjadi pembuka jalan untuk pelestarian budaya dan inovasi pendidikan yang lebih berwarna di masa mendatang. [PUO.Red]

Related Post