Ketelatenan Membaca Kitab Berbuah Prestasi, Meitha Rizky Wulandari Juara 3 Fathul Qorib
Pesantren Nuris — Di tengah kesibukan ujian akhir kelas XII dan persiapan masa depan, ada satu nama yang berhasil mencuri perhatian lewat prestasinya dalam dunia keilmuan pesantren. Meitha Rizky Wulandari, santri kelas XII Agama 1 MA Unggulan Nuris Jember, atau yang akrab disapa Meitha, baru saja meraih juara 3 lomba Fathul Qorib tingkat Yayasan Nuris Jember. Sebuah pencapaian membanggakan yang tak hanya menunjukkan kecerdasannya, namun juga semangat luar biasa dalam mempelajari kitab kuning—warisan keilmuan Islam yang mendalam dan sarat makna.
Di balik senyum manis dan kepribadiannya yang ceria, siapa sangka jika Meitha memiliki cita-cita besar menjadi seorang dokter. Namun di antara keinginan dunia kedokteran, ia juga menunjukkan komitmen kuat terhadap ilmu agama, terutama dalam memahami dan menguasai kitab Fathul Qorib, yang dikenal sebagai kitab fiqih dasar di kalangan santri.
Keikutsertaan Meitha dalam lomba ini bukan sekadar iseng atau formalitas. Ia memiliki alasan yang kuat: ingin menambah pengalaman lomba sejak dari internal, dan ingin benar-benar merasakan bagaimana rasanya tampil, diuji, dan berkompetisi dalam bidang ilmu yang menjadi jantung pendidikan pesantren.
“Saya ikut karena ingin mencoba, menambah pengalaman. Karena bagi saya, orang yang bisa baca kitab kuning itu keren banget. Tulisannya tanpa harakat, tapi bisa dimaknai dan diurai. Saya ingin bisa seperti mereka,” ujar Meitha saat diwawancarai setelah pengumuman juara.
(Baca juga : Della Febriana Azzahra, Siswi Berbakat dari MA Unggulan Nuris, Raih Juara Kedua Musabaqoh Qiro’atul Kutub Taqrib)
Uniknya, Meitha adalah pribadi yang senang bernyanyi sesuka hati. Tak jarang, teman-teman di kelas mengenalnya sebagai sosok yang ceria, menyenangkan, dan selalu tampil percaya diri. Namun di balik hobi nyanyi itu, tersimpan kesungguhan dalam menekuni ilmu agama. Ia pun aktif di ekstrakurikuler Kitab Fathul Qorib, sebagai bentuk keseriusannya dalam memperdalam fiqih.
Meski memiliki cita-cita menjadi dokter, Meitha meyakini bahwa ilmu agama adalah fondasi penting, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat. “Bisa saja kelak saya jadi dokter, tapi kalau saya juga paham agama dan bisa baca kitab, tentu akan lebih bermanfaat,” ucapnya yakin.
Selama masa persiapan, Meitha menghadapi sejumlah tantangan. Persiapannya tidak maksimal, karena waktu yang sempit dan padatnya aktivitas kelas akhir. Ia juga menyampaikan bahwa babak penyisihan agak membingungkan karena fashol (bagian kitab) yang tidak jelas sejak awal.
“Karena saya kurang muroja’ah, hafalan makna dan i’rob saya belum sematang peserta lain. Tapi saya tetap mencoba untuk tampil maksimal dan berusaha percaya diri. Finalnya juga agak mengejutkan, tidak seperti biasanya, tapi justru itu jadi pengalaman tak terlupakan,” ceritanya sambil tersenyum.
Meski terbatas, Meitha tetap meluangkan waktu untuk menghafal arti kitab (maknanya), belajar i’rab (struktur gramatikal bahasa Arab), serta tasrif atau perubahan bentuk kata. Ia mengaku, waktu-waktu senggang seperti setelah subuh dan malam hari adalah saat paling efektif untuk belajar.
“Kalau gak muroja’ah rutin, gampang banget lupa. Jadi meski mepet, saya tetap paksa diri untuk buka kitab dan mengulang-ulang,” katanya.
Bagi Meitha, lomba ini memberikan kesan mendalam. Ia merasa senang bisa ikut serta dan menyumbangkan prestasi untuk madrasahnya. Namun ia juga berharap lomba di masa depan bisa dibuat lebih meriah dan terorganisir, serta mampu menjangkau lebih banyak santri.
“Pesan saya, semoga lebih banyak lagi teman-teman santri yang semangat belajar kitab kuning. Karena kitab ini penting banget untuk memahami agama. Dan semoga lombanya ke depan bisa lebih dimeriahkan lagi, biar semangatnya makin besar,” ujar Meitha dengan penuh harap.
Ia pun menambahkan bahwa ilmu dan pengalaman yang ia peroleh selama mengikuti lomba ini tak akan ia lupakan. Meitha bertekad untuk menjadi lebih baik lagi dalam membaca kitab, dan tak menutup kemungkinan untuk kembali berlomba di bidang yang sama, jika kesempatan masih terbuka.
Meitha Rizky Wulandari adalah contoh nyata santri yang mampu menyeimbangkan antara cita-cita, hobi, dan ilmu agama. Dengan semangat dan rasa ingin tahu yang tinggi, ia menunjukkan bahwa kitab kuning bukanlah momok menakutkan, melainkan lahan ilmu yang menarik dan penuh berkah.
Dengan prestasi sebagai juara 3 lomba Fathul Qorib tingkat yayasan, Meitha telah membuka jalan dan menginspirasi banyak santri lain bahwa belajar kitab adalah jalan menuju kemuliaan ilmu. Siapapun bisa, asal mau tekun dan semangat. [LA.Red]
Nama : Meitha Rizky Wulandari
Hobi : Menyanyi
Cita2 : Dokter
Lembaga : MA Unggulan Nuris Jember
Prestasi : Fathul Qorib Terbaik Ke 3 Tingkat Yayasan Nuris Jember