Auna Persembahkan Prestasi untuk MA Unggulan Nuris lewat Juara 2 MTQ
Pesantren Nuris — Setiap orang memiliki cerita dalam mencapai prestasinya. Ada yang penuh perjuangan fisik, ada pula yang berawal dari rasa penasaran dan kepercayaan dalam suara hati. Itulah kisah yang dijalani oleh Nurul Kaunaini Y.N, atau yang akrab disapa Auna, siswi kelas XI D MA Unggulan Nuris Jember. Dengan latar belakang sederhana dan hobi yang begitu khas, yaitu membaca dan menghafal, Auna menunjukkan kepada semua bahwa ketulusan dalam belajar dan ketekunan dalam melatih diri bisa melahirkan pencapaian luar biasa.
Dari pelosok Jembrana, Bali, Auna menorehkan prestasi yang membanggakan: Juara 2 Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat Yayasan Nuris. Namun di balik penghargaan itu, tersimpan kisah penuh refleksi, kerja keras, dan perjalanan batin yang mendalam.
Saat banyak orang mengikuti lomba karena dorongan guru atau harapan menang, Auna punya alasan unik dan sangat jujur. Ia hanya ingin mencoba dan membuktikan bahwa dirinya mampu. “Karena penasaran dan ingin mencoba. Aku rasa aku, insyaAllah, bisa dalam mengikuti Musabaqah Tilawatil Qur’an ini dengan irama yang sudah kupelajari sendiri dari kecil,” ungkap Auna.
Sejak kecil, Auna telah terbiasa mendengarkan dan mempelajari sendiri irama-irama tilawah, menjadikannya bagian dari kebiasaannya sehari-hari. Irama yang ia kuasai bukan karena kursus atau bimbingan khusus, tetapi murni karena ketekunan dan ketertarikan pribadi. Rasa penasaran itu kemudian menjelma menjadi kepercayaan diri. Baginya, mencoba adalah awal dari segalanya.
(Baca juga : Santriwati Berprestasi: Zur’atun Nisa’ Membanggakan MA Unggulan Nuris Raih Terbaik 1 Hifdzun Nadzom Imrithy)
Tidak ada motivasi yang lebih kuat dari keinginan untuk membanggakan orang tua. Di balik senyumnya yang tenang, Auna menyimpan semangat besar: ingin menjadi lebih baik dan memberikan yang terbaik untuk orang tuanya. Ketika ditanya apa motivasinya dalam lomba ini, jawabannya sederhana namun penuh makna: menjadi lebih baik.
Lomba ini bukan sekadar soal suara indah dan teknik membaca, tetapi juga soal memperjuangkan rasa percaya diri, rasa hormat kepada orang tua, dan tanggung jawab pada kemampuan diri. Auna menjadikan MTQ sebagai ladang pembuktian bahwa dirinya layak, meskipun berasal dari tempat yang jauh dari pusat keramaian dan prestasi.
Meskipun memiliki suara merdu dan pengalaman pribadi dalam tilawah, Auna tidak selalu merasa percaya diri. Tantangan terberat bukan datang dari luar, melainkan dari dalam dirinya sendiri. Ia mengakui bahwa saat melihat banyak peserta lain yang tampil begitu memukau, ia sempat merasa down, merasa kecil, bahkan nyaris menyerah secara mental.
“Merasa down karena banyak yang lebih baik,” ucapnya lirih, tetapi tulus. Namun, justru di titik itu, Auna memutuskan untuk tidak menyerah. Ia bangkit, memantapkan niat, dan mempercayai satu hal: setiap orang punya jalannya masing-masing, dan keberhasilan tidak harus diukur dari orang lain, melainkan dari bagaimana kita bangkit dan bertahan.
Dalam menghadapi lomba, Auna menjalani persiapan dengan sangat tekun. Ia tidak mengandalkan keberuntungan atau kemampuan alami semata, melainkan berlatih keras dalam teknik membaca dan irama tartil. “Saya melatihnya dengan tekun dan berusaha semaksimal mungkin dengan berlatih lagu/irama tartil,” katanya.
Tak hanya itu, sebagai siswi aktif, Auna juga mengikuti banyak ekstrakurikuler: dari MFQ (Musabaqah Fahmil Qur’an), Catur, ACC, Tahfidz, hingga Paskibra. Semua aktivitas ini justru tidak membuatnya kewalahan, tetapi malah menjadi penyemangat tambahan untuk tetap produktif dan berkembang.
Setelah lomba, Auna menyampaikan pesan sederhana namun mendalam: “Semoga menjadi lebih baik, dan jangan lupa untuk tetap berusaha.” Ia menyadari bahwa kemenangan bukanlah akhir dari segalanya. Justru setelah ini, perjuangan yang sesungguhnya dimulai: menjaga konsistensi, terus meningkatkan kualitas diri, dan tetap bersyukur dalam proses.
Dalam kesannya, Auna berharap perlombaan seperti ini bisa lebih baik lagi di masa mendatang. Ia berharap suasananya lebih kondusif, peserta lebih bersemangat, dan penghargaan tidak hanya berupa sertifikat, tetapi juga bentuk apresiasi lain seperti piala atau penghargaan khusus yang bisa dikenang.
“Harapan saya ke depan, ingin lebih baik lagi. Lebih semangat, lebih kondusif, dan bisa terus berkembang,” kata Auna. Ia juga ingin terus menjadikan Al-Qur’an sebagai bagian dari hidupnya, bukan hanya dalam lomba, tapi juga dalam keseharian.
Di akhir percakapan, ia menutup dengan kalimat yang begitu menyentuh: “Saya merasa senang karena Alhamdulillah bisa menang. Saya merasa bersyukur sudah mendapatkan apa yang sudah saya usahakan.”
Kisah Nurul Kaunaini Y.N atau Auna bukan sekadar cerita tentang lomba MTQ. Ini adalah cerita tentang perjalanan batin, pertarungan melawan rasa tidak percaya diri, dan pembuktian kepada diri sendiri. Bahwa dengan usaha, ketekunan, dan niat yang tulus, siapa pun bisa bersinar – tidak peduli dari mana asalnya atau bagaimana latar belakangnya.
Dari Jembrana, Bali, Auna datang membawa suara hati dan irama tilawah yang ia pelajari sendiri sejak kecil. Kini, suara itu tidak hanya terdengar di panggung lomba, tapi juga menggema sebagai inspirasi bagi teman-temannya: bahwa mencoba bukanlah kesalahan, dan rasa penasaran bisa menjadi awal dari prestasi besar. [LA.Red]
Nama : Nurul Kaunaini Y.N.
Hobi : Membaca dan Menghafal
Cita2 : Psikolog
Lembaga : MA Unggulan Nuris Jember
Prestasi : Musabaqah Tilawatil Qur’an Juara 2 Tingkat Yayasan Nuris