Raih Posisi Kedua di Ajang MFQ Tingkat Yayasan Nurul Islam Jember
Pesantren Nuris — Dalam dunia pendidikan, terutama di lingkungan pesantren dan sekolah berbasis Islam, menghafal sering kali dianggap sebagai salah satu bentuk pengabdian dan ibadah. Namun bagi Nurul Kaunaini Y.N., atau yang akrab dipanggil Auna, menghafal bukan hanya bagian dari rutinitas, tapi juga merupakan bentuk perjuangan, jalan untuk mengenali potensi diri, serta cara membangun masa depan yang cemerlang.
Siswi kelas XI D MA Unggulan Nuris Jember yang berasal dari Jembrana, Bali, ini baru-baru ini menorehkan prestasi yang menginspirasi banyak orang. Ia berhasil meraih predikat terbaik ke-2 dalam ajang Musabaqah Fahmil Qur’an (MFQ) tingkat Yayasan Nuris – sebuah lomba bergengsi yang menguji kecerdasan, kecepatan berpikir, serta kedalaman ilmu agama Islam.
Bagi Auna, alasan mengikuti lomba ini sederhana, tapi mengandung makna besar. Ia ingin mengasah kemampuan otak dalam menghafal. Baginya, otak adalah nikmat dari Allah yang tak boleh dibiarkan tumpul. Harus diasah, digunakan, dan dimanfaatkan untuk hal-hal yang memberi manfaat, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
“Saya ingin melatih daya ingat dan memahami lebih dalam materi-materi keislaman seperti Al-Qur’an, Hadis, Bahasa Arab, dan sebagainya. Ini bukan sekadar lomba, tapi latihan spiritual dan intelektual,” ujarnya dengan semangat.
(Baca juga : Nurul Kaunaini Y.N: Dari MA Unggulan Nuris, Menemukan Jati Diri Lewat Tilawah dan Menginspirasi Lewat Suara Hati)
Yang menarik dari Auna adalah cara pandangnya terhadap lomba. Ia tak semata-mata ingin menjadi juara atau mendapatkan pengakuan. Motivasi terdalamnya justru berasal dari kesadaran bahwa menghafal adalah ibadah.
“Kalau kita sadar bahwa apa yang kita hafalkan adalah kalam Allah, sabda Nabi, dan ilmu yang bermanfaat, maka setiap detik kita berusaha, insyaAllah jadi pahala,” kata Auna sambil tersenyum.
Dengan semangat itu, ia berusaha bukan hanya untuk menang, tetapi untuk memperbaiki diri, menjadi lebih dekat dengan ilmu, dan semakin mencintai Al-Qur’an serta tradisi keilmuan Islam.
Seperti lomba-lomba lain yang mengandalkan hafalan dan ketangkasan otak, MFQ bukan hal mudah. Tantangan utama yang dihadapi Auna dan timnya adalah banyaknya hafalan yang harus dikuasai dalam waktu yang sangat singkat.
Materi yang diberikan sangat luas dan kompleks. Terdiri dari kurang lebih 15 bagian, mencakup Al-Qur’an, Hadis, Bahasa Arab, fiqih, sejarah Islam, dan pengetahuan umum lainnya yang berkaitan dengan agama. Masing-masing bagian bukan hanya perlu dihafal, tetapi juga dipahami dan dikuasai agar bisa dijawab dengan cepat saat sesi cerdas cermat.
“Kesulitannya banyak. Waktu yang diberikan untuk mempersiapkan sangat mepet. Hafalan yang menumpuk kadang bikin kepala terasa penuh. Tapi kami berusaha menikmati prosesnya,” ungkap Auna.
Auna tak pernah setengah-setengah dalam berproses. Ia mengatur waktunya dengan sangat disiplin. Selain menjalankan kewajiban sebagai siswi aktif di sekolah dan mengikuti berbagai ekstrakurikuler seperti MFQ, Catur, ACC, Tahfidz, dan Paskibra, ia tetap menyisihkan waktu untuk muroja’ah, berdiskusi dengan tim, dan melatih mental untuk tampil percaya diri.
Persiapan yang ia lakukan bukan hanya hafalan, tapi juga pemahaman terhadap konteks soal dan skenario perlombaan. Ia mengakui bahwa kerja tim dan komunikasi sangat menentukan hasil akhir.
“Alhamdulillah kami bisa saling mendukung dalam tim. Kadang kita belajar sambil bercanda biar nggak stres. Tapi intinya, semuanya serius ketika waktunya serius,” tambahnya.
Setelah meraih juara 2 di tingkat yayasan, Auna menyampaikan pesan yang kuat bagi panitia, teman-teman peserta, dan generasi selanjutnya. “Lomba seperti ini bagus banget buat yang ingin mengasah kemampuan. Bukan cuma tentang menang atau kalah, tapi tentang membentuk karakter dan membuka mata bahwa kita bisa berkembang,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan harapannya agar ke depan lomba MFQ bisa lebih kondusif, lebih terstruktur, dan memberikan ruang bagi semua santri dan siswa untuk berkembang.
Ketika ditanya tentang perasaannya, Auna menjawab dengan tulus, “Merasa senang karena alhamdulillah bisa menang.” Bagi Auna, kemenangan ini bukan sekadar prestasi, tapi bukti bahwa kerja keras tidak pernah mengkhianati hasil. Ia bersyukur telah diberi kesempatan, diberi kekuatan untuk berusaha, dan teman-teman tim yang hebat.
Baginya, ini bukan akhir, tapi awal dari perjalanan panjang menuju mimpi besar: menjadi seorang psikolog yang bisa membantu banyak orang memahami diri mereka sendiri dan lebih dekat kepada Allah.
Auna adalah contoh nyata bahwa jarak geografis bukan batas untuk prestasi, dan bahwa semangat belajar bisa tumbuh di mana saja asal ada kemauan. Dari pelosok Jembrana, Bali, ia hadir membawa semangat, ilmu, dan keyakinan bahwa seorang pelajar tidak hanya perlu cerdas, tetapi juga harus punya hati yang dekat dengan Al-Qur’an dan nilai-nilai Islam.
Melalui Musabaqah Fahmil Qur’an, Auna tidak hanya membuktikan kemampuannya secara intelektual, tetapi juga menunjukkan bahwa generasi muda Islam mampu bersaing dengan akhlak, etika, dan semangat ibadah.
Semoga prestasi Auna menjadi inspirasi bagi siswa-siswi lainnya untuk terus mengejar ilmu, mencintai hafalan, dan menjadikan Al-Qur’an sebagai pelita hidup mereka. Dan untuk Auna, semoga langkahmu menuju cita-cita menjadi psikolog selalu diberkahi Allah, dan setiap hafalanmu menjadi saksi kebaikan di dunia dan akhirat. [LA.Red]
Nama : Nurul Kaunaini Y.N
Hobi : Membaca dan Menghafal
Cita2 : Psikolog
Lembaga : MA Unggulan Nuris Jember
Prestasi : Musabaqah Fahmil Qur’an Terbaik Ke 2 Tingkat Yayasan Nuris