Umairotul Mahmudah, Santri MA Unggulan Nuris Jember yang Menaklukkan Fathul Qorib

Juara 1 dan Semangat Menghidupkan Warisan Keilmuan Pesantren

Pesantren Nuris — Di balik ketenangan dan kelembutan seorang santri bernama Umairotul Mahmudah, atau akrab dipanggil Umai, tersembunyi semangat juang yang luar biasa dalam menghidupkan tradisi keilmuan pesantren. Siswi kelas XII Agama 1 MA Unggulan Nuris Jember asal Dawuhan, Situbondo ini berhasil mencatatkan namanya sebagai Juara 1 lomba pembacaan dan pemaknaan Kitab Fathul Qorib tingkat Yayasan Nuris.

Prestasi ini bukan hanya sekadar pencapaian akademik semata, melainkan sebuah langkah nyata dalam melestarikan tradisi keilmuan Islam klasik yang semakin hari kian menantang untuk dipertahankan. Umai telah membuktikan bahwa santri perempuan pun mampu berdiri di garda terdepan dalam menguasai kitab kuning, sebuah simbol keilmuan pesantren yang sarat makna dan pemahaman mendalam.

Keikutsertaan Umai dalam lomba ini berangkat dari keinginannya yang tulus untuk melatih kemampuan dalam membaca dan memahami kitab kuning—khazanah ilmu warisan para ulama. Tidak hanya itu, ia juga ingin membangun kepercayaan diri dalam berbicara di depan umum, sesuatu yang sering kali menjadi tantangan bagi para santri perempuan.

“Awalnya saya ikut karena ingin tahu seberapa jauh kemampuan saya membaca kitab kuning. Saya ingin membuktikan bahwa saya bisa, meskipun awalnya saya merasa belum sepenuhnya siap,” ungkap Umai dengan mata berbinar.

(Baca juga : Meitha Rizky Wulandari, Santri Penuh Semangat yang Harumkan Nama MA Unggulan Nuris lewat Keahliannya dalam Kitab Kuning)

Yang menjadi motivasi utama Umai justru berasal dari kekagumannya pada para ulama yang mampu membaca dan memahami kitab gundul—yakni kitab tanpa harakat. Baginya, mereka adalah pribadi luar biasa yang mampu mengurai makna dan struktur kalimat yang kompleks tanpa bantuan tanda baca.

“Saya ingin menjadi seperti mereka yang bisa membaca kitab gundul tanpa ragu. Itu luar biasa menurut saya. Mereka bisa memaknai kata demi kata dan menjelaskan i’rab-nya dengan lancar. Saya ingin suatu saat bisa seperti itu juga,” ujarnya dengan penuh kekaguman.

Namun, perjalanan menuju juara tidak selalu mudah. Umai menghadapi berbagai tantangan, terutama dalam hal waktu persiapan yang sangat terbatas. Jarak antara babak penyisihan dan final sangat singkat, sementara materi yang harus dikuasai tidak sedikit.

“Persiapan saya memang belum maksimal. Banyak hafalan makna dan i’rab yang harus saya ulang-ulang, dan waktu itu sempit sekali. Tapi saya tetap berusaha memaksimalkan waktu yang ada,” ujarnya.

Dalam mempersiapkan diri, Umai mengandalkan muroja’ah intensif. Ia memanfaatkan waktu-waktu khusus seperti setelah sholat subuh, sebelum tidur, dan waktu-waktu luang untuk meninjau kembali materi kitab Fathul Qorib yang telah dipelajari.

“Kalau saya biarkan hafalannya tidak diulang, pasti lupa. Jadi saya punya jadwal pribadi untuk muroja’ah, minimal dua kali sehari,” tambahnya.

Umai merasa sangat bersyukur dan bangga bisa ikut serta dan bahkan keluar sebagai juara dalam lomba ini. Menurutnya, lomba kitab seperti ini sangat efektif untuk mengukur sejauh mana kemampuan santri dalam memahami kitab klasik serta menumbuhkan semangat untuk terus belajar.

“Menurut saya lomba ini sangat penting dan perlu dipertahankan. Karena di sinilah kita bisa melihat sejauh mana kemampuan membaca, memahami, dan memaknai kitab kuning. Ini juga bisa menjadi penyemangat teman-teman yang lain untuk ikut belajar,” katanya dengan penuh semangat.

Setelah berhasil menjuarai lomba ini, Umai berharap ilmu dan pengalaman yang ia dapatkan tidak berhenti sampai di sini. Ia ingin terus belajar, memperdalam ilmu agama, dan di masa depan bisa menjadi seseorang yang bermanfaat melalui ilmu, sebagaimana cita-citanya untuk menjadi seorang dosen.

“Semoga apa yang saya dapatkan dari lomba ini bisa terus saya bawa dan amalkan. Dan semoga ke depan bisa lebih baik lagi,” harapnya.

Umai juga aktif dalam ekstrakurikuler Kitab Fathul Qorib, yang menjadi wadah untuk memperdalam pemahaman kitab klasik dan berdiskusi dengan teman-teman dan pembimbing. Bagi Umai, ekskul ini bukan hanya tempat belajar, tapi juga ruang inspirasi yang mendorongnya terus mencintai ilmu-ilmu agama.

Prestasi Umairotul Mahmudah adalah bukti nyata bahwa santri perempuan juga bisa menjadi penggerak dalam menjaga dan menghidupkan tradisi keilmuan pesantren. Ia telah menunjukkan bahwa menggali kitab klasik bukan hal mustahil bagi generasi milenial, bahkan bagi mereka yang memiliki hobi menggambar dan mimpi menjadi dosen kelak.

Dengan ketekunan, semangat, dan rasa ingin tahu yang tinggi, Umai bukan hanya menjuarai lomba, tapi juga telah menempatkan dirinya sebagai panutan bagi rekan-rekannya—bahwa ilmu yang dipelajari dengan kesungguhan akan membuahkan hasil, dan ilmu yang dibagikan akan menjadi cahaya yang menerangi jalan banyak orang. [LA.Red]

Nama             : Umairotul Mahmudah

Hobi               : Menggambar

Cita2              : Dosen

Lembaga      : MA Unggulan Nuris Jember

Prestasi        : Fathul Qorib Terbaik 1 Tingkat Yayasan Nuris

Related Post