Bukan Sekadar Mahasiswa : Yahya Alumni MA Unggulan Nuris, Pekerja Muda yang Tidak Pernah Menyerah

Dari Pesantren ke Dunia Teknologi : Yahya, Anak Desa yang Tak Takut Bermimpi

Pesantren Nuris — Tak semua orang berani bermimpi besar sambil tetap berpijak pada realita kehidupan. Namun, bagi Yahya Achmad Al Bustomi, seorang pemuda asal Dusun Krajan, Tanggul Wetan, Jember, menjalani hidup dengan penuh kesadaran dan tekad adalah prinsip yang ia pegang teguh. Lahir di Jember pada tahun 2006, Yahya kini tengah melangkah pasti menapaki masa depan yang ia idam-idamkan: menjadi seorang pengusaha sukses yang mandiri dan lebih baik dari hari ke hari.

Menyelesaikan pendidikan menengah atas di MA Unggulan Nuris pada tahun 2024, Yahya adalah sosok yang sederhana namun memiliki mimpi besar. Meski tidak menorehkan prestasi akademik atau organisasi yang menonjol selama di pesantren, ia menyimpan semangat belajar dan kerja keras yang tak bisa dianggap remeh. “Kesannya saya senang bisa mondok di Nuris, banyak pelajaran hidup yang saya dapat. Pesannya semoga Nuris bisa semakin maju dan fasilitasnya makin bagus,” ujarnya penuh harap.

Kini, Yahya melanjutkan pendidikannya di Universitas Terbuka, memilih jurusan Sistem Informasi. Pilihan ini bukan tanpa alasan. Bagi Yahya, kampus terbuka adalah solusi terbaik untuk bisa melanjutkan pendidikan sambil tetap bekerja. “Saya ingin kuliah sambil kerja. Jadi, saya bisa mandiri, nggak bergantung pada orang lain, dan tetap belajar untuk masa depan saya,” jelasnya.

(Baca juga : MA Unggulan Nuris : Bangun Masa Depan Tanpa Riba, Rafi Pilih Ekonomi Syariah sebagai Jalan Hidupnya)

Kemandirian bukanlah kata asing bagi Yahya. Di usianya yang masih muda, ia sudah terbiasa menyeimbangkan antara kuliah dan pekerjaan. Meski kegiatan di luar perkuliahan banyak disita oleh pekerjaannya, hal ini tidak membuatnya surut dalam mengejar cita-citanya menjadi seorang pengusaha.

“Cita-cita saya dari dulu pengen jadi pengusaha. Saya tahu jalannya nggak mudah, tapi saya yakin kalau saya terus belajar dan kerja keras, semua itu bisa dicapai,” katanya penuh semangat.

Di tengah kesibukannya, Yahya masih meluangkan waktu untuk menekuni hobinya: tenis meja. Olahraga ini bukan hanya soal kesenangan semata, tetapi juga menjadi cara bagi Yahya untuk melatih fokus, strategi, dan ketahanan diri—nilai-nilai penting yang sangat relevan dengan dunia bisnis yang ia cita-citakan.

Yahya menyadari bahwa mimpi besar harus dimulai dari langkah kecil yang konsisten. Meski tidak mengikuti organisasi saat di Nuris, ia tidak merasa minder. Ia lebih fokus memperkuat pondasi dirinya—mental, spiritual, dan kemandirian. Didikan pondok pesantren memberi bekal kepribadian yang kuat dan nilai-nilai kejujuran serta kedisiplinan yang kini sangat bermanfaat dalam kehidupan nyatanya.

“Di Nuris saya belajar banyak. Mulai dari bangun pagi, disiplin, mandiri, sampai belajar mengatur waktu. Itu sangat ngebantu saya sekarang, ketika harus kerja dan kuliah sekaligus,” tuturnya.

Universitas Terbuka menjadi pilihan tepat untuk Yahya, bukan hanya karena fleksibilitas waktunya, tetapi juga karena sistem pembelajaran yang mendorong mahasiswa untuk aktif dan mandiri—dua hal yang sejalan dengan prinsip hidupnya.

Bagi Yahya, kesuksesan bukan hanya tentang materi atau gelar. Kesuksesan adalah menjadi pribadi yang terus berkembang dan lebih baik dari hari sebelumnya. Ia tidak ingin jalan hidupnya stagnan. Setiap hari adalah kesempatan baru untuk belajar, bertumbuh, dan memberi arti.

“Harapan saya ke depan, saya ingin jadi orang yang mandiri, bisa hidup dari usaha sendiri, dan terus jadi pribadi yang lebih baik dari hari sebelumnya. Sedikit demi sedikit, saya bangun masa depan saya dari sekarang,” ucapnya tegas.

Meski tak banyak publikasi tentang pencapaiannya, kisah Yahya adalah potret nyata dari jutaan anak muda Indonesia yang terus berjuang dalam senyap. Ia bukan bintang panggung atau juara lomba, tapi ia adalah pemenang dalam perjuangan hidup yang nyata.

Yahya Achmad Al Bustomi adalah cerminan dari anak muda yang tidak menunggu keadaan ideal untuk mulai bergerak. Ia tidak menunggu “nanti” untuk menjadi sukses. Ia memilih untuk berjalan sekarang, dengan apa yang ia punya, dan terus melangkah, walau perlahan. [LA.Red]

Nama      : Yahya Achmad Al Bustomi

Hobi        : Tenis Meja

Cita-cita  : Pengusaha

Lembaga : MA Unggulan Nuris, 2024

Kuliah       : Jurusan Sistem Informasi, Universitas Terbuka Jember

 

Related Post