Pesantren Nuris – Senin 04 Agustus 2025, bertempat di Masjid Baitunnur digelarnya acara rutinan yakni tausiyah KH. Muhyiddin Abdusshomad. Tausiyah ini dihadiri oleh seluruh santri putra dan putri dari lembaga MA, SMA, SMK, dan seluruh jajaran dewan guru dari lembaga MA, SMA, SMK.
Pada hari ini, kiai mengkaji kitab “Tangga untuk Mencapai Cinta Allah SWT” terjemah kitab Sullamut Taufiq dan “Tuntunan Salat Praktis”. Dalam tausiyahnya beliau menjelaskan tentang bab Makna Dua Kalimat Syahadat;
ومَعْنَى أشْهَدُ أنْ لا إلٰهَ إلّا اللهُ: أنْ تَعْلَمَ وتَعْتَقِدَ وتُؤْمِنَ وتُصَدِّقَ أنْ لا مَعْبُودَ بِحَقٍّ في الوُجُودِ إلّا اللهُ، الواحِدُ، الأحَدُ، الأوَّلُ، القَدِيمُ، الحَيُّ، القَيُّومُ، الباقِي، الدائِمُ، الخالِقُ، الرّازِقُ، العالِمُ، القَدِيرُ، الفَعّالُ لما يُرِيدُ، ما شاءَ اللهُ كانَ وما لم يَشَأْ لم يَكُنْ، ولا حَوْلَ ولا قُوَّةَ إلّا بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيمِ، مَوْصُوفٌ بِكُلِّ كَمالٍ، مُنَزَّهٌ عن كُلِّ نَقْصٍ، ﴿ لَيْسَ كَمثْلِهِ شَيْءٌ وهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ ﴾، فهو القَدِيمُ وما سِواهُ حادِثٌ، وهو الخالِقُ وما سِواهُ مَخْلُوقٌ، وكَلامُهُ قَدِيمٌ [أي بِلا ابْتِداءٍ] كَسائِرِ صِفاتِهِ، لِأنَّهُ سُبْحانَهُ مُبايِنٌ لِجَمِيعِ المَخْلُوقاتِ في الذّاتِ والصِّفاتِ والأفْعال، [ومَهْما تَصَوَّرْتَ بِبالِك، فَاللهُ تَعالَى لا يُشْبِهُ ذلِك]، سُبْحانَهُ وتَعالَى عَمّا يَقُولُ الظّالِمُونَ عُلُوًّا كَبِيرًا.
ومَعْنَى أشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ: أنْ تَعْلَمَ وتَعْتَقِدَ وتُصَدِّقَ وتُؤْمِنَ أنَّ سَيِّدَنا ونَبِيَّنا مُحَمَّدَ بْنَ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ المُطَّلِبِ بْنِ هاشِمِ بْنِ عَبْدِ مَنافٍ القُرَشِيَّ صَلَّى اللهُ عليه وسَلَّمَ عَبْدُ اللهِ ورَسُولُهُ إلى جَمِيعِ الخَلْقِ؛ وُلِدَ بِمَكَّةَ، وبُعِثَ بِها، وهاجَرَ إلى المَدِينَةِ، ودُفِنَ فيها، وأنَّهُ صَلَّى اللهُ عليه وسَلَّمَ صادِقٌ في جَمِيعِ ما أخْبَرَ بِهِ .
Pertama, makna “Asyhadu an lā ilāha illallāh” adalah meyakini dan mempercayai dengan sepenuh hati bahwa tidak ada sesembahan yang benar dan berhak disembah selain Allah. Allah adalah Tuhan yang Maha Esa, Maha Awal, Maha Hidup, Maha Kekal, Pencipta segala sesuatu, dan tidak ada sesuatu pun yang menyerupai-Nya. Semua yang selain Allah adalah makhluk yang diciptakan. Allah bersifat dengan segala kesempurnaan dan suci dari segala kekurangan.
(baca juga: Tata Krama dalam Pergaulan, Bagian 7)
Kedua, makna “Wa asyhadu anna Muḥammadan Rasūlullāh” adalah meyakini dan mempercayai bahwa Nabi Muhammad ﷺ adalah hamba Allah dan utusan-Nya untuk seluruh makhluk. Beliau berasal dari keturunan Quraisy, lahir di Makkah, diutus di sana, hijrah ke Madinah, dan wafat serta dimakamkan di Madinah. Semua yang disampaikan oleh Rasulullah ﷺ adalah benar dan wajib diyakini.
Beliau juga menceritakan beberapa kisah teladan tentang seorang ulama dan atheis. “Si seseorang ulama ini memang sengaja datang terlambat ketika diundang oleh si atheis untuk berdiskusi dengan alasan “rumahnya jauh sampai-sampai menyebrangi Sungai dan tidak ada perahu yang lewat” sehingga pada akhirnya beliau menaiki satu perahu dimana perahu itu membuat dirinya sendiri. Kemudian si atheis menyangkal bahwa itu tidak mungkin terjadi”.
Dari kisah itu dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu yang ada pasti ada yang menciptakan, dan yang menciptakan pasti ada, karena ketiadaan tidak mungkin mengadakan.
Kemudian dilanjutkan mengkaji kitab “Tuntunan Salat Praktis” bab tata cara berwudu, lebih tepatnya sunnah-sunnah wudu. Dijelaskan bahwa sunnah-sunnah wudu ada 13 Kiai Muhyiddin Abdusshomad memberikan yang lebih jelas dalam prakteknya. Adapun yang dipraktekkan diantaranya kaifiyah mengusap seluruh kepala, mengusap kedua telinga, dan berdoa setelah wudu. Doa yang dicontohkan ialah berikut:
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنْ التَّوَّابِينَ وَاجْعَلْنِي مِنْ الْمُتَطَهِّرِين سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ.
Artinya:
“Aku bersaksi tiada ilah kecuali Allah, Tuhan Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan rasul-Nya. Ya Allah, jadikanlah aku termasuk hamba yang bertaubat dan jadikanlah aku termasuk hamba-Mu yang menyucikan diri. Mahasuci Engkau Ya Allah, dan dengan memuji-Mu, aku bersaksi tiada ilah kecuali Engkau, ampunilah aku dan terimalah taubatku.”
Terakhir, tausiyah ditutup dengan pembacaan syi’ir kalamun qodimun dan berdoa bersama-sama.[AL/NA/AF.Red]