Tak Ada Salahnya Untuk Mencoba

Karya: Finesa Febriana E. P

Kelas IX E

Di sebuah kota kecil di Jawa Timur, hiduplah seorang gadis bersama ibunya. Namanya Clarys, seorang siswi SMP negeri yang cerdas, namun terkungkung dalam sifat pemalunya. Dunia sains adalah dunianya, tetapi langkahnya sering tertahan oleh rasa takut untuk mencoba.

Suatu hari, sekolahnya mengumumkan lomba sains. Di hatinya, ada desir keinginan untuk ikut, tetapi bayangan kekalahan membuatnya ragu. Untunglah ia punya sahabat bernama Karin, yang selalu menjadi cahaya di tengah keraguannya.

“Clar, ikut lomba, yuk,” ajak Karin lembut.

“Aku takut kalah, Rin. Kalau kalah, sia-sia,” jawab Clarys pelan.

“Menang atau kalah urusan belakangan. Coba dulu, Clar.”

Clarys terdiam. “Baiklah… nanti aku tanya Ibu.”

***

Sepulang sekolah, Clarys berjalan pulang sambil menimbang-nimbang. Setibanya di rumah, ia menarik napas panjang, lalu memberanikan diri.

“Ibu, Clarys mau ikut lomba sains. Boleh?” tanyanya ragu.

Sang ibu tersenyum hangat. “Tentu saja boleh. Menang atau kalah itu wajar, Nak. Yang penting kamu berani mencoba. Kalah bukanlah akhir, justru awal dari pengalaman baru.”

Kata-kata itu seperti kunci yang membuka pintu keberanian di hati Clarys.

Keesokan harinya, Clarys mendaftar lomba dan memberi kabar kepada Karin.

“Aku sudah daftar!” serunya riang. Karin menepuk bahunya dengan bangga.

“Nah, gitu dong! Aku doakan kamu menang.”

Sejak saat itu, Clarys belajar lebih giat. Malam-malamnya ditemani tumpukan buku dan lembar latihan. Saat hari H tiba. Ruang lomba terasa hening. Hanya terdengar suara gesekan pena di atas kertas. Clarys duduk di kursi nomor 12, tepat di tengah ruangan. Tangannya sempat bergetar saat menerima lembar soal. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri.

Satu soal demi satu soal ia baca dengan cermat. Matanya berbinar saat menemukan topik yang ia kuasai. Namun, di pertengahan, ia menemukan satu soal sulit. Sesaat, rasa panik menyergap. *Tenang, Clar… ingat kata Ibu dan Karin,* batinnya.

Ia menutup mata sejenak, membayangkan ilmu yang pernah ia pelajari. Perlahan, jawabannya mulai tersusun di pikirannya. Pena kembali menari di atas kertas, menuliskan setiap solusi yang muncul.   Di sudut ruangan, juri mengamati setiap peserta. Waktu terus berjalan, detik demi detik menekan perasaan. Namun, Clarys tetap fokus, memanfaatkan setiap menit yang tersisa.  Ketika bel tanda waktu habis berbunyi, Clarys mengumpulkan pekerjaannya dengan senyum tipis. Ia tahu, apapun hasilnya, ia telah memberikan yang terbaik. Kini saatnya ia dan peserta lainnya menungu sejenak sampai panitia mengumumkan hasilnya.

***

Aula tempat perlombaan kini dipenuhi para peserta dan guru pendamping. Udara terasa lebih berat dari biasanya. Clarys duduk di deretan tengah, menggenggam ujung rok seragamnya erat-erat. Suara detak jam dinding terasa lebih keras, seperti menghitung setiap detik penantian.

Di panggung, juri memegang selembar kertas berisi hasil perlombaan. MC tersenyum, namun suaranya terdengar seperti gema yang panjang.

“Baiklah… kita akan segera mengumumkan pemenang lomba sains tahun ini.”

Jantung Clarys berdegup semakin kencang. Ia menelan ludah, menatap lantai, lalu sesekali melirik ke arah Karin yang memberinya anggukan menenangkan.

“Juara pertama lomba sains adalah… Clarys!”

Air mata kebahagiaan menetes di pipinya. Ia memeluk Karin erat-erat.

“Rin, aku menang!”

Karin tersenyum lebar. “Aku tahu kamu bisa.”

***

Clarys pulang membawa kabar gembira. Ia membuka pintu rumah dan langsung memeluk ibunya.

“Bu, aku juara satu!”

Sang ibu membalas pelukannya dengan erat. “Alhamdulillah… Ibu bangga padamu, Nak.”

Hari itu, Clarys belajar bahwa keberanian untuk mencoba adalah langkah pertama menuju kemenangan.

TAMAT

Amanat: Jangan takut memulai. Menang atau kalah hanyalah bagian dari perjalanan. Yang terpenting adalah berani melangkah. [PUO.Red]

Related Post