Menjadi Guru Adalah Jalan Hidup: Rizky Eka Pradana Alumni MA Unggulan Nuris dan Perjalanan Spiritual Menuju Dunia Pendidikan
Pesantren Nuris — Di tengah hiruk pikuk kehidupan pedesaan yang tenang di Banyuanyar, Kalibaru, Banyuwangi, tumbuh seorang pemuda yang diam-diam menyimpan impian besar: menjadi guru yang mampu menginspirasi dan membawa perubahan positif bagi generasi mendatang. Namanya Rizky Eka Pradana Putra, alumnus MA Unggulan Nuris tahun 2025, yang kini resmi menempuh studi di kampus impiannya, UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Dibesarkan di lingkungan yang religius dan penuh semangat kebersamaan, Rizky tumbuh dengan bekal nilai-nilai Islam yang kuat dan semangat belajar yang tinggi. “Saya memang dari kecil sudah punya keinginan untuk mengajar. Saya ingin menjadi guru yang tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga menanamkan nilai kehidupan kepada anak-anak,” ungkap Rizky dengan mata berbinar.
Menjadi mahasiswa di PTN (Perguruan Tinggi Negeri) bukanlah sesuatu yang mudah bagi setiap pelajar. Dibutuhkan kerja keras, doa, serta mental baja untuk bisa bersaing di tengah ribuan peserta lainnya. Ketika diumumkan bahwa ia lolos sebagai mahasiswa UIN KHAS Jember, Rizky tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. “Alhamdulillah, sangat senang sekali. Ini benar-benar kampus yang saya impikan sejak dulu,” ucapnya penuh syukur.
Ia percaya bahwa apa yang dicapainya hari ini bukanlah hasil kerja keras semata, melainkan juga karena berkah dan doa dari orang tua, guru, serta lingkungan pondok pesantren yang telah membentuk karakter dan semangatnya sejak dini.
(Baca juga : Sulung Destiawan Pratama Harumkan Nama MTs Unggulan Nuris dengan Prestasi Matematika)
Sebagai alumni MA Unggulan Nurul Islam (Nuris), Rizky mengungkapkan betapa besar peran sekolah dan pondok pesantren dalam membentuk dirinya menjadi pribadi seperti sekarang. “Banyak pengalaman yang saya dapat, baik dari pembelajaran pondok diniyah, sekolah formal, hingga kegiatan kemasyarakatan yang aplikatif dalam kehidupan sehari-hari. Saya tidak hanya diajari ilmu, tetapi juga adab, akhlak, dan cara berinteraksi dengan masyarakat,” jelasnya.
Selama menempuh pendidikan di Nuris, Rizky dikenal aktif dalam berbagai kegiatan. Ia bergabung dalam organisasi M-Language, yang memperkuat kemampuannya dalam bahasa dan komunikasi. Tak hanya itu, Rizky juga menunjukkan prestasi gemilang dengan menjuarai lomba olimpiade Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia—dua bidang yang sekaligus mencerminkan kecintaannya pada ilmu dan bahasanya sendiri.
Selain sibuk kuliah, Rizky tidak melupakan panggilan hatinya untuk terus menebar manfaat. Ia kini juga aktif mengabdikan diri di Pondok Pesantren Nurul Islam Jember, tempat di mana ia melatih jiwa kepemimpinan, tanggung jawab, dan komitmen sebagai pendidik. “Mengabdi di pesantren bukan hanya soal berbagi ilmu, tapi juga soal mendidik hati dan jiwa untuk menjadi pribadi yang lebih ikhlas dan sabar,” katanya.
Menulis juga menjadi pelarian Rizky saat ingin mengekspresikan gagasan, perasaan, dan refleksi atas pengalaman hidupnya. “Dengan menulis, saya merasa bisa berbicara kepada banyak orang, menyampaikan nilai, dan semangat yang mungkin bisa menginspirasi orang lain,” ujar pemuda kelahiran Banyuwangi, tahun 2006 ini.
Di tengah kesibukannya sebagai mahasiswa dan santri pengabdi, Rizky tetap memegang teguh cita-citanya: menjadi guru. Ia percaya bahwa profesi guru bukan hanya tentang mengajar di kelas, tapi tentang membangun peradaban. “Saya ingin menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat bagi kehidupan. Kalau saya bisa membantu satu anak saja menjadi lebih baik, itu sudah luar biasa bagi saya,” katanya dengan penuh keyakinan.
Untuk adik-adik kelas di MA Unggulan Nuris dan generasi muda lainnya, Rizky menyampaikan pesan mendalam. “Teruslah belajar, jangan cepat puas, dan jangan pernah menyerah. Jangan takut bermimpi, walau dari kampung sekalipun, kita punya hak untuk sukses dan bermanfaat bagi banyak orang. Yang penting, luruskan niat dan terus berdoa. Tidak ada perjuangan yang sia-sia jika diniatkan karena Allah.”
Ia juga berharap Nuris akan terus menjadi kawah candradimuka yang melahirkan generasi hebat dan berakhlak mulia. “Insyaallah ke depannya, santri Nuris tidak hanya pandai dalam bidang keagamaan dan formal, tapi juga punya etika yang baik. Inilah yang membedakan Nuris dari yang lain,” pungkasnya.
Kisah Rizky Eka Pradana Putra bukan sekadar cerita tentang seorang santri yang berhasil masuk PTN. Lebih dari itu, ini adalah kisah tentang harapan, perjuangan, dan dedikasi seorang pemuda desa yang membuktikan bahwa dengan tekad yang kuat, doa yang tak putus, serta dukungan dari lingkungan yang baik, tidak ada yang mustahil untuk diraih.
“Bermimpilah setinggi langit, tapi jangan lupa untuk tetap berpijak pada bumi dan bersujud pada Ilahi.” – Rizky Eka Pradana Putra – [LA.Red]
Nama : Rizky Eka Pradana Putra
Alamat : Banyuanyar Kalibaru Banyuwangi
Hobi : Menulis
Cita2 : Guru
Lembaga : MA Unggulan Nuris, 2025
Kuliah : Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember