Mengajar dengan Cinta Belajar dengan Semangat Kisah Adila Rahmania
Pesantren Nuris — Sosok yang satu ini mencerminkan ketulusan, ketekunan, dan kematangan berpikir yang melampaui usianya. Dialah Adila Rahmania, alumni MTs Unggulan Nurul Islam (Nuris) yang kemudian melanjutkan pendidikan di MA Unggulan Nuris, hingga lulus pada tahun 2025. Lahir di Lumajang pada tahun 2005, Adila berasal dari Jatiroto, sebuah daerah yang sejuk dan tenang namun penuh potensi yang luar biasa.
Kini, Adila melanjutkan langkah akademiknya sebagai mahasiswi di Institut Agama Islam YPBWI Surabaya, tepatnya di jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). Namun, cerita perjalanan Adila tidak sesederhana mengikuti alur pendidikan formal seperti kebanyakan orang. Di balik keberhasilannya melanjutkan studi, tersimpan banyak nilai perjuangan, dedikasi, dan niat luhur untuk membaktikan diri dalam dunia pendidikan sejak usia muda.
Berbeda dari kebanyakan mahasiswa baru yang memulai perkuliahan dari semester satu, Adila langsung “loncat” ke semester lima setelah mengikuti PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru). Hal ini dimungkinkan karena IAI YPBWI Surabaya membuka sistem kuliah online dengan kurikulum percepatan untuk program sarjana. Sehingga, masa studi yang biasanya memakan waktu empat tahun, bisa diselesaikan hanya dalam dua tahun. Ini merupakan pilihan yang sangat strategis bagi Adila, yang sejak awal memang sudah aktif di dunia pendidikan praktis.
Saat mahasiswa lain masih belajar teori, Adila sudah menjejakkan kakinya di ruang kelas yang nyata. Ia mengajar di dua lembaga sekaligus, yaitu RA dan MI Al Ikhlas Al Mubarok Jatiroto. Dalam usia yang masih sangat muda, ia telah membuktikan bahwa menjadi guru bukan hanya soal gelar akademik, tetapi juga tentang kesungguhan hati, kecintaan terhadap ilmu, dan keinginan kuat untuk membagikannya kepada generasi penerus.
Sejak dulu, Adila memang sudah memantapkan diri untuk menjadi seorang guru yang berkualitas. Baginya, guru bukan hanya pengajar, tetapi pendidik, pembimbing, dan sumber inspirasi bagi para murid. Cita-cita tersebut tidak datang begitu saja. Ia lahir dan tumbuh di lingkungan yang dekat dengan dunia pendidikan, dan bahkan di rumahnya sendiri terdapat sebuah lembaga Madrasah Ibtidaiyah (MI). Menariknya, lembaga tersebut belum memiliki guru yang berlatar belakang pendidikan PGMI, sehingga Adila merasa memiliki tanggung jawab moral dan peluang besar untuk mengisi kekosongan tersebut dengan ilmunya.
(Baca juga : Mandataris Ketua Umum HIMMARIS Masa Bakti 2025/2026, Alumni MTs dan MA Unggulan Nuris Gas Berkreasi)
“Saya pilih jurusan PGMI karena di rumah ada lembaga MI yang belum punya guru lulusan PGMI. Saya ingin mengabdi dan bermanfaat di sana,” ungkap Adila, yang dengan tenang namun penuh semangat menceritakan alasan pemilihan jurusannya.
Pilihan kampus pun tidak dilakukan asal-asalan. IAI YPBWI Surabaya bukan hanya memberikan fleksibilitas waktu dan tempat, tetapi juga menyediakan sistem pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan ritme kehidupan Adila sebagai guru sekaligus mahasiswa. Kampus ini memberi ruang bagi orang-orang yang ingin mengabdi sekaligus tetap belajar secara akademik, sebuah konsep yang sejalan dengan semangat Adila.
Sebelum melangkah ke dunia profesional, Nuris menjadi tempat yang sangat berkesan dalam hidup Adila. Baginya, Nuris bukan sekadar tempat menimba ilmu formal, tetapi juga menjadi ladang pengabdian dan pembentukan karakter.
“Saya senang pernah menuntut ilmu di Nuris, karena banyak sekali ilmu yang saya dapat di sana. Bukan hanya ilmu yang diajarkan di kelas, tapi juga ilmu kehidupan, yang saya dapat saat mengabdi,” ujar Adila mengenang masa-masa indahnya sebagai santri.
Sayangnya, tidak ada informasi tentang kegiatan organisasi secara spesifik maupun prestasi formal yang pernah diraih Adila selama di Nuris. Namun hal itu justru mempertegas bahwa kontribusi seseorang tidak selalu harus ditunjukkan lewat piala atau piagam. Adila mungkin tidak berdiri di podium penghargaan, tetapi ia telah berdiri di depan kelas, mengajar anak-anak dengan penuh ketulusan, dan itu adalah prestasi yang tak ternilai.
Tak hanya aktif mengajar dan kuliah, Adila juga memiliki hobi yang memperkaya wawasannya: membaca dan menulis. Dua aktivitas ini sangat menunjang perannya sebagai calon guru. Dengan membaca, ia membuka cakrawala; dengan menulis, ia membagikan gagasan dan pengetahuannya.
Hobi ini pula yang kemungkinan akan menjadi jembatan masa depan Adila, jika suatu hari ia ingin menulis buku ajar, modul pembelajaran, atau bahkan karya inspiratif lainnya di dunia pendidikan. Dalam dunia yang serba cepat dan digital, kebiasaan membaca dan menulis adalah aset penting bagi seorang pendidik yang ingin tetap relevan dan berpengaruh.
Adila Rahmania adalah contoh nyata bahwa menjadi besar tidak harus menunggu waktu lama. Dengan niat baik, kerja keras, dan dorongan dari lingkungan yang mendukung seperti Nuris, ia bisa menjadi sosok yang berarti sejak usia muda.
Adila tidak menunggu gelar untuk mengabdi. Ia belajar sambil mengajar, tumbuh sambil menumbuhkan, dan terus melangkah tanpa perlu banyak sorotan. Ia adalah inspirasi nyata bahwa kesungguhan dan keikhlasan bisa membawa seseorang menjadi luar biasa. [LA.Red]
Nama : Adila Rahmania
Alamat : Jatiroto, Lumajang
Hobi : Membaca dan Menulis
Cita2 : Guru
Lembaga : MA Unggulan Nuris 2025
Kuliah : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Institut Agama Islam YPBWI Surabaya