Bersuara di Balik Layar: Naflah Alumni MA Unggulan Nuris, Santri yang Menjadi Voice Over Talent

Tak Harus di Panggung, Santri Juga Bisa Bersinar dari Balik Mikrofon

Pesantren Nuris — Di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota dan perkembangan teknologi yang pesat, hadir seorang alumni Pondok Pesantren Nuris yang memilih jalan hidup unik namun menjanjikan: menjadi voice over talent profesional. Dialah Naflah Nadzifatuz Zahirah, atau akrab disapa Naflah, alumni MA Unggulan Nuris tahun 2025 yang kini tengah melanjutkan pendidikan di Universitas Terbuka, program studi Ilmu Komunikasi.

Lahir di Jember pada tahun 2006 dan kini berdomisili di Surabaya, Naflah merupakan contoh nyata santri yang berani menempuh jalur berbeda. Tak sekadar mengikuti arus, ia memilih bidang yang benar-benar ia minati dan bisa ia kembangkan secara mandiri, meskipun langkah itu mungkin belum banyak dilirik oleh santri lainnya.

Naflah memasuki dunia perkuliahan tidak semulus cerita-cerita klise tentang “kampus impian”. Ia tidak mengaku sangat emosional ketika diterima. Justru sebaliknya, ia menyambutnya dengan tenang. “Bersyukur dan biasa saja,” tuturnya jujur, tanpa dramatisasi.

Pilihan Universitas Terbuka bukan karena ia sejak lama menargetkannya, melainkan karena keadaan. “Saya memilih UT karena waktu itu sudah telat untuk ikut tes-tes di kampus yang ada di Surabaya,” ucapnya. Namun dari keterbatasan itu, Naflah justru melihat peluang: kuliah fleksibel yang memungkinkan ia belajar, berwirausaha, dan mengejar passion secara bersamaan.

(Baca juga : Filosof Muda dari MA Unggulan Nuris: Dubal Khafila Anjabi Kini Belajar Filsafat Islam di UINSA)

Adapun alasannya memilih jurusan Ilmu Komunikasi sangat menarik dan logis. “Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti berkomunikasi dengan orang lain. Dan ternyata, komunikasi itu ada ilmunya. Saya jadi penasaran dan ingin tahu lebih dalam seperti apa komunikasi yang efektif dan bermakna itu,” jelasnya.

Cita-cita Naflah tidak seperti kebanyakan santri yang ingin menjadi guru, dosen, atau profesional di bidang agama. Ia justru memiliki impian menjadi voice over talent—pekerjaan yang kini semakin populer di dunia digital dan periklanan.

“Voice over itu bukan hanya soal suara bagus, tapi bagaimana menyampaikan pesan lewat intonasi, emosi, dan pemahaman konteks,” katanya dengan penuh antusias. Baginya, suara adalah alat ekspresi yang sangat kuat, dan di balik layar pun, seseorang bisa memberi pengaruh besar.

Di masa depan, ia berharap bisa mengisi suara untuk berbagai media—iklan, video edukasi, podcast, atau bahkan film animasi. Kemampuan komunikasi yang sedang ia pelajari di bangku kuliah akan menjadi bekal kuat untuk menunjang impiannya itu.

Selain kuliah, Naflah juga aktif menjalani kegiatan berjualan sebagai bentuk kemandirian. Ia tidak ingin bergantung sepenuhnya pada orang tua dan ingin melatih kemampuan bisnisnya sejak dini.

“Dengan kuliah online, saya punya lebih banyak waktu untuk kegiatan lain. Saya manfaatkan waktu itu untuk berjualan, belajar bisnis kecil-kecilan,” ungkapnya. Meskipun belum sebesar pengusaha muda lainnya, langkah ini menunjukkan jiwa entrepreneur dalam dirinya mulai tumbuh.

Pilihan ini sekaligus menunjukkan bahwa santri bisa berdaya secara ekonomi, dan bahwa pendidikan tidak menghalangi seseorang untuk tetap produktif dalam berbagai aspek kehidupan.

Saat menimba ilmu di MA Unggulan Nuris, Naflah merupakan bagian dari divisi Ubudiyah di pondok. Meski bukan organisasi besar seperti OSIM atau organisasi formal lainnya, divisi ini memainkan peran penting dalam menjaga kualitas ibadah dan kegiatan keagamaan santri.

Dalam refleksinya tentang Nuris, Naflah menyampaikan kesan positif dan rasa bangganya. “Nuris itu keren, karena sudah banyak santri-santrinya yang sampai ke tingkat internasional,” ujarnya. Prestasi santri Nuris yang go international menjadi motivasi tersendiri baginya, bahwa tidak ada batas untuk santri jika mau belajar dan berjuang.

Namun, ia juga menitipkan pesan yang cukup tajam namun membangun: “Pesan saya, semoga pengurus pondok bisa lebih memperhatikan kegiatan santri. Keseimbangan antara pendidikan dan aktivitas di pondok sangat penting agar santri berkembang secara utuh.”

Ketika ditanya tentang prestasi, Naflah dengan jujur mengaku belum pernah meraih juara atau penghargaan. Tapi hal itu tidak lantas membuatnya merasa rendah diri. Bagi Naflah, kesuksesan tidak selalu tercermin dari trofi atau sertifikat, tapi dari proses, keberanian mengambil jalan sendiri, dan kebermanfaatan yang bisa dibagikan kepada orang lain.

“Saya ingin menjadi pribadi yang sukses dunia dan akhirat, menjadi pribadi yang lebih baik, dan sekaligus menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang-orang sekitar,” ucapnya penuh makna.

Itulah standar sukses menurut Naflah. Sederhana, namun sarat nilai.

Naflah Nadzifatuz Zahirah adalah gambaran dari santri masa kini yang adaptif, fleksibel, dan berani mengambil pilihan tak biasa. Kini ia melangkah ke kehidupan kampus dan dunia profesional yang menuntut kreativitas, ketekunan, dan kepercayaan diri.

Ia mungkin tidak bersinar di atas panggung organisasi atau kompetisi, tapi lewat suara dan pikirannya, ia ingin membangun pengaruh dan manfaat. Dari membaca dan berolahraga, dari mengajar dan berjualan, dari kuliah hingga belajar voice over, semuanya adalah bagian dari langkah kecil menuju masa depan yang ia bangun dengan kesadaran penuh.

Selamat berjuang, Naflah. Suaramu mungkin belum terdengar oleh dunia, tapi keyakinan dan tekadmu sudah bergaung dalam setiap langkah. Dan suatu hari nanti, dunia akan mengenalmu bukan karena siapa kamu di masa lalu, tapi karena siapa kamu telah menjadi—perempuan santri yang bersuara dan bermakna. [LA.Red]

 

Nama      : Naflah Nadzifatuz Zahirah

Alamat    : Surabaya

Hobi        : Membaca, Olahraga

Cita-cita : Menjadi Voice Over Talent Profesional

Lembaga : MA Unggulan Nuris 2025

Kuliah      : Universitas Terbuka, program studi Ilmu Komunikasi

 

Related Post