Imro’atul Fauziyah Diterima di UM Jurusan Pendidikan Bahasa Arab
Pesantren Nuris — Di tengah hiruk-pikuk kabar kelulusan dan penerimaan mahasiswa baru di berbagai perguruan tinggi negeri, satu nama mencuri perhatian di kalangan alumni MA Unggulan Nuris: Imro’atul Fauziyah, gadis asal Balung, Jember, yang akrab disapa Jiyah, berhasil mewujudkan mimpinya dengan diterima di Universitas Negeri Malang (UM), jurusan Pendidikan Bahasa Arab — pilihan pertamanya.
Perempuan kelahiran Jember tahun 2006 ini membuktikan bahwa tekad, kerja keras, dan keistiqomahan dalam belajar bisa mengantarkan siapa saja ke gerbang kesuksesan. Meskipun berasal dari daerah yang tidak terlalu besar, Jiyah menunjukkan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk meraih mimpi besar.
Perjalanan akademik Jiyah tidak lepas dari peran besar MTs dan MA Unggulan Nuris, tempat ia mengenyam pendidikan selama enam tahun. Lulus pada tahun 2025, Jiyah meninggalkan pesantren yang telah membentuk karakter dan spiritualitasnya.
“Alhamdulillah, saya sangat bersyukur pernah belajar di Nuris. Di sana saya bisa mengenal lebih dalam tentang ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah, khususnya dari sosok yang sangat saya hormati, KH Muhyiddin Abdusshomad. Bahkan sejak saya masih duduk di bangku sekolah dasar, saya sudah memiliki keinginan kuat untuk mondok di Nuris,” ungkap Jiyah saat diwawancarai secara langsung.
(Baca juga : Menembus Universitas Jember, Zahwan Alumni MA Unggulan Nuris Bawa Semangat Santri Menuju Dunia Agroindustri)
Selama di Nuris, Jiyah dikenal sebagai santri yang aktif dan memiliki semangat tinggi dalam berbagai kegiatan, baik akademik maupun non-akademik. Ia tercatat sebagai anggota organisasi Nazhroh, sebuah wadah yang mewadahi minat dan bakat santri di bidang literasi dan keorganisasian.
Dengan diterimanya Jiyah di Universitas Negeri Malang, babak baru dalam hidupnya resmi dimulai. UM bukan hanya kampus negeri bergengsi, tetapi juga menjadi kampus impian yang sejak lama ia dambakan. Tak hanya karena kualitas pendidikannya, tetapi juga karena letaknya yang strategis — tidak terlalu jauh dari Jember, kota kelahirannya.
“Seneng banget! Alhamdulillah bisa masuk kampus impian dan langsung keterima di pilihan pertama. Rasanya kayak mimpi, tapi ini nyata,” ujarnya dengan mata berbinar, penuh semangat.
Ketika ditanya mengapa memilih jurusan Pendidikan Bahasa Arab, Jiyah menjawab dengan mantap: “Saya memang sudah lama tertarik dengan Bahasa Arab. Bahasa ini bukan hanya bahasa Al-Qur’an, tapi juga menjadi kunci untuk memahami banyak ilmu keislaman. Selain itu, saya ingin menjadi bagian dari orang-orang yang menyebarkan ilmu dan budaya Arab kepada masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda.”
Tak banyak yang tahu bahwa di balik ketekunannya dalam belajar dan kedisiplinannya sebagai santri, Jiyah juga memiliki bakat seni yang kuat. Dua hobinya yang sejak kecil ia tekuni — menggambar dan menyanyi — menjadi pelarian positif dari kepenatan belajar dan rutinitas pesantren.
Namun, satu cita-cita yang tak pernah padam dalam dirinya adalah menjadi seorang presenter. Baginya, profesi ini bukan sekadar tampil di layar kaca, melainkan menjadi wadah untuk menyampaikan informasi, edukasi, serta inspirasi kepada khalayak luas.
“Menjadi presenter adalah impian saya sejak kecil. Saya ingin tampil membawakan acara-acara edukatif, membahas tentang budaya, bahasa, atau bahkan isu-isu sosial yang penting. Saya percaya dengan kemampuan komunikasi yang baik, kita bisa mengubah cara pandang banyak orang,” jelasnya dengan penuh keyakinan.
Kini, meski baru memasuki dunia perkuliahan, Jiyah tidak tinggal diam. Ia sudah mulai aktif mengikuti berbagai kegiatan kampus. Selain kuliah, ia berencana untuk bergabung dengan organisasi mahasiswa yang sejalan dengan minatnya di bidang bahasa, komunikasi, dan dakwah.
“Selain kuliah, saya ingin aktif di kegiatan kampus. Mungkin ikut UKM yang fokus di seni atau bahasa, atau bahkan ikut organisasi yang bisa melatih public speaking saya. Saya juga ingin melanjutkan kebiasaan saya menggambar dan menyanyi, walaupun sebagai hobi,” ujarnya.
Ia pun berharap bisa lulus tepat waktu, bahkan jika memungkinkan, lulus lebih cepat. “Saya ingin fokus, disiplin, dan bisa mengelola waktu dengan baik. Semoga Allah memudahkan langkah saya,” tambahnya.
Meski tidak menjelaskan secara rinci, Jiyah diketahui memiliki sejumlah prestasi selama belajar di Nuris. Mulai dari lomba internal pondok, hingga beberapa kompetisi akademik yang ia ikuti selama masa sekolah.
Ke depan, Jiyah tidak hanya ingin sukses secara akademik, tapi juga ingin berkontribusi bagi masyarakat. Ia berharap dapat menjadi inspirasi bagi anak-anak muda di desanya dan para santri lainnya bahwa mimpi bisa dicapai oleh siapa saja, asal dibarengi dengan usaha, doa, dan niat yang lurus.
Imro’atul Fauziyah bukan hanya tentang santri yang sukses masuk perguruan tinggi negeri. Ini adalah kisah tentang semangat, dedikasi, dan cita-cita besar dari seorang gadis kecil di Balung, Jember, yang kini tengah menapaki tangga-tangga harapan di kota Malang.
Lewat perjuangannya, Jiyah menunjukkan bahwa menjadi alumni pesantren bukanlah penghalang untuk bersaing di dunia modern. Bahkan, justru menjadi bekal utama untuk menghadapi kehidupan dengan lebih matang — baik secara spiritual, intelektual, maupun sosial. [LA.Red]
Nama : Imro’atul Fauziyah
Alamat : Balung, Jember
Hobi : Menggambar,Menyanyi
Cita2 : Presenter
Lembaga : MA Unggulan Nuris Jember 2025
Kuliah : Pendidikan Bahasa Arab, Universitas Negeri Malang (UM)