Mutia Buktikan Santri Nuris Bisa Bersinar di Dunia Kesehatan
Pesantren Nuris — Dari desa yang asri di Cumedak, Sumberjambe, Jember, lahirlah seorang gadis dengan semangat besar dan ketekunan tinggi bernama Fara Mutia Rachim, akrab disapa Mutia. Alumni MTs dan MA Unggulan Nuris Jember lulus tahun 2025 ini kini tengah melanjutkan studinya di Universitas dr. Soebandi Jember, mengambil jurusan Farmasi, sebuah langkah nyata dalam mewujudkan cita-citanya menjadi seorang apoteker.
Mutia dikenal sebagai pribadi yang kalem namun penuh semangat. Sejak di bangku pesantren, ia sudah menunjukkan minat besar pada dunia sains dan kesehatan. Kegemarannya terhadap hal-hal yang berhubungan dengan penelitian dan pengobatan membuatnya semakin yakin untuk memilih jalur farmasi sebagai jalan masa depannya. “Saya memang suka hal-hal yang berhubungan dengan obat dan kesehatan, jadi merasa cocok di sini,” ucap Mutia dengan senyum lembutnya.
Meski kini sudah menjadi mahasiswi, Mutia tetap membawa nilai-nilai kehidupan pesantren yang selama ini menuntunnya. Kedisiplinan, kemandirian, dan rasa tanggung jawab menjadi bekal penting yang ia bawa dari Nuris. Ia mengakui bahwa dunia kuliah terasa sangat berbeda dengan kehidupan di asrama, namun semangat belajar dan beradaptasi yang tertanam di Nuris membuatnya mampu bertahan dan berkembang di lingkungan baru.
(Baca juga : MQK Warrior Cahya Alumni MA Unggulan Nuris Punya Ilmu dan Attitude Juara)
Sebagai santri yang memiliki hobi menggambar, Mutia dikenal kreatif dan penuh imajinasi. Di sela-sela kesibukan kuliah yang padat, ia masih meluangkan waktu untuk menyalurkan hobinya tersebut. Baginya, menggambar bukan sekadar aktivitas mengisi waktu luang, tetapi juga sarana untuk menenangkan diri dan menyeimbangkan pikiran. “Menggambar itu seperti terapi, bikin hati tenang dan semangat belajar kembali,” tuturnya.
Ketika ditanya tentang perasaannya saat diterima di kampus pilihannya, Mutia menjawab dengan tenang. Tak ada euforia berlebihan, hanya rasa syukur dan keinginan kuat untuk memanfaatkan kesempatan sebaik-baiknya. “Saya ingin menjadi lebih baik dari sebelumnya,” katanya singkat namun sarat makna. Ucapan sederhana itu menggambarkan kerendahan hati dan kesadaran akan tanggung jawab besar yang kini ia emban sebagai calon tenaga kesehatan masa depan.
Pilihan Mutia untuk melanjutkan studi di Universitas dr. Soebandi Jember juga bukan tanpa alasan. Selain karena reputasi kampus yang cukup baik dalam bidang kesehatan, letaknya yang tidak terlalu jauh dari rumah membuatnya tetap bisa dekat dengan keluarga. Dukungan orang tua pun menjadi dorongan besar baginya untuk terus semangat menimba ilmu. Ia percaya bahwa restu dan doa kedua orang tua adalah kunci utama kesuksesan yang sejati.
Masa-masa di Nuris menjadi kenangan yang tak tergantikan bagi Mutia. Ia mengaku sering merasa rindu pada suasana pondok, terutama kebersamaan dengan teman-teman seasrama, para ustadz dan ustadzah, serta rutinitas keagamaan yang mengisi hari-hari mereka. “Jadi kangen Nuris semenjak kuliah, semoga tambah maju ke depannya,” ungkapnya dengan nada haru. Bagi Mutia, Nuris bukan hanya tempat belajar, tetapi juga rumah yang menanamkan nilai-nilai kehidupan dan spiritualitas yang mendalam.
Selama di MA Unggulan Nuris, Mutia juga aktif dalam berbagai kegiatan organisasi yang melatih kepemimpinan dan tanggung jawab, seperti Pramuka dan kegiatan keasramaan. Meskipun ia tidak banyak menyebutkan prestasi, rekan-rekannya mengenalnya sebagai sosok yang rajin, berkomitmen, dan tidak pernah setengah hati dalam menjalankan tugas. Ia mungkin tidak selalu berada di barisan depan dalam sorotan, tetapi kehadirannya selalu berarti dan memberi pengaruh positif bagi lingkungan sekitarnya.
Kini, kehidupan kuliah membuka babak baru bagi Mutia. Dunia farmasi yang ia geluti menuntut ketelitian, kesabaran, dan dedikasi tinggi — sifat-sifat yang sudah terasah sejak ia menempuh pendidikan di pesantren. Setiap hari ia berhadapan dengan teori dan praktik tentang kimia, biologi, dan pengobatan yang memerlukan fokus luar biasa. Namun Mutia menjalaninya dengan penuh rasa syukur dan tanggung jawab, karena ia sadar bahwa profesi apoteker bukan hanya soal ilmu, tetapi juga tentang pelayanan dan pengabdian kepada sesama.
Mutia ingin menjadi apoteker yang tidak hanya kompeten secara akademik, tetapi juga memiliki hati yang peduli terhadap masyarakat. Ia bercita-cita kelak bisa bekerja di dunia farmasi yang memberi manfaat langsung bagi orang banyak, mungkin di rumah sakit, apotek, atau bahkan membuka usaha mandiri yang membantu menyediakan obat berkualitas dengan harga terjangkau.
Dalam pandangan Mutia, menjadi sukses bukan berarti harus terkenal atau memiliki banyak harta, melainkan bermanfaat dan membawa kebaikan bagi orang lain. Prinsip sederhana itu ia pegang erat, seperti nilai-nilai yang selama ini diajarkan di Nuris: keikhlasan, kerja keras, dan pengabdian.
Kini, perjalanan hidup Fara Mutia Rachim masih panjang. Dari pesantren ke dunia kampus, dari seragam putih abu-abu ke jas laboratorium, ia terus menapaki langkah menuju masa depan yang ia impikan — menjadi seorang apoteker yang berilmu, berakhlak, dan berjiwa santri. Di setiap langkahnya, nama Nuris tetap melekat, menjadi bagian dari kisah hidup yang membentuk dirinya menjadi pribadi yang kuat, lembut, dan penuh dedikasi.
Karena sejatinya, sekali santri tetap santri. Dan bagi Mutia, semangat santri itu akan terus hidup, menyala di setiap perjuangan dan keberhasilannya kelak. [LA.Red]
Nama : Fara Mutia Rachim
Alamat : Cumedak, Sumberjambe, Jember
Hobi : Menggambar
Cita2 : Apoteker
Lembaga : MA Unggulan Nuris, 2025
Kuliah : Universitas dr. Soebandi Jember, Farmasi
