Ketekunan Mengantarkan Fathin Raih Juara 2 MQK Tingkat Sekolah
Pesantren Nuris — MA Unggulan Nuris Jember kembali menorehkan prestasi membanggakan melalui salah satu siswi terbaiknya, Fathin Nafisa Aulia Rahma, siswi kelas XII A yang akrab dipanggil Fathin. Lahir dan tumbuh di lingkungan Dusun Pondok Waluh, Kencong, Jember, Fathin dikenal sebagai pribadi yang tenang, penuh kesabaran, dan memiliki rasa cintanya sendiri terhadap ilmu agama sejak usia sekolah dasar. Kehidupannya yang sederhana tidak mengurangi tekadnya untuk terus menuntut ilmu. Justru dari lingkungan yang penuh kehangatan dan kedekatan sosial itulah Fathin tumbuh menjadi remaja yang matang secara emosional dan intelektual, serta menjadikan cita-citanya sebagai tenaga pendidik semakin kuat dari waktu ke waktu.
Dalam kesehariannya, Fathin adalah tipe siswi yang lebih senang mengamati daripada berbicara banyak. Ia memiliki kebiasaan menonton film yang memberikan banyak referensi cerita dan nilai kehidupan, serta gemar mendengarkan kisah dari orang-orang di sekitarnya. Baginya, setiap cerita mengandung hikmah yang dapat dijadikan bekal dalam memahami kehidupan. Kebiasaan ini ternyata berpengaruh besar terhadap kedalaman cara berpikirnya dan membuatnya lebih mudah memahami berbagai kajian kitab yang ia pelajari. Meski terkesan tenang, ia juga memiliki sisi spiritual yang kuat. Dalam perjalanan menuntut ilmu, hal yang paling ia jaga adalah adab, kesabaran, dan keyakinan bahwa semua yang ia lakukan semata mata karena Allah.
Semangat besar itu kemudian membawanya pada salah satu pengalaman paling berharga dalam hidupnya, yaitu mengikuti perlombaan Musabaqah Qiraatul Kutub (MQK) Fathul Qarib dalam ajang Musabaqah Qiraatul Kutub dan Musabaqah Hifdzun Nazham tingkat sekolah yang digelar oleh MA Unggulan Nuris. Perlombaan ini merupakan salah satu kompetisi paling prestisius di lingkungan pesantren dan madrasah karena peserta dituntut untuk membaca, memahami, dan menjelaskan isi kitab klasik yang sarat makna. MQK bukan hanya menguji kekuatan hafalan dan kefasihan dalam membaca, tetapi juga kemampuan memahami logika fikih dan ketelitian dalam menguraikan isi kitab yang digunakan sebagai bahan lomba.
(Baca juga : Sabet Medali Perunggu Olimpiade Kimia Tingkat Nasional di UB Malang, Pelajar MA Unggulan Nuris ini Keren)
Fathin pun memutuskan untuk mengikuti ajang bergengsi ini dengan alasan yang sangat tulus. Ia ingin mengamalkan ilmu yang selama ini ia dapatkan di madrasah. Baginya, ilmu tidak akan memberikan manfaat apabila hanya disimpan dalam kepala, sehingga ia merasa perlu menguji kemampuannya sekaligus memberikan bukti kepada dirinya sendiri bahwa proses belajar yang ia jalani bukan sesuatu yang sia sia. Selain keinginan pribadi, dorongan dari para guru menjadi motivasi yang sangat kuat. Mereka melihat potensi besar dalam diri Fathin, terutama kemampuannya dalam membaca dan memahami kitab secara perlahan namun matang. Dorongan ini bukan hanya membuatnya yakin, tetapi juga menguatkan mentalnya agar berani tampil di ajang kompetitif tersebut.
Namun perjalanan menuju panggung kompetisi tidaklah sederhana. Fathin mengaku bahwa kesulitan terbesar terletak pada bab yang harus ia baca dan tafsirkan. Kitab Fathul Qarib merupakan salah satu kitab fikih yang cukup padat, penuh dengan istilah-istilah hukum, serta memerlukan fokus tinggi agar tidak salah dalam memahami maksud kalimatnya. Bagian yang ia dapatkan dalam perlombaan termasuk kategori yang lumayan sulit sehingga ia harus mengulang-ulangnya bahkan hingga larut malam. Ada kalanya ia merasa bingung dengan redaksi teks, tetapi ia tidak menyerah dan langsung bertanya kepada guru untuk mendapatkan penjelasan yang lebih tepat. Kesabaran menjadi kunci utamanya dalam menghadapi kesulitan tersebut.
Dalam masa persiapan yang cukup intens, Fathin menjalani rutinitas yang sangat disiplin. Ia belajar secara teratur, menyiapkan waktu khusus untuk mendalami teks yang akan dibaca, serta melatih cara menyampaikan penjelasannya dengan runtut. Setiap hari ia mengawali persiapannya dengan doa agar diberi kelancaran, kemudian memperkuat harapan kepada Allah agar usahanya tidak sia sia. Ia percaya bahwa apa pun hasil yang diterimanya kelak merupakan ketetapan terbaik. Meski latihan sering membuat fisiknya lelah, Fathin menjalani semuanya dengan keteguhan hati karena baginya menuntut ilmu merupakan bagian dari pengabdian.
Lomba pun tiba dengan seluruh ketegangan yang menyertai. Fathin tampil dengan penuh keyakinan walau wajahnya sempat menunjukkan kegugupan. Namun ketika mulai membaca teks kitab, ketenangannya perlahan kembali. Suasana ruangan yang hening membuat setiap kata yang ia baca terdengar jelas dan tegas. Para juri memperhatikan setiap detail bacaannya. Setelah selesai membaca, ia kembali diuji pada bagian pemahaman, pertanyaan, dan penjelasan isi teks. Pada momen inilah kemampuan sejatinya diuji. Ia menjawab dengan perlahan tetapi mantap, menunjukkan bahwa ia benar benar memahami isi bab yang dipelajarinya. Meskipun ada beberapa bagian yang membuatnya sedikit berhenti untuk berpikir, ia berhasil memberikan jawaban yang benar dan terukur.
Ketika pengumuman hasil lomba disampaikan, perasaan haru menyelimuti hati Fathin. Mendengar namanya disebut sebagai Juara 2 MQK Fathul Qarib, ia tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Ia bersyukur sedalam dalamnya karena segala usaha yang ia lakukan akhirnya berbuah manis. Perasaan itu bukan hanya miliknya seorang, tetapi juga dirasakan oleh guru guru yang membimbingnya, teman-teman yang mendukungnya, dan keluarga yang selalu mendoakannya. Prestasi ini menjadi salah satu momen paling berkesan dalam perjalanan pendidikannya. Ia menganggap kemenangan ini sebagai bentuk amanah agar ia terus belajar dan semakin semangat mengembangkan kemampuan dalam bidang keilmuan agama.
Bagi Fathin, harapan terbesar setelah meraih prestasi ini adalah agar ilmu yang ia miliki dapat ia amalkan lebih jauh lagi, bukan hanya dalam ruang kelas, tetapi juga di tengah masyarakat. Ia ingin mengajarkan apa yang ia pahami, menyebarkan kebaikan melalui pendidikan, dan membantu orang lain memahami ajaran agama dengan lebih mudah dan menyenangkan. Cita-cita menjadi tenaga pendidik pun seolah mendapatkan pondasi yang lebih kuat setelah mengikuti perlombaan ini. Prestasi ini membuatnya semakin yakin bahwa jalan pendidik adalah jalur yang tepat untuknya.
Prestasi yang diraih Fathin juga membawa semangat baru bagi seluruh siswa siswi MA Unggulan Nuris Jember. Ia menjadi salah satu contoh bahwa keberhasilan dalam membaca kitab kuning tidak hanya milik santri yang sudah lama mondok, tetapi juga dapat diraih oleh siapa pun yang mau berusaha dengan sungguh sungguh. Sikapnya yang rendah hati, disiplin, sabar, dan penuh keyakinan kepada Allah menjadi teladan bagi teman teman sebayanya. Melalui prestasi ini, madrasah kembali menegaskan komitmennya dalam mencetak generasi yang kuat dalam ilmu agama, sekaligus memiliki karakter yang baik. [LA.Red]
Nama : Fathin Nafisa Aulia Rahma
Hobi : Menonton Film & Mendengarkan cerita
Cita2 : Tenaga Pendidik
Lembaga : MA Unggulan Nuris Jember (XII A)
Prestasi : Juara 2 MQK Fathul Qarib “MUSABAQAH QIRA’ATUL KUTUB (MQK) & MUSABAQAH HIFDZUN NAZHAM (MHN)” tingkat Sekolah yang diselenggarakan oleh MA Unggulan Nuris
