Yang Tergambar pada Senja
Penulis: Achmad Faizal*
Selain kelok jalan pulang. Awan yang memerah kemudian menghitam. Yang kulihat di wajah senja adalah semesta butuh waktu untuk diam
Hiruk-pikuk yang sedari subuh menggelanggang. Seolah bertanding mencari sari pati kehidupan. Kita terkadang lupa, satu per satu di antaranya terbuang. Melawan terik, pun tak sempat memberi salam perpisahan
(baca juga: Ilusi Burung Besi dan Nasib Tuti di Arab Saudi)
Manusia seperti bukan manusia selain memanusiakan manusiawi. Yang terus berlomba menumpuk kepuasan pribadi. Sikut-menyikut mengatur siasat berebut sesuap nasi ambisi. Dan hasrat yang terlampau sarat kontroversi dan atraksi
Petang kembali bersahut dengan siur burung dan tenangnya aliran angin. Semburat jingga memecah kanvas langit yang pelan mengabu. Aku semakin jelas menengok atap rumah ketimbang jejak di belakang. Ingin kurebah melepas lelah, dan topeng pariwara kutanggalkan. Berpasrah pada lillah sampai suntuk malam yang panjang
Kepasrahan dan kepastian
Jember, 24 Maret 2019
*penulis adalah staff pengajar bahasa dan sastra Indonesia di MA Unggulan Nuris