Wayan Nazihah, Raih Juara 2 dalam Musabaqah Hifzhil Qur’an Putri Tingkat Yayasan Nurul Islam Jember
Pesantren Nuris — Menjadi penghafal Al-Qur’an di usia muda bukanlah tugas yang mudah. Dibutuhkan ketekunan, keikhlasan, dan kedisiplinan yang tinggi. Hal itu dibuktikan oleh sosok inspiratif dari MA Unggulan Nuris Jember, Wayan Nazihah, atau yang akrab disapa Wayan, siswi kelas XI D, yang berhasil menyabet Juara 2 dalam ajang Musabaqah Hifzhil Qur’an (MHQ) Putri tingkat Yayasan Nurul Islam Jember.
Gadis asal Bagorejo, Gumukmas, Jember ini menunjukkan bahwa meskipun berasal dari daerah yang jauh dari pusat kota, hal tersebut tidak menghalanginya untuk meraih prestasi dalam bidang yang sangat mulia: menghafal Al-Qur’an. Prestasi yang ia raih bukan sekadar piala atau gelar juara, namun juga menjadi bentuk nyata dari kedekatan seorang santri dengan Kalamullah.
Ajang Musabaqah Hifzhil Qur’an yang digelar oleh Yayasan Nurul Islam Jember menjadi momen penting bagi Wayan. Keikutsertaannya bukan hanya karena ingin berkompetisi, namun karena dorongan kuat dari dalam diri untuk mengevaluasi sejauh mana hafalannya terjaga.
“Alasan saya ikut lomba ini karena ingin mengevaluasi diri. Lewat lomba ini, saya jadi tahu juz mana yang hafalannya mulai melemah dan butuh diperkuat kembali,” ungkap Wayan dengan penuh kesadaran.
(Baca juga : Shafania Nuril Fitri Siswi MA Unggulan Nuris, Juara Olimpiade Matematika dengan Semangat dan Cita-Cita Mulia)
Bagi Wayan, MHQ bukan sekadar lomba untuk meraih gelar juara, tetapi juga menjadi tolak ukur kemajuan dan kekonsistenan dalam menjaga hafalan Al-Qur’an yang sudah ditanam sejak lama.
Dalam perjalanan menghafal Al-Qur’an, Wayan mengakui bahwa motivasi terbesarnya datang dari orang tua. Kedua orang tuanya selalu menjadi sumber semangat dan kekuatan dalam setiap langkahnya.
“Mereka selalu mendoakan saya, mengingatkan saya untuk terus murojaah, dan tidak lelah memberi dukungan meski saya kadang merasa jenuh. Dari mereka saya belajar untuk tidak menyerah,” katanya haru.
Semangat dari orang tua itulah yang membuat Wayan terus bangkit setiap kali menghadapi tantangan, terutama dalam menghadapi salah satu musuh terbesar seorang hafidz: rasa malas.
Dalam proses persiapan mengikuti lomba, Wayan menghadapi tantangan yang lebih berat daripada sekadar menghafal: yaitu melawan rasa malas yang muncul dari dalam diri sendiri.
“Melawan rasa malas itu sangat susah. Kadang saya tahu harus murojaah, tapi badan dan pikiran saya menolak. Di situlah saya benar-benar diuji,” tutur Wayan dengan jujur.
Namun, dengan tekad dan motivasi yang kuat, terutama mengingat dukungan dari orang tua dan cita-citanya sebagai seorang dosen di masa depan, ia berusaha mengalahkan kemalasan tersebut dengan kedisiplinan. Ia mulai membiasakan diri dengan rutinitas murojaah setiap hari menjelang lomba.
Tidak ada metode rumit dalam persiapan Wayan. Ia hanya fokus pada satu hal: murojaah Al-Qur’an secara konsisten. Ia menyusun jadwal murojaah berdasarkan juz yang akan dilombakan, memperbanyak pengulangan, dan mendalami makna ayat-ayat yang dihafalnya.
“Saya fokus pada murojaah dan memperbaiki bagian-bagian yang masih kurang lancar. Setiap hari, saya targetkan untuk menyempurnakan hafalan yang sudah ada,” jelasnya.
Ketekunan inilah yang membuahkan hasil membanggakan: Juara 2 dalam MHQ tingkat yayasan, mengalahkan banyak peserta dari berbagai lembaga yang tergabung di bawah Yayasan Nurul Islam Jember.
Wayan mengungkapkan bahwa dirinya merasa senang dan bahagia saat diumumkan sebagai pemenang. Ia tidak menyangka bahwa usaha sederhana dan penuh perjuangan itu akan membawa hasil sebesar ini.
“Senang dan bahagia, pastinya. Tapi yang paling penting, saya merasa bisa memotivasi diri saya sendiri dan juga teman-teman saya yang lain. Ini bukan akhir, tapi awal untuk menjadi lebih baik,” ujar Wayan.
Dalam pesannya, ia berharap agar keikutsertaannya dalam lomba ini dapat menjadi contoh bagi teman-teman sebayanya. “Kesan saya, semoga bisa memotivasi para siswa-siswi lainnya. Dan pesan saya untuk diri sendiri, semoga ini bisa merubah saya menjadi pribadi yang lebih baik lagi.”
Wayan tidak ingin berpuas diri dengan pencapaian saat ini. Ia berharap bahwa kemenangan ini menjadi langkah awal untuk memperbaiki diri lebih jauh. Ia ingin terus menjaga hafalannya, memperbaiki akhlak, dan menanamkan semangat istiqamah dalam setiap kegiatan.
“Harapan saya, semoga saya bisa menjadi lebih baik ke depannya. Baik dalam hafalan, dalam akhlak, maupun dalam ilmu. Karena saya ingin menjadi dosen yang tidak hanya cerdas, tapi juga dekat dengan Al-Qur’an,” katanya penuh tekad.
Di balik ketekunannya sebagai seorang hafidzah, Wayan memiliki hobi yang unik dan cukup kontras: menonton drakor atau drama Korea. Baginya, menonton drakor bukan hanya hiburan, tapi juga media untuk belajar bahasa, budaya, dan cara berpikir yang berbeda.
Namun, ia tahu betul kapan harus menonton dan kapan harus menghafal. “Kalau sudah waktunya murojaah, saya tinggalkan dulu drakornya. Fokus utama saya tetap Al-Qur’an,” katanya sambil tersenyum.
Keseimbangan antara kegiatan spiritual dan hiburan inilah yang membuat Wayan mampu menjalani hari-harinya dengan lebih ringan namun tetap produktif.
Prestasi Wayan Nazihah adalah bukti bahwa keberhasilan tidak selalu datang dari orang yang paling hebat, tetapi dari mereka yang paling konsisten dan tidak mudah menyerah. Ia telah menginspirasi banyak pihak, tidak hanya di kalangan teman-temannya, tetapi juga guru dan orang tua yang bangga melihat perjuangannya.
Semoga keberhasilan ini menjadi pijakan awal menuju prestasi-prestasi yang lebih tinggi, baik dalam bidang akademik maupun non-akademik. Semoga pula, Al-Qur’an selalu menjadi cahaya dalam hidup Wayan dan seluruh generasi muda Islam. [LA.Red]
Nama : Wayan Nazihah
Alamat : Gumukmas, Jember
Hobi : Nonton Drakor
Lembaga : MA Unggulan Nuris Jember
Prestasi : musabaqah hifzhil qur’an putri juara 2 Tingkat Pesantren Nurul Islam Jember