Dimas Afton, Raih Juara 1 Musabaqah Hifzhil Qur’an Tingkat Yayasan Nurul Islam Jember
Pesantren Nuris — Suasana bangga dan penuh haru kembali menyelimuti MA Unggulan Nuris, salah satu lembaga pendidikan berbasis pesantren yang berada di bawah naungan Yayasan Nurul Islam Jember. Prestasi kali ini datang dari seorang siswa yang rendah hati namun penuh ketekunan: Dimas Afton, atau yang lebih akrab dipanggil Afton, siswa kelas XI D yang berhasil meraih Juara 1 dalam ajang Musabaqah Hifzhil Qur’an (MHQ) tingkat Yayasan Nurul Islam Jember.
Dikenal sebagai pribadi yang tenang dan memiliki semangat kuat dalam menggali ilmu agama, Afton berasal dari Jombang, Jember. Di balik sosoknya yang pendiam, tersimpan semangat luar biasa dalam menjaga dan menghafal kalamullah. Ia merupakan salah satu santri yang aktif mengikuti ekstrakurikuler Tahfidz dan Kaligrafi, serta memiliki hobi menggambar sebagai pelampiasan kreativitas di sela-sela padatnya kegiatan pesantren.
Kemenangan Afton dalam ajang Musabaqah Hifzhil Qur’an bukanlah hasil instan. Ia telah menapaki perjalanan panjang dan penuh tantangan dalam menghafal Al-Qur’an. Namun, bagi Afton, menghafal Qur’an bukan semata soal kompetisi, melainkan bagian dari jalan hidup yang ia pilih untuk meraih kesuksesan dunia dan akhirat—sebuah cita-cita yang ia tanamkan sejak dini.
Ketika ditanya mengenai alasan mengikuti lomba, Afton menjawab dengan jujur dan reflektif: “Supaya saya bisa tahu mana juz yang harus lebih banyak dimurojaah lagi.” Ia melihat lomba ini sebagai sarana untuk menilai dan mengevaluasi dirinya sendiri, bukan sekadar sebagai ajang untuk mendapatkan pengakuan.
Dalam dunia tahfidz, mengulang-ulang hafalan adalah kunci, namun bagi sebagian orang, hal itu bisa menjadi rutinitas yang membosankan. Tidak bagi Afton. Ia justru menjadikan Al-Qur’an sebagai satu-satunya hal yang tak pernah membosankan meskipun terus diulang.
(Baca juga : Tampilkan Kemampuan Bahasa Arab, Siswi MA Unggulan Nuris Raih Juara 3 di Ajang Pidato Bahasa Arab)
“Yang diulang-ulang itu membosankan, kecuali Al-Qur’an,” ungkap Afton dengan kalimat yang dalam dan penuh makna. Ucapannya mencerminkan kedalaman hati dan cinta yang tulus kepada Al-Qur’an. Motivasi inilah yang menguatkan langkahnya dalam setiap sesi murojaah, meskipun banyak rintangan menghadang.
Di balik prestasinya yang membanggakan, Afton tidak segan untuk mengakui kesulitan-kesulitan yang ia hadapi selama proses menghafal. Ia menyebut bahwa rintangan datang dalam berbagai bentuk, baik lahir maupun batin. “Banyak sekali bala rintangan yang menghalangi, seperti maksiat dan hafalan tidak lancar,” tuturnya.
Pernyataan ini mengandung kesadaran spiritual yang mendalam. Ia menyadari bahwa maksiat, sekecil apapun itu, bisa menjadi penghalang dalam menghafal dan menjaga Al-Qur’an. Maka dari itu, ia berjuang bukan hanya secara intelektual dalam menghafal, tetapi juga secara ruhiyah dalam menjaga hati.
Dalam persiapan menghadapi lomba MHQ, Afton membuat pengorbanan yang tidak kecil. Salah satunya adalah dengan menghilangkan jam tidur siang yang biasa ia nikmati, digantikan dengan waktu khusus untuk memperlancar hafalan.
“Jam tidur siang saya hilang dibuat untuk melancarkan hafalan,” ujarnya tanpa penyesalan. Kalimat itu terdengar sederhana, tetapi menjadi simbol dari komitmen dan pengorbanan yang besar untuk meraih keberkahan dari Al-Qur’an.
Setiap detik ia gunakan untuk murojaah, setiap kesalahan ia koreksi, dan setiap keberhasilan ia syukuri. Persiapan yang matang inilah yang akhirnya mengantarkannya meraih predikat juara pertama di antara para peserta terbaik dari seluruh lembaga di bawah Yayasan Nurul Islam.
Setelah pengumuman lomba, Afton mengaku bahwa ia tidak menyangka bisa meraih kemenangan ini. “Saya tidak menduga saya berhasil mendapatkan apa yang sudah saya usahakan,” ungkapnya dengan nada penuh rasa syukur.
Bagi Afton, kemenangan ini adalah hadiah dari Allah atas usaha yang telah ia lakukan, bukan semata hasil dari kemampuannya sendiri. Ia pun memberikan pesan penting bagi teman-temannya: “Syukuri apa yang telah didapat. Kesannya, maju terus pantang mundur agar selalu lancar.”
Ia juga menyampaikan harapan untuk dirinya sendiri, agar prestasi ini menjadi batu loncatan untuk terus memperbaiki diri. “Semoga saya lebih semangat lagi menghafal dan murojaahnya,” harapnya.
Selain dikenal sebagai hafizh muda, Afton juga memiliki bakat seni dalam menggambar. Dalam waktu luangnya, ia sering menuangkan gagasan dan emosi melalui sketsa dan lukisan. Keikutsertaannya dalam ekstrakurikuler kaligrafi menjadi wujud dari sinergi antara cinta Al-Qur’an dan jiwa seni yang ia miliki.
Keseimbangan antara aspek intelektual, spiritual, dan seni inilah yang menjadikan Afton sosok pelajar yang unik dan inspiratif. Ia membuktikan bahwa kesuksesan bukan hanya milik mereka yang kuat secara akademik, tetapi juga milik mereka yang memiliki komitmen, integritas, dan kesungguhan hati dalam mengejar kebaikan.
Prestasi Dimas Afton dalam Musabaqah Hifzhil Qur’an bukan hanya membanggakan dirinya pribadi, tetapi juga menjadi kebanggaan seluruh keluarga besar MA Unggulan Nuris. Ia adalah contoh nyata dari pelajar yang mampu menggabungkan usaha, niat baik, dan semangat juang dalam meraih tujuan.
Semoga keberhasilan ini menjadi langkah awal dari perjalanan panjang yang penuh berkah. Dan semoga Allah senantiasa menjaga hafalan dan hati para penjaga Al-Qur’an seperti Afton, serta menginspirasi generasi muda lainnya untuk mencintai dan mengamalkan kalam-Nya. [LA.Red]
Nama : Dimas Afton
Alamat : Jombang, Jember
Hobi : Menggambar
Lembaga : MA Unggulan Nuris Jember
Prestasi : Musabaqah Hifzhil Qur’an Juara 1 Tingkat Pesantren Nurul Islam Jember