Melawan Malas dan Tetap Jujur Kunci Sukses Annida Alifah
Pesantren Nuris — Di tengah hiruk-pikuk aktivitas sekolah dan persaingan akademik yang makin ketat, muncul satu nama yang berhasil mencuri perhatian banyak pihak karena prestasinya yang membanggakan. Dialah Annida Alifah, atau akrab disapa Nida, siswi kelas X C MA Unggulan Nuris Jember yang sukses meraih Peringkat 3 pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2024/2025.
Gadis kelahiran Patrang, Jember ini tidak hanya membuktikan bahwa kerja keras dan ketekunan bisa mengalahkan rasa malas, tapi juga menunjukkan bahwa prestasi tidak hanya didapat lewat perlombaan semata. Dengan tekad yang kuat dan semangat pantang menyerah, Nida menginspirasi banyak teman-temannya dengan pencapaiannya yang luar biasa.
Dalam wawancara santai bersama tim jurnalistik sekolah, Nida menyampaikan motivasi yang benar-benar menyentuh hati. “Saya belum bisa mendapatkan prestasi di perlombaan, jadi saya memilih cara lain untuk membahagiakan orang tua dan guru, yaitu melalui peringkat kelas,” ujar Nida dengan senyum malu-malu namun penuh keyakinan.
Bukan sekadar mencari nilai, gadis yang punya hobi unik yaitu mencoba macam-macam variasi irama tartil ini, menjadikan pencapaian akademik sebagai bentuk rasa syukur dan cara membalas budi kepada orang tua dan para guru. Sebuah pemikiran dewasa yang jarang dimiliki oleh anak seusianya.
(Baca juga : Nur Syamilah Siswi MA Unggulan Nuris Buktikan Skill Pidato Bahasa Inggris Juara 2 di Tingkat Kabupaten)
Perjalanan Nida tentu tidak selalu mulus. Ia dengan jujur mengaku bahwa kesulitan terbesarnya adalah melawan rasa malas, menjaga kedisiplinan, dan tetap teguh pada prinsip untuk tidak mencontek, meski dalam situasi sulit saat ujian. Ini bukan hal mudah, terutama di era digital seperti sekarang, di mana godaan datang dari mana-mana.
Namun, Nida tetap memegang teguh prinsip belajarnya. “Saya ingin mengerjakan soal dengan menaati peraturan yang berlaku. Nilai bagus bukan segalanya, tapi proses yang jujur itu jauh lebih bermakna,” ujarnya dengan tegas.
Dalam menghadapi ujian penentu peringkat, Nida tidak main-main. Ia menyusun strategi belajar yang patut dicontoh oleh banyak siswa lainnya. Mulai dari belajar maksimal, membuat catatan sendiri, hingga meminta restu orang tua dan tak lupa berdoa, semua dilakukan dengan penuh kesungguhan.
Ia percaya bahwa ilmu bukan hanya untuk dihafal, tapi juga dipahami dan diamalkan. Harapannya sederhana namun penuh makna: “Semoga saya bisa memahami ilmu dengan mudah, mengamalkannya, dan tentu saja mendapatkan peringkat di perlombaan akademik maupun kehidupan.”
Gaya belajar Nida juga unik dan kekinian banget. Dalam pesannya kepada teman-teman sekelasnya, ia membagikan tips yang bukan cuma relatable, tapi juga ngena banget buat kalangan Gen Z.
“Waktu guru menerangkan, coba deh perhatikan baik-baik. Saya pernah dengar, katanya kalau kita gak paham pelajaran, mungkin kita kurang perhatian. Dan ingat, pelajaran juga butuh diperhatiin, bukan cuma ayang doang yang perlu diperhatiin. Hehe…”
Selain itu, Nida juga punya metode jitu untuk memudahkan pemahaman. Ia selalu membuat catatan sendiri, mencatat ulang poin-poin penting yang perlu diingat, dan menyusun ulang materi dengan versinya sendiri. Cara ini terbukti ampuh buat bantu dia dapetin posisi 3 besar di kelas!
Walau berhasil mendapatkan peringkat 3, Nida tetap rendah hati. Ia tidak langsung puas dengan apa yang diraihnya. Dalam refleksi pribadinya, ia mengaku masih harus lebih maksimal dalam belajar dan lebih bijak dalam mengatur waktu.
“Saya bersyukur banget, tapi ini juga jadi catatan buat saya pribadi. Saya masih harus lebih disiplin dan serius dalam belajar. Peringkat 3 ini bukan akhir, tapi awal dari perjuangan yang lebih besar,” ungkapnya dengan penuh semangat.
Yang membuat kisah Nida makin menarik adalah cita-citanya yang tidak biasa. Di saat banyak remaja seusianya ingin jadi selebgram atau konten kreator, Nida justru bermimpi menjadi Kepala Sekolah MI (Madrasah Ibtidaiyah).
Ia melihat dunia pendidikan sebagai ladang amal yang luas, dan ingin memberikan kontribusi besar di sana suatu saat nanti. Cita-cita ini juga lah yang membuatnya terus semangat mengikuti ekstrakurikuler seperti Tartil dan Olimpiade Bahasa Arab, sebagai bekal masa depan.
Di akhir cerita, Nida menyampaikan harapan yang sangat tulus. Ia sadar bahwa bukan hanya dirinya yang ingin mendapat peringkat. Karena itu, dia menyemangati teman-teman sekelasnya:
“Kalau nanti aku gak dapat peringkat lagi, mungkin itu rezekinya teman-teman yang lain. Tapi jangan pernah berhenti semangat ya. Karena kita semua punya peluang yang sama. Belajar itu bukan buat saingan, tapi buat bekal kita ke masa depan.”
Annida Alifah adalah contoh nyata bahwa keberhasilan tidak datang secara instan. Butuh perjuangan, kesabaran, dan niat tulus untuk mencapai sesuatu yang bermakna. Prestasi bukan hanya soal piala atau sertifikat, tapi juga tentang menang melawan diri sendiri, dan tetap jujur dalam proses.
Jadi, buat kamu yang masih sering malas-malasan, inget kata Nida: “Pelajaran juga butuh perhatian, gak cuma ayang doang.”
Selamat untuk Nida atas prestasi membanggakan ini! Semoga semester depan bisa naik jadi peringkat 1 ya! Dan untuk teman-teman lain, yuk, semangat terus! Karena setiap usaha pasti ada hasilnya, asal kita gak pernah berhenti mencoba. [LA.Red]
Nama : Annida Alifah
Hobi : Mencoba macam-macam variasi irama tartil
Cita2 : Menjadi Kepala Sekolah MI
Lembaga : MA Unggulan Nuris Jember (X C)
Prestasi : Peringkat 3 MA Unggulan Nuris Jember Semester Genap Tahun pelajaran 2024/2025
