Tausiyah Syaikhul Ma’had: Madzhab Imam Al-Syafi’i

Nama lengkap Imam Syafi’i adalah Muhammad bin Idris al-Syafi’i. Beliau lahir pada tahun 150 H, bertepatan dengan tahun wafatnya Imam Abu Hanifah dan wafat di Mesir pada tahun 204 H. Imam Syafi’i adalah seorang mujtahid muthlaq mustaqil. Selain ahli dalam bidang fiqh, beliau juga mahir dalam ilmu Hadits dan Akidah. Tentang keagungan dan keistimewaan Imam Syafi’i, Dr. Wahbah al-Zuhaili-ulama fiqh kontemporer berkebangsaan Syria-, menyatakan:

“Imam Syafi’i adalah seorang mutjahid mustaqil muthlaq, imam dalam bidang fiqh dan hadits. Beliaulah yang mampu menggabungkan fiqh ulama Hijaz (sekarang wilayah Makkah dan Madinah) dan fiqh ulama Irak, Imam Ahmad bin Hanbal berkomentar, “Imam Syafi’i adalah orang yang paling mengerti tentang kitab Allah dan sunnah Rasulullah. Semua ulama ahli fiqh,ushul, hadits, ahli bahasa serta ulama yang lain telah sepakat bahwa Imam Syafi’i adalah seorang yang amanahm adil, zuhud, wara’, bertaqwam pemurah, reputasinya baik, serta mempunyai kedudukan yang mulia.” (Al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, juz I, hal 36).

(Baca juga: bagaimana sebaiknya sikap ketika makan dan minum?)

Apa yang beliau rintis kemudia diteruskan oleh para pengikutnya, seperti Yusuf bin Yahya al-Buwaithi (w.231 H/846M), Abu Ibrahim Isma’il bin Yahya al-Muzani (w. 264H/877M), dan lainnya. Termasuk pengikut madzhab al-Syafi’i adalah Imam Bukhari (194-251H/810-870M). (Al-Dahlawi, al-Inshaf fi Bayani Asbab al-Ikhtilaf, hal. 76).

Lebih jelas lagi Syaikh Musthafa Muhammad ‘Imarah mengatakan:

وَتَفَقَّهَ الْبُخَارِيُّ عَلَى مَذْهَبِ الْإِمَامِ الشَّافِعِي . (جواهر البخاري: ١٠)

“Dan Imam Bukhari itu belajar fiqh mengikuti madzhab Imam al-Syafi’i” (Jawahir al-Bukhari, hal 10).

(Baca juga: bagaimana hukum mengeraskan bacaan dzikir?)

Apabila dianalogikan pada keahlian, maka Imam Bukhari diibaratkan pakar bahan baku, tetapi metode pengolahannya tetap mengikuti teori Imam Syafi’i. Imam Syafi’I disamping ahli “bahan baku”, beliau juga ahli mengolah “bahan baku” tersebut. Maka tidak heran apabila beliau menghasilkan produk hukum yang diikuti oleh umat Islam, termasuk juga para pakar hadits.

Sumber: KH Muhyiddin Abdusshomad. 2008. Hujjah NU. Surabaya: Khalista.

Related Post