Jember, NU Online
Nama Izza Nur Layla, dalam beberapa hari terakhir ini tiba-tiba mencuat bak meteor menyusul keberhasilannya meraih medali emas dalam ajang kompetisi internasional bidang agribisnis di Thailand. Dia adalah satu dari dua santri Indonesia yang meraih jawara dalam ajang bergensi tersebut.
<>
Menurut wakil pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam (Nuris), Antirogo, Jember, Robith Qoshidi, santrinya itu memang tergolong anak yang cedas, sejak duduk di bangku Tsanwiyah hingga Aliyah.
“Dia kader Aswaja yang cerdas. Dia hafal alfiah, dia paham dalil-dalil tahlil, talqin dan sebagainya. Itu karena sekolah kami ada penekanan baca kitab kuning dan kitab-kitab Aswaja,” tuturnya di kediamannya, akhir pekan lalu (22/2).
Izza adalah putri keempat dari pasangan H Abd Roqib dan Futiha. Kehidupan keluarga Izza sangat sederhana, tinggal di pusat kota, tepatnya Jalan Dr. Sutomo 8 Jember, bersebelahan dengan rumah Bupati MZA Djalal.
Ayah Izza bekerja sebagai pedagang rombeng, yaitu pedagang barang-barang bekas seperti kipas, radio dan lain-lain di Pasar Gebang. Itulah sumber mata pencaharian satu-satunya. Kegiatan lainnya, H. Roqib membuka taman pendidikan al-Qur’an (TPA) di rumahnya, yang setiap sore didatangi anak-anak kecil untuk belajar mengaji. Kegiatan tersebut dijalaninya dengan ikhlas, tanpa pamrih sedikitpun.
“Saya tidak hafal siapa saja pernah belajar ngaji di sini, karena saya tidak pernah mencatat nama-namnya. Dari awal saya memang berniat cuma ingin agar anak-anak bisa mengaji, tanpa pernah meminta iuran seperak pun. Dan saya yakin keberhasilan anak-anak saya juga karena doa murid-murid saya,” ucapnya.
Keempat anak H. Roqib sudah menikah kecuali si bungsu, Izza. Kendati H. Roqib tergolong kurang mampu secara ekonomi, namun anak-anaknya berhasil meraih gelar S1 dengan profesi yang berbeda, bahkan ada yang hafidz. Mereka semua mendapat beasiswa, sehingga H. Roqib tak perlu mengeluarkan biaya kecuali di saat pendaftaran saja, termasuk, Izza.
Saat lulus MA Nuris, Izza berhasil meraih beasiswa melalui program pertukaran pelajar dengan The Southern Border Provinces Administrative Centre (SBPAC). Pertukaran pelajar ini merupakan tindak lanjut dari kerja sama antara Menteri Agama RI dan SBPAC yang ditandatangani di Naradhiwas University pada September 2013. (Aryudi A. Razaq/Mahbib)