Satu-Satunya Peserta Dari Pondok Pesantren
Jember- Pesantren identik dengan tempat menimba ilmu agama. Tapi, di SMA Nurul Islam (Nuris) yang bernaung di bawa pesantren juga di ajarkan berbagai macam ilmu, termasuk robotika. Terbukti, siswanya baru saja menjadi juara tiga lomba robotik se-Jawa Bali. LOMBA Robotik Line Follower Brawijaya Physics Event 2015 tingkat SMA Sederajat se-Jawa Bali Terbuka pada 7 November 2015 di Universitas Brawijaya Malang menjadi ajang pembuktian tiga siswa dari pesantren dalam merakit robot.
Meski bukan juara satu, capaian itu sangat istimewa mereka mereka satu-satunya peserta dari kalangan pesantren. Abdul Wahab, Sinta Devi Lusiana, Rouhul Ikhsan, siswa SMA Nurul Islam (Nuris) Antirogo Jember beradu kreativitas dalam merakit robiot. Meski mengikuti lomba robotika menjadi pengalaman pertama mereka, rasa percaya diri untuk menjadi yang terbaik membuat semangat ketiganya terpacu.
Perlombaan robotik itu, kata Wahab, menonjolkan ketepatan robot yang mereka rakit dalam melewati rute dengan lancar dan cepat. Di Final Perbanyak Sensor Motorik Sebab, dalam lomba tersebut, robot yang di gunakan di desain menggunakan sensor motorik agar bisa beroperasi tanpa remot kontrol. “Jadi di bagian bawah robot kami pasang lampu sensor agar robot bisa melalui jalur yang disediakan panitia lomba tanpa harus keluar garis,” terang siswa kelas IPA XI itu.
Awalnya, mereka merasa minder saat mengikuti lomba robotika. Dari semua peserta, hanya mereka yang berasal dari lembaga swasta. Di tambah lagi, mereka satu-satunya dari sekolah yang berada di bawah naungan pesantren. Perasaan itu, diakui ketiganya, sempat membuat konsentrasi terpecah. Sehingga, robot yang mereka rakit sempat mengalami masalah. Tapi, semangat dari guru pendamping dan beberapa teman mereka saat lomba mengurangi rasa minder itu, sehingga masalah teratasi. Akhirnya, lolos ke babak final.
Di babak final yang diikuti oleh delapan tim itu, Shinta Devi Lusiana menjadi satu-satunya peserta perempuan dalam lomba tersebut. Meski semua lawannya laki-laki, Shinta yang berperan aktif dalam timnya mengatakan dalam strategi menjadi kunci kemenangan timnya. “Kami mengang sebagai juara ketiga karena strategi tim yang kami gunakan cukup baik. Yaitu mengandalkan jumlah sensor motorik dalam robot,” terangnya. Bentuk robotnya, kata Shinta, cukup sederhana dibanding peserta lain. “Kami kalah saat perebutan juara saja. Karena speed robot kami kalah cepat dengan robot peserta lain,” akunya. Kemenangan dalam lomba robotik tersebut tidak lepas dari peran lembaga. Meski lembaga swasta di bawah naungan pesantren, Nuris memiliki ekstrakulikuler robotik. Hal itu untuk membuktikan bahwa perkembanagn teknologi juga bisa di manfaatkan oleh pesantren.
“Kami di lembaga SMA juga menerapkan madrasah sains. Untuk mengimbangi perkembangan teknologi yang semakin maju,” kata Robith Qoshidi, Kepala SMA Nuris. Tidak hanya menjadi pemenang dalam lomba robotika, lanjut Robith, santri sekaligus SMA Nuris juga mampu menjuarai olimpiade kimia antar siswa se-Jawa Timur di Politeknik Negeri Malang. Dalam olimpiade tersebut, Yahya dan Rifki Susanto yang tergabung dalam satu tim menyabet juara dua dalam olimpiade yang dilaksanakan pada 21 November 2015. “Prestasi ini tidak lepas dari sistem di kelembagaan yang mengedepankan sains, khususnya dalam dunia pesantren,” terangnya. Dia berjanji akan terus mengembangkan potensi siswanya, baik di bidang keagamaan atau sains, seperti robotik. “Ini lomba robotik pertama yang kami ikuti. Selanjutnya mungkin kami akan aktif dalam lomba-lomba robotik lainnya untyuk terus mengasah kemampuan santri atau siswa kami,” pungkasnya. (kr/c1/hdi)
Sumber : Radar Jember, Senin 30 November 2015