Sahabat Utsman Bin Affan Ra

Nama, Nasab dan Kelahirannya

Beliau adalah Utsman bin Affan bin Abi al-‘Ash bin Umayyah bin Abd Syam bin Abd Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luwai bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’addu bin Adnan (al-Thabaqat al-Kubra, III: 53). Ayahnya meninggal dunia pada masa jahiliyah dan tidak sempat mengenal Islam. Sedangkan ibunya Arwa binti Kuriz bin Rabi’ah, putri dari Ummu Hakim Al-Baidha’ binti Abdul Muththalib, bibi Rasulullah SAW. Arwa sempat memeluk Islam, ikut hijrah ke Madinah dan ikut berbai’at kepada Rasulullah SAW. Dia menetap di Madinah hingga wafat pada masa kekhalifahan putranya, Utsman.

Nama panggilan Utsman adalah Abu Abdillah dan gelarnya dzunnurrain (yang punya dua cahaya). Sebab digelari dzunnuraian, karena Rasulullah SAW menikahkan dua putrinya untuk Utsman; Ruqayyah dan Ummu Kultsum.

Di masa Islam, Utsman menikahi 8 wanita, diantaranya Ruqayyah puteri Rasulullah SAW, Ummu Kultsum puteri Rasulullah SAW yang dinikahinya setelah wafatnya Ruqayyah, Fakhitah binti Ghazwan, Ummu ‘Amr bin Jundab, Fathimah binti Walid bin Mughirah al-Makhzumiyyah, Ummu al-Banin binti Uyainah, Ramlah binti Syaibah dan Nailah binti al-Farafishah. Dari perkawinannya lahirlah 9 anak laki-laki; dan 8 anak perempuan.

 

Fisik dan Kepribadiannya

Utsman adalah seorang yang rupawan, lembut, mempunyai jenggot yang lebat, berperawakan sedang, mempunyai tulang persendirian yang besar, berbahu bidang, rambutnya lebat, dan bentuk mulutnya bagus. Al-Zuhri berkata, “Beliau berwajah rupawan, bentuk mulut bagus, berbahu bidang, berdahi lebar, dan mempunyai telapak kaki yang lebar.”

Utsman adalah seorang saudagar yang kaya tetapi dermawan. Beliau adalah seorang pedagang kain yang kaya raya, kekayaan ini beliau belanjakan guna mendapatkan keridhaan Allah SWT, yaitu untuk pembangunan umat dan ketinggian Islam. Beliau memiliki kekayaan ternak lebih banyak dari pada orang Arab lainya.

Pada saat perang Dzaturriqa’ dan perang Ghatfahan berkecamuk, dimana Rasullullah SAW memimpin perang, Utsman dipercaya menjabat Walikota Madinah. Saat Perang Tabuk, Utsman mendermakan 1000 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama dengan sepertiga biaya perang tersebut. Utsman juga menunjukkan kedermawanannya tatkala membeli sumur yang jernih airnya dari seorang Yahudi seharga 200.000 dirham yang kira-kira sama dengan dua setengah kg emas pada waktu itu. Sumur itu beliau wakafkan untuk kepentingan rakyat umum. Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering.

Dia juga dikenal sebagai seorang yang sangat pemalu, disebutkan dalam sebuah hadis:

“Orang yang paling penyayang diantara umatku adalah Abu Bakar, yang paling tegas dalam menegakkan agama Allah adalah Umar, yang paling pemalu adalah Utsman, yang paling mengetahui tentang halal dan haram adalah Muadz bin Jabal, yang paling hafal tentang al-Qur’an adalah Ubay bin Ka’ab dan yang paling mengetahui ilmu waris adalah Zaid bin Tsabit. Setiap umat mempunyai seorang yang terpercaya, dan orang yang terpercaya di kalangan umatku adalah Abu Ubaidah bin al-Jarrah.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya, 3:184).

Rasulullah SAW juga menggambarkan Utsman sebagai pribadi yang paling jujur dan rendah hati diantara kaum muslimin. Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa ‘Aisyah bertanya kepada Rasulullah SAW, Abu Bakar masuk tapi engkau biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus, lalu Umar masuk engkau pun biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus. Akan tetapi ketika Utsman masuk engkau terus duduk dan membetulkan pakaian, mengapa?” Rasullullah menjawab, “Apakah aku tidak malu terhadap orang yang malaikat saja malu kepadanya?”

 

Kisah Keislamannya

Ketika Abu Bakar al-Shiddiq masuk Islam, dia segera mengajak orang-orang pilihan dari penduduk Mekkah untuk ikut masuk Islam. Maka dia berkata kepada Utsman, “Ini adalah Muhammad bin Abdullah, telah diutus oleh Allah untuk menyampaikan risalah-Nya kepada seluruh makhluk-Nya. Apakah engkau ingin menemuinya dan mendengar sesuatu darinya?”

Tanpa berfikir panjang Utsman langsung mengiyakan. Keduanya lalu berangkat menemui Rasulullah SAW. Sesampainya di sana Abu Bakar pun berbicara kepada Rasulullah SAW  tentang maksud kedatangan Utsman. Maka beliau menghadapkan wajahnya ke Utsman dan berkata kepadanya, “Wahai Utsman, penuhi panggilan Allah untuk masuk ke dalam surga-Nya, Sesungguhnya saya adalah utusan Allah kepadamu dan kepada seluruh makhluk-Nya.”

Utsman berkata, “Demi Allah, ketika saya mendengar ucakan beliau, saya tidak bisa mengelak untuk masuk Islam. Saya langsung bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.”

Utsman pun bergabung ke dalam barisan orang-orang yang beriman pada permulaan diutusnya Nabi Muhammad SAW. Dia termasuk salah satu dari delapan orang yang paling pertama masuk Islam, membenarkan Rasulullah dan beriman kepada apa yang dibawanya dari sisi Allah.

Ketika kaum kafir Quraisy melakukan penyiksaan terhadap umat Islam, maka Utsman diperintahkan untuk berhijrah ke Habasyah (Abyssinia, Ethiopia). Ikut juga bersama beliau sahabat Abu Khudzaifah, Zubair bin Awwam, Abdurahman bin ‘Auf dan lain-lain. Setelah itu datang pula perintah Nabi SAW supaya beliau hijrah ke Madinah. Maka dengan tidak berfikir panjang lagi beliau tinggalkan harta kekayaan, usaha dagang dan rumah tangga guna memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya. Beliau hijrah bersama-sama dengan kaum Muhajirin lainya.

 

Pembaiatan Utsman sebagai Khalifah

Utsman bin Affan dibaiat sebagai khalifah berdasarkan hasil rapat tim formatur yang dibentuk oleh Umar bin al-Khaththab setelah beliau ditikam oleh Abu Lu’lu’ah al-Majusi. Tim formatur tersebut beranggotakan enam orang. Yaitu Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, Thalhah bin Ubaidillah dan al-Zubair bin al-Awwam. Abdullah bin Umar hadir dalam beberapa kali sidang tim formatur tersebut untuk memberikan pendapat tanpa memiliki hak untuk dicalonkan sebagai khalifah dan tidak memiliki hak suara untuk mendukung salah satu calon.

Singkat cerita, diangkatlah Utsman yang berumur 70 tahun menjadi khalifah ketiga dan yang tertua, serta yang pertama dipilih dari beberapa calon. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram 24 H. Utsman menjadi khalifah di saat pemerintah Islam telah betul-betul mapan dan terstruktur.

Pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar dan Umar, dan sebagian besar masa pemerintahan Khalifah Utsman, kaum Muslimin berada dalam iklim suasana tenang dan harmonis. Perselisihan dan kemelut internal relatif tidak terjadi. Baru setelah 6 tahun pertama dari masa Khalifah Utsman, badai fitnah mulai mengguncang dengan hebat dan kuat, sehingga pada akhirnya mengantarkan pada terbunuhnya Utsman.

Badai fitnah yang mengantarkan pada terbunuhnya Khalifah Utsman tersebut, serta beragam peristiwa politik yang mengiringinya dan huru-hara yang terjadi sesudahnya telah menjadi topik utama kajian para sejarawan dan para pakar. Masing-masing berusaha mengungkap sebab-sebab dan latar terjadinya fitnah itu. Sebagian sejarawan ada yang terseret memberikan penilaian negatif terhadap mereka yang semasa atau terlibat langsung dalam fitnah, baik mereka dari kalangan sahabat maupun tabi’in. Sebagian lain, tidak memberikan penilaian positif atau negatif terhadap ini maupun itu.

 

Prestasi Utsman dalam Kepemimpinannya

Di masanya, kekuatan Islam semakin kokoh. Untuk pertama kalinya, Islam mempunnyai armada laut yang tangguh. Muawiyyah bin Abi Sufyan yang menguasai wilayah Syria, Palestina dan Lebanon membangun armada itu. Sekitar 1.700 kapal dipakai untuk mengembangkan wilayah ke pulau-pulau di Laut Tengah. Siprus, Pulau Rodhes digempur. Konstantinopel pun sempat dikepung.

Prestasi lain yang diperoleh selama beliau menjadi Khalifah antara lain : Pertama, Menaklukan Syiria, kemudian mengakat Muawiyyah sebagai Gubernurnya. Kedua, Menaklukan Afrika Utara, dan mengakat ‘Amr bin ‘Ash sebagai Gubernurnya. Ketiga, Menaklukan daerah Arjan dan Persia. Keempat, Menaklukan Khurasan dan Nashabur di Iran. Kelima, Memperluas Masjid Nabawi, Madinah dan Masjidil Haram, Mekkah. Keenam, Membakukan dan meresmikan mushaf yang disebut Mushaf Utsmani, yaitu kitab suci al-Qur’an yang dipakai oleh seluruh umat Islam seluruh dunia sekarang ini. Khalifah Ustman membuat lima salinan dari al-Qur’an ini dan menyebarkannya ke berbagai wilayah Islam. Ketujuh, Setiap hari Jum’at beliau memerdekakan seorang budak (bila ada).


Wafatnya

Utsman wafat sebagai syahid pada hari Jumat 18 Dzulhijjah 35 H. ketika para pemberontak berhasil memasuki rumahnya dan membunuh Utsman saat sedang membaca al-Qur’an. Persis seperti apa yang disampaikan Rasullullah SAW perihal kematian Utsman yang syahid nantinya, peristiwa pembunuhan Utsman berawal dari pengepungan rumah Utsman oleh para pemberontak selama 40 hari. Ia dimakamkan di kuburan Baqi’, Madinah.* (Abdullah Dardum)

Related Post