Sejarah Munculnya Gerakan Salafi/Wahabi
Oleh: Rijal Fikri Muzakki
Belakangan ini santer terdengar berita tentang adanya sebuah aliran dalam islam yang dikenal dengan nama Salafi/Wahabi yang bisa di bilang cukup meresahkan kalangan muslim di bumi Nusantara ini. Bahkan ada perlawanan yang lumayan sengit dari orang-orang suku Madura terhadap golongan ini. Entah dari segi tulisan, wacana atau bahkan dalam syair lagu dikarenakan menurut berita yang terdengar bahwasanya kelompok ini melarang diadakannya sholawatan, dzikir bersama dengan suara lantang atau keras, tahlilan dan masih banyak lagi, yang notabene itu semua sudah mengakar dan menjadi tradisi di kalangan muslim Nahdliyin di bumi Nusantara ini. Tentu saja itu memancing amarah dan bahkan sampai terjadi anarkisme terhadap kelompok ini. Sebenarnya siapa salafi/wahabi ini? Bagaimana sejarah lahirnya golongan ini? Seperti apa gerakannya?
Sejarah Lahirnya Salafi/Wahabi
Gerakan ini lahir di kampung Ainiyah,Najd, Arab Saudi. Kelompok ini diasaskan namanya kepada pendirinya yaitu Muhammad bin Abdul Wahab An-Najdi yang lahir pada tahun 1701 dan meninggal pada tahun 1793 M. Menurut ijtihad para ulama’ nama ini dinisbatkan pada nama ayahnya yaitu Abd Wahab sebagai pembeda dengan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Pemahaman yang dibawa oleh Muhammad bin Abd Wahab ini banyak di pengaruhi oleh pemikiran Ibn Taimiyah yang memiliki pemahaman Mujassimah ( men-Jisim-kan Allah SWT ). Menurut ayah dan kakaknya Sulaiman bin Abd Wahab, dia adalah seorang yang lemah fikiran dan kurang pandai. Itu dikarenakan pernah Muhammad bin Abd Wahab ini di perintahkan oleh ayahnya untuk menghafal sepuluh hadits beserta sanadnya dalam waktu seminggu, namun ketika dites oleh ayahnya yang juga merupakan seorang hakim dan ulama’ dari madzhab Hanbali, dia tidak hafal satu hadits pun dikarenakan kemalasannya dan ketidak inginannya untuk mempelajari disiplin ilmu seperti kakak dan ayahnya.
Setelah kejadian itu dia pergi ke Basrah untuk belajar kepada seorang Syaikh yang bernama Syaikh Al-Majmu’i. Syaikh Al-Majmu’i ini adalah seorang tokoh Orientalis dari kerajaan British yang memang memiliki kemampuan bahasa arab yang bagus dan menguasai betul tentang peradaban di Timur Tengah pada waktu itu. Syaikh al-Majmu’i ini merasuah Ibn Abd Wahab dengan 2 orang wanita yaitu Sofia di Isfahan dan Hasiyah di Syiraz yang berada di daerah Iran sekarang (dulu Persi). Ternyata dua orang wanita ini juga agent Yahudi yang disamarkan menjadi muslim. Secara tidak langsung lahirnya gerakan sempalan Islam ini ada hubungan erat dengan Yahudi, dikarenakan gurunya Syaikh Al-Majmu’i ternyata adalah agent Yahudi, begitupun dengan dua oarang wanita yang telah dinikah mut’ah kan dengan Muhammad bin Abd Wahab.
Ketika Muhammad bin Abd Wahab kembali ke kampung halamannya untuk menyebarkan paham yang ia dirikan, ia mendapatkan tentangan yang sangat keras dari Ayahnya sendiri dikarenakan menurut Ayahnya faham tersebut sangat bahaya dan berbeda dengan pandangan ulama’ pada umumnya. Seperti fatwanya sebagai berikut: “ Barang siapa yang tidak berbaiat terhadap ajarannya, maka halal darah dan harta bendanya”. Tentu saja itu pemahaman yang sangat tidak sesuai dengan ajaran Islam yang membawa unsur kedamaian dan agama yang tidak memaksa, bukan seperti pemahaman putranya tersebut. Karena ulahnya tersebut memperingatkan agar menjauhu putranya yaitu Muhammad bin Abd Wahab dikarenakan paham yang di bawa oleh putranya tersebut sangat tidak sesuai dengan ajaran islam yang di pahami mayoritas ulama’. Akhirnya Muhammad bin Abd Wahab diusir dari kampung halamannya sendiri, namun di sinilah titik balik perkembangan salafi/wahabi kedepannya.
Gerakan Salafi/Wahabi dan konspirasinya dengan keluarga Al-Saud dan Yahudi
Setelah pergi dari kampung halamannya, Muhammad bin Abd Wahab bertemu dengan Al-Saud pada tahun 1747 M. Al-Saud adalah seorang keturunan Yahudi yang berkuasa di daerah Dzurriyah daerah dataran Hijaz. Dari pertemuan tersebut mereka berdua sepakat untuk mengembangkan ajaran Salafi/Wahabi ini. Seluruh gerak gerik Muhammad bin Abd Wahab ini di pantau dan diawasi oleh gurunya, yaitu syaikh Al-Majmu’i alias Mr.Hamper. Dengan sokongan Al-Saud dan gurunya, dia mengembangkan ajarannya dengan cara yang keras. Pembantaian pun di mulai. Daerah yang di serang olehnya antara lain adalah sektar Yaman, Syiraz dan Hijaz. Salah satunya yaitu pembantaian 300 laki-laki di kampung Al-Fushul daerah Al-Ahsa dikarenakan tidak ada yang mau berbaiat padanya. Gerakan ini semakin meluas karena sokongan Al-Saud dan gurunya yang di bantu juga oleh British pada waktu itu. Pada tahun 1793 Muhammad bin Abd Wahab meninggal dunia.
Puncaknya pada tanggal 10 Januari 1926 Al-Saud ditasbihkan menjadi Raja Arab Saudi. Penasbihannya di tempatkan di Masjidil Haram, Makkah. Dan paham Wahabi menjadi pahaman resmi negara pada saat itu. Pada 1932 setelah benar-benar di bubarkannya Empire Utsmani, Al-Saud menamakan tanah gabungan Hijaz dengan nama Arab Saudi sekaligus menjadikan dirinya raja. Dan pada saat itulah resmi berdiri negara Arab Saudi.