Taushiyah KH. Masduki Baidlowi (Dewan Penasehat LP. Ma’arif NU) kepada Santri PP. NURIS
Alhamdulillah adik-adik sekalian, santri PP. NURIS, ini diasuh oleh seorang tokoh kharismatik, KH. Muhyiddin Abdusshomad, yang dipercaya oleh pengurus besar Nahdlatul Ulama (NU) untuk melakukan pengkaderan NU di tingkat nasional. Beliau selalu mengabdikan dirinya untuk NU.
(Baca Juga: Falsafah ‘Tongkat Musa’ [Pedoman Politik Warga NU])
Akhir-akhir ini, NU banyak mendapati tantangan yang luar biasa. Yakni tantangan-tantangan yang sangat berseberangan dengan NU. Ajaran-ajaran yang sangat merugikan terhadap apa yang telah kita pahami bersama. Sebagai paham Ahlussunnah wal Jama’ah yang kaitannya dengan eksistensi dengan berdirinya negara Republik Indonesia ini. Misalnya ada salah satu ajaran yang dibawa oleh Hitzbut Tahrir Indonesia (HTI). HTI ini adalah sebuah organisasi yang masuk tidak hanya di kota-kota besar, tapi juga masuk di tingkat-tingkat kecamatan, bahkan ke tingkat desa. Tujuan utama mereka selama ini adalah untuk menghabisi eksistensi negara Indonesia, yang berasaskan Pancasila dan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
KH Muhyiddin Abdushshomad senantiasa mengajarkan doktrin mengenai Ahlussunnah wal Jama’ah bahwa NKRI dengan dasar Pancasilanya itu sudah merupakan eksistensi yang bersifat final. Nah, oleh HTI konsep NKRI dengan ideologi negara itu digugat, dianggap sesat. Mereka punya konsep yang disebut Khilafah Ala Turki. Padahal, kalau adik-adik membaca sejarah negara Turki, sebelumnya ada kerajaan Abbasyiyah, kemudian sebelumnya juga ada kerajaan atau dinasti Umawiyyah. Konsep khilafah mulai dari Umawiyyah, Abbasiyyah sampai ke Turki bahkan sejak zaman sahabat semuanya berbeda-beda. Konsep yang berbeda ini yang akan mereka paksakan untuk mengganti Pancasila dan NKRI. Kalau konsepnya belum jelas lalu dipaksakan pada kita semua, otomatis akan membuat kita terpecah belah. Sedangkan konsep NKRI ini memang dibuat oleh para pendiri Negara Republik Indonesia, yang salah satu founding father atau pendirinya adalah KH. Hasyim Asy’ari.
Hal itu ditetapkan dengan pertimbangan bahwa Negara Indonesia ini bukan hanya dihuni oleh mayoritas umat Islam namun ada agama-agama lain yang minoritas. Jadi hal tersebut sudah difikirkan secara matang, sekiranya Negara Republik Indonesia itu tidak hanya nyaman dihuni oleh umat Islam namun juga nyaman dihuni oleh orang-orang yang minoritas, baik yang beragama Nasrani yang terbagi menjadi Katolik dan Protestan, ada Hindu, Budha dan ada yang lain-lain. Itulah konsep yang ingin diganti oleh HTI.
Itu hanya salah satu contoh ancaman betapa kita saat ini sedang melakukan perang ideologi, dan banyak lagi perang yang lain mulai dari yang ekstrim kanan yang diekspor dari Timur Tengah, belum lagi ideologi yang diusung Wahabi yang kerjanya hanya menyalahkan orang lain dan mengkafirkan orang lain yang tidak sesuai dengan pemahaman mereka. Ada juga ideologi Syi’ah, ini semua hanya dari sisi kanan, belum dari sisi kiri.
Karena itulah, kalian perlu untuk terus semangat belajar dengan giat agar bisa meraih cita-cita yang tinggi. Kita bisa lihat betapa besar sumbangsih KH. Hasyim Asy’ari (pendiri NU), KH. Wahid hasyim, dan yang lainnya terhadap Negara Indonesia ini. Semoga kita bisa melanjutkan perjuangan mereka. Amin.*