Oleh: Robith Qoshidi
Terkepung carut marutnya ideologi
Terjebak dalam belantara epistemologi
Membuatku kejang-kejang
Hilang kenyamanan dan ketentraman
Sepi, tak ada yang mengerti
Bahwa banjir bandang sedang menghantam
Lalu semua diam dalam keramaian
Seperti angin muson Barat daya
Tapi sepoi-sepoi meninabobokan tenggara
Seperti panasnya matahari di selatan
Dan salju menutupi utara
Tapi aku masih mendengar tawa anak kecil
Dan tangis bayi yang baru lahir
Serta sesorot mata seorang bidadari beraroma melati
Adakah itu kau, sayang
Pesona malam yang kurindu
Masihkah kau setia padaku
Walau aku adalah panglima perang Kreeta
Antara Yunani dan Cyprus tempat guru Zeno bertapa
Maukah kau menungguku di ranjangmu
Saat serigala memanggil sang rembulan
Dan saat itu aku menjadi milikmu sendiri
Sampai ayam jantan memanggilku
Sampai terdengar suara gemuruh
Yang Mulia, waktunya mengangkat pedang
Dan apakah kau masih akan menungguku lagi
Sampai nanti jam dua belas malam dini hari