Nuris – Zakiyatul Muzdalifah lahir pada 07 September 1999 di Kangean, Madura. Dia adalah anak pertama dari pasangan Mukmin Sp.d dan Syarkiyah. Keluarga yang terdiri dari 4 anggota keluarga ini, sangat taat beribadah. Kehidupan mereka sederhana, ayahnya seorang PNS yang bekerja sebagai guru di SMP 2 Arjasa, Kangean dan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga. Ifa (nama panggilan) sangat patuh kepada orang tuanya.
(Baca juga: Ikhtiar Merubah Nasib)
Keinginan untuk menghafal Al-Qur’an sudah ada sejak ia duduk di kelas 3 MTs Unggulan Nuris, namun ia baru mulai menghafal Al-Qur’an saat ia duduk di kelas 1 MA Unggulan Nuris. Di Aliyyah ini, ia mengikuti suatu program tahfidz yang ada di PP. Nurul Islam dhalem timur, yaitu program MHQ (Madrasah Huffadz Al-Qur’an).
Kegemarannya membaca Al-Qur’an, memudahkannya dalam membaca Al-Qur’an, sehingga dalam jangka waktu 2 tahun, ia berhasil menghafal 13 juz Al-Qur’an. Ia selalu menjaga keistiqomahannya dalam beribadah kepada Allah SWT. Setiap malam ia selalu bangun pada pukul 02.30. Ia pun langsung beranjak dari tempat tidurnya untuk mandi malam yang memiliki manfaat untuk mempertebal daya tahan tubuh dan dilanjutkan dengan berwudhu. Selepas itu ia langsung melakukan sholat malam yang terdiri dari sholat tahajjud sebanyak 8 rakaat dan sholat hajat 4 rakaat, serta sholat witir 3 rakaat, dilanjutkan dengan do’a. Setelah itu tak langsung beranjak dari tempat shoaltnya. Sembsari menunggu adzan shubuh berkumandang, ia menyempatkan dirinya untuk menghafalkan Al-Qur’an. Tidak hanya diwaktu itu, di sekolah pun ia juga tetap menyempatkan dirinya untuk membaca Al-Qur’an dan setiap selesai melaksanakan sholat fardhu yang lima waktu. Ia menyetorkan hafalannya di malam hari ba’da sholat isya’ dan memurajaah hafalan ba’da sholat shubuh kepada Ustadzah Zakiah Nur Alika, hafal 30 juz dan telah di wisuda sekaligus alumni PP. Nuris 3 Silo, Jember.
Ifa juga termasuk santri yang sangat disegani oleh para ustadz dan ustadzah baik di sekolah maupun di pesantren, karena kegigihan dan tanggung jawab serta kerja kerasnya yang patut kita tiru.
Cobaan yang pernah ia alami, sangat banyak. Misalnya permasalahan dengan teman, bahkan hampir seluruh temannya tidak ada yang senang berteman dengannya. Tetapi, ia hadapi semua itu dengan lapang dada. Ia serahkan semua kepada Sang Khalik. Kendala yang ia hadapi selama menghafal ialah malas, namun ia berusaha dengan keras untuk menghilangkan rasa malasnya. Ketika ia merasa jenuh, ia pun hanya memurajaah hafalan yang telah ia setorkan kepada ustadzah.
Sekarang menduduki kelas 3 Aliyah, dan rencana selanjutnya ia akan melanjutkan pendidikannya ke jenjang kuliah sembari menyelesaikan hafalan Al-Qur’annya di Ponpes Salafiyyah Syafi’iyyah Sukorejo, Situbondo. [RED]