Membaca Tasbih dan Tahmid ketika Ruku’ dan Sujud

Ketika melakukan ruku’ dan sujud, disunnahkan membaca tasbih (kalimat subhanallah). Hanya saja, orang yang menambah dengan tahmid (yaitu bacaan wa bihamdih). Bagaimana hukum menambah bacaan tahmid tersebut?

Membaca tasbih ketika ruku’ dan sujud memang sudah kebiasaan Rosulullah SAW dalam shalat. Banyak Hadist beliau yang menerangkan hal tersebut. Antara lain Hadist yang diriwayatkan dari Aisyah RA:

عَنْ عَاَئِشَةَ رَ ضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ اَنْ رَسُوْلَ اللهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُوْلُ فِيْ رُكُوْعِهِ وَ سُحُوْدِهِ: سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّ الْمَلاَ ئِكَةِ وَالرُّوْحِ.(مسند أحمد بن حنبل، رقم: ٢٤٨٧٧)

diriwayatkan dari ‘Aisyah RA, beliau berkata bahwa Rosulullah SAW membaca subbuh quddus rabb al-mala’ikat wa al-ruh ketika ruku’ dan sujud.” (Musnah Ahmad bin Hanbal, [24877])

Dalam Hadist lain disebutkan:

عَنْ حُذَيْفَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّهُ صَلَّى مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَككَانَ يَقُوْلُ فِيْ رُكُوْعِهِ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ. وَفِيْ سُجُوْدِهِ، سُبْحَانَ رَبِّيَ الأَعْلَى. وَمَا اَتَاعَلَى اَيَةِ رَحْمَةٍ الاَّ وَقَفَ عِنْدَ هَا فَسَأَلَ وَمَااَتَا عَلَى اَيَةِ عَذَابٍاِلاَّتَعَوَّذَ. (سنن الدارمي، رقم ١٢٧٣)

“Diriwayatkandari Hudzaifah RA, beliau berkata, “Aku pernah shalat bersama Nabi SAW. Lalu beliau membaca subhana rabbiyal  ‘azhimi dalam ruku’nya. Dan ketika sujud membaca subhana rabbiyal  a’la. Dan setiap membaca ayat rahmat, Nabi SAW diam lalu berdo’a (agar rahmat tersebut diberikan kepadanya), sedangkan pada saat membaca tentang ayat siksa Allah SWT (adzab) beliau selalu memohon perlindungan kepada Allah SWT.”(Sunan al-Darimi. [1273])

Kedua Hadist ini tidak menyebutkan kata-kata wabihamdih. Apakah lalu membaca wa bihamdihi termasuk bid’ah, karena tidak pernah dilakukan oleh Rosulullah SAW? Tentu saja tidak. Sebab dalam Hadist lain disebutkan:

حَدَّثَنَا الرَّبِيْعُ بْنُ نَافِعِ عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ. لَمَّا نَزَلَتْ “فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيْمِ” قَالَ رَسُوْلُ اللهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اجْعَلُوْهَافِى رُكُوْعِكُمْ. فَلَمَّا نَزَلَتْ “سَبِّحِ اسْمَ رَبَّكَ الأَعْلَى” قَالَ اجْعَلُوْ هَا فِى سُجُوْدِكُمْ. وَحَدَّثَنَا اَحْمَدُ بْنُ يُوْنُسُ عَنْ عُقْبَةَ ابْنِ عَامِرٍرَضِيَ اللهُ عَنْهُ بِمَعْنَا هُ قَالَ فَكَنَا رَسُوْلُاللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَارَكَعَ قَالَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ ثَلاَثًا. وَاِذَا سَجَدَ قَالَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ ثَلاَثَا. (سنن أبي داود، رقم ٧٣٦)

“Rabi’ bin Nafi’ menceritakan kepada kami, dari ‘Uqbah bin ‘Amir RA, beliau berkata, “Ketika turun ayat, “Bertasbihlah kepada Tuhanmu yang Maha Agung”, Rasulullah SAW lalu bersabda, ‘Jadikanlah bacaan itu dalam setiap ruku’mu”. Manakala turun ayat “Bertasbihlah kepada Tuhanmu yang Maha Tinggi”, Rosulullah kemudian bersabd, “Kerjakan perintah itu dalam setiap sujudmu”. (Ada riwayat lain) bahwa Ahmad bin Yunus menceritakan kepada kami sebuah Hadist yang diriwayatkan dari ‘Uqbah bin ‘Amir RA dengan kandungan yang sama, beliau berkata bahwa Rasulullah SAW kalu ruku’, beliau mengucapkan subhana rabbiyal ‘azhmi wa bihamdihi tiga kali. Dan jika sujud, mengucapkan subhana rabbiyal a’la wabihamdihi tiga kali.”(Sunan Abi Dawud [736])

Dari sini menjadi jelas, bahwa Nabi Muhammad SAW juga menambahkan wa bihamdih dalam ruku’ dan sujudnya. Ada yang mengatakan Hadist ini tergolong dha’if, karena ada salah satu perawinya yang tidak dhawith (tidak kuat hafalannya), akan tetapi Hadist ini diriwayatkan oleh lima orang sahabat. Yaitu ‘Uqbah bin ‘Amir, Ibnu Mas’ud, Hudzaifah, Abu Malik al-Asy’ari dan Abu Juhaifah. Atas dasar ini, Al-Syaukani mengatakan bahwa berbagai riwayat tersebut dapat menutupi ke-dha’ifan Hadist ini. Dalam kitab Nail al-Awthar karangan belia disebutkan:

هَذِهِ الطُّرُقُ تَنَعَا ضَدُ فَيُرَدُّبِهَاهَذَاالإِنْكَارُ. (نيل الأوطار، ج٢ ص ٦٠٢)

“Beberapa jalan (periwayatan Hadist) ini bisa saling mendukung (sat dengan lainnya). Maka, pengingkaran (terhadap Hadist Dha’if) ini bisa tertolak dengan beberapa jalan tersebut.” (Nail al-Awthar, juz II, hal 206)

Jadi, meskipun Hadist yang menerangkan bacaan bihamdih dalam ruku’ dan sujud dinyatakan dha’if, tapi karena diriwayatkan oleh beberapa perawi, maka Hadist itu bisa mnjadi kuat, dan statusnya naik menjadi Hasan lighairih, sehingga bisa dijadikan hujjah (pijakan hukum). Hal ini juga didukung oleh firman Allah SWT:

فَسَبِّحْ ِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا. (النصر ، ٣)

“Maka ber-tasbih-lah kamu dengan memuji kepada Tuhanmu dan minta ampunlah. Sesungguhnya Dia adalah Maha penerima taubat.” (QS. al-Nashr, 3)

(Baca juga: Hujjah Aswaja: Membaca Shalawat kepada Nabi, keluarga dan Sahabat Nabi SAW)

Penjelasan-penjelasan di atas menunjukkan bahwa membaca tasbih dan ditambah dengan pujian kepada Tuhan memang dianjurkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Demikian halnya, di dalam ruku’ dan sujud. Maka ketika dianjurkan membaca tasbih, tentu juaga disunnahkan membaca tahmid (pujian kepada Tuhan) di dalamnya. seperti lafazh, wa bihamdih.

 

Related Post