Persoalan Bai’at Kepada Imam

Telah dimaklumi dalam agama, bahwa tidak satupun ditemukan bukti bahwa bai’at dilakukan sebagai syarat untuk masuk Islam. Keislaman dan keimanan seseorang tidak ditentukan oleh bai’at, namun keyakinan akan adanya Allah SWT dan Rasul-Nya. Dalam bentuk yang paling nyata adalah dengan membaca dua kalimat syahadat. Dalam konteks ini, Habib Abdullah bin Husain bin Thahir Ba-‘Alwi mengatakan:

Semua orang mukallaf wajib memeluk agama Islam, tetap dalam Islam selama-lamanya serta melaksanakan semua perkara yang wajib baginya. Di antara hal yang wajib diketahui, diyakinini serta diucapkan seketika itu jika ia kafir, jika tidak kafir maka cukup dalam sholat adalah dua kalimat syahadat. (Sullam-al Taufiq, hal 3).

Kaitannya dengan hadist Nabi SAW :

عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، مَنْ مَاتَ وَلَيْسَ فِيْ عُنُقِهِ بَيْعَةٌ مَاتَ مِيْتَةً جَاهِلِيَّةً (رواه مسلم، ٣٤٤١)

Dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa mati dan ia tidak melakukan baiat kepada imamnya, maka ia mati sebagaimana matinya orang jahiliyah, (HR. Muslim (3441)).

Sebagian kalangan memahami hadits ini dengan kewajibannya untuk melakukan bai’at kepada pemimpin kelompoknya. Kalau tidak melakukannya maka ia mati dalam keadaan kafir sebagaimana kafir jahiliyah. Namun, sebenarnya maksud hadist tersebut tidak demikian. Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani pakar hadist terkemuka, menjelaskan maksud hadist tersebut dalam kitabnya Fath al-Bari:

“Yang dimaksud “mati seperti matinya orang jahiliyah” adalah mati sebagaimana matinya orang jahiliyah yang ada dalam kesesatan dan tidak memiliki pemimpin yang harus dibai’at seperti itu. Hadist tersebut tidak bermaksud bahwa ia mati dalam keadaan kafir. Namun, maksudnya ia mati dalam keadaan durhaka (karena memberontak terhadap pemerintah yang sah).”  (Fath al-Bari, juz XIII, hal 9).

(Baca juga:Hujjah Aswaja : Al-Barzanji Pengarang Sholawat Al-Barzanji)

Dari sini dapat disimpulkan bahwa untuk masuk Islam, tidak harus berbai’at kepada seseorang karena yang terpenting adalah membaca dua kalimat syahadat, meyakini adanya Allah dan rasul-Nya serta apa yang datang dari keduanya.

Sumber: KH Muhyiddin Abdusshomad. 2008. Hujjah NU. Surabaya: Khalista.

 

 

 

Related Post