penulis: Arina Makrifatul*
aku ibarat musafir yang kehilangan arah. di tengah gurun kebodohan, kemarau panjang yang menyesatkan dahagaku akan mata angin ilmu pengetahuan. di mana kutemukan kolam oase yang sejuk. tempat meneguk, meski tetes demi tetes. menyesap kerongkongan serupa aksara yang dapat kubaca. garis yang melukiskan ilmu pengetahuan
(baca juga: Pahlawan, Maafkan Kami)
aku ibarat musafir yang menatap gemintang malam mencari jalan. di jantung padang pasir ini bertebaran butiran hikmah. yang setiap langkahnya adalah berkah yang tak dapat digambarkan kata. sebab betapa mulia, kala pengembaraan ini mendapat petunjukNya. melalui sosok sebentuk taman kurma, rerumputan hidup, di antara kolam oase
(baca juga: dr. Soebandi, Sembuhkan Luka Kami)
sungguh ini pemberhentian yang sejati, melepas dahagaku berserak hikmah dan berkah. silau mataku setibanya teduh, surbannya menutup terik yang terlalu. doanya ijabah penuh harap, wahai kyai sang murobbi. kepadamu Kyai Muhyid, padang ini berhamburan surga
*penulis adalah siswa SMP Nuris Jember, pembaca puisi dengan banyak prestasi dan pernah menyuarakan puisinya di RRI Pro 2 Jember untuk mengenang kepahlawanan dr. Soebandi dan Letkol Moch. Sroedji