Pesantren Nuris – Lagu Lir-Ilir yang dianggap sebagai lagu dolanan anak merupakan bukti para Wali Songo dalam mengajarkan Islam kepada masyarakat dengan cara yang sangat menyenangkan dan tidak terasa menggurui. Arti dari lagu tersebut tersendiri banyak mengandung makna tentang keagamaan, sebab makna syair yang indah dan sangat mendalam sehingga Profesor Harpa Cardl Melaughlin dari universitas Arizona pernah mengubah lagu Lir-Ilir untuk reportoar dan dibawakan pada pergelaran jazz “Harp to Heart” yang diikuti oleh pemain Harpa Maya Hasan (Indonesia), Hiroko Saito (Jepang), Kellie Marie Cousireau (AS), dan Lizary Rodigues (Puerto Riro).
Pencipta lagu Lir-Ilir adalah Sunan Kalijaga, salah satu anggota Wali Songo yang terkenal. Sunan Kalijaga lahir pada tahun 1455 M. Pada waktu muda Sunan Kalijaga bernama Raden Said atau Jaka Said. Selain itu, Sunan Kalijaga juga terkenal dengan namanya Syekh Malaya, Lokajaya, Raden Abdurrahman, dan Pangeran Tuban.
(baca juga: Sejarah SMK Nuris Jember)
Pada Orde Lama dan Orde Baru lagu Lir-Ilir juga sangat popular. Lagu tersebut terdaftar sebagai lagu wajib di lembaga-lembaga tertentu yang berada di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Namun berbanding terbalik dengan yang terjadi di era Reformasi, lagu tersebut jarang sekali dinyanyikan oleh anak-anak, bahkan tidak pernah.
(baca juga: Sejarah SMA Nuris jember)
Namun, kembali dipopulerkan lagi ke dalam nuansa relegius oleh grup musik Kyai Kanjeng yang didalangi oleh sastrawan dan budayawan Emha Ainun Najib. Lagu Lir-Ilir memiliki makna khusus yang dapat menginspirasi kehidupan. Lagu Lir-Ilir memiliki makna bangun dari keterpurukan, bagun dari sifat malas, dan bangun dari kebodohan yang tidak mengenal Allah SWT. (Red/Vian)
Sejarah singkat tersebut ditulis oleh Vian Fitriani. Penulis merupakan siswa kelas X IPA 2 SMA Nuris Jember. Penulis aktif di ekstrakurikuler Jurnalistik Website.
Gambar Sunan Kalijaga