Berasal dari Sumber Pakem, sebuah desa yang berada di Kecamatan Sukowono daerah perbatasan Jember dengan Bondowoso. Ia membuktikan bahwa semua manusia memiliki kesempatan yang sama, hanya usahanya yang menjadi pembeda. Siti Zafilah Firdausiah, Alumni Nuris lulusan tahun 2014. Ia mulai nyantri di Pesantren Nuris dari tahun 2008, di Lembaga MTs Unggulan lalu melanjutkan di MA Unggulan. Semasa Aliyah dia aktif mengikuti kegiatan Tahfidz al-Qur’an yang dibimbing langsung oleh Gus Robith Qoshidi, Lc. Berbekal hafalan tersebut membawanya menjadi salah satu mahasiswa sarjana di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Jurusan Hukum Bisnis Syariah.
(baca juga: Aktivis Hebat Pesantren, Romzatul Widad Lanjut S2 di Kampus Begengsi)
Selama menjadi mahasiswa di UIN Malang, ia mengabdikan dirinya sebagai seorang Musyrifah. Berbekal niat dan istiqomah Zafilah membantu mengurus ma’had hingga lulus S1 dan melanjutkan hafalan al-Qur’annya di ma’had tersebut. Lulus sarjana tepat waktu dan memperoleh nilai kelulusan Cumlaude ‘3,72’ menjadi salah satu alasan Zafilah ingin melanjutkan pendidikannya di jenjang Pascasarjana. Selain itu, dia menambahkan “Sembari S2 saya ingin menyelesaikan hafalan al-Qur’an saya dan juga ingin sekali memulai bisnis” tuturnya. Rencana karir yang sempurna, Kuliah pascasarjana, Hafal al-Qur’an, dan pebisnis sukses itulah yang menjadi targetnya kedepan.
Tepat, 13 Agustus 2018 lalu, gadis yang gemar wisata kuliner ini resmi diterima menjadi mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Ada tiga cara untuk masuk ke kampus tersebut; jalur tes, jalur portofolio dan jalur non tes. Berkat berbagai usaha dan doa yang dilakukannya, ia lolos melalui jalur non tes. “Pesyaratannya mudah, kita hanya menyetorkan nilai IPK dan bukti akreditasi kampus asal” jelasnya. Yogyakarta menjadi pilihannya karena kota tersebut merupakan kota yang menjadi impiannya sejak empat tahun lalu, “dulu saya ingin S1 di UIN SUKA, tapi masih mempertimbangkan jarak dan keberanian, alhamdulillah, sekarang saya sangat bersyukur bisa sekolah di kampus dan kota yang memang saya sangat impikan”. Lulus bergelar S.H dengan judul penelitian skripsi yang sangat menarik, “Akad Istishna’ dalam Praktek Pemesanan Batik Perspektif Wahbah Zuhaili. Zafilah berencana melanjutkan penelitian tersebut di Tesisnya.
Sebuah moto hidup yang menemani perjalanan gadis cantik pecinta warna pink ini adalah Something Need Process. Baginya, dalam menjalani kehidupan tidak ada yang instan, semuanya butuh proses. Misalkan, di saat mengharap ridho Allah, maka manusia harus berusaha untuk mencapainya. Jika ingin menjadi seseorang yang sukses maka harus ada langkah perjalanan yang ditempuh untuk menuju kesuksesan tersebut. Tidak ada diam yang membuahkan hasil. Berdiam adalah sebuah penantian, jika ingin sesuatu jangan diam. Bergeraklah dan berproseslah. Mie instan saja, yang sudah disebut instan tidak akan bisa dikonsumsi jika tidak diproses dahulu. Apalagi kehidupan, maka jangan pernah mengharap hidup yang instan, itu mustahil, semua harus melalui proses masing-masing. Selamat berproses. Salam Santri Nuris. (A.Aisyi/Red)