Peresensi : Rofiatul Ananda Putri
Judul : Bung Karno Sang Singa Podium
Penerbit : Second Hope
Bahasa Penulisan : Bahasa Indonesia
Tahun Terbit : 2017
Tebal : viii + 428 Halaman
Cetakan : CV. Solusi Distribusi
ISBN : 978-602-1142-99-8
Buku berjudul “Bung Karno Sang Singa Podium” menjelaskan bahwa Ir. Soekarno adalah tokoh proklamator kemerdekaan RI dan presiden pertama Indonesia. Beliau kerap dipanggil Bung Karno. Bung Karno lahir di Surabaya, 6 Juni 1901 dari pasangan Raden Soekemi Sosrodiharjo dan Ida Ayu Nyoman Rai Srimben. Proklamator tersebut mendapat julukan “Putra Sang Fajar”, karena jasanya begitu besar untuk kemerdekaan Indonesia. Beliau membakar semangat bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan, menumbuhkan rasa nasionalisme, dan memperjuangkan kesamaan derajat umat manusia dengan cara berorasi di beberapa tempat.
(baca juga: Mahfud Ikhwan; Belajar Menulis dengan Belajar Mencintai Kambing)
Buku tersebut juga menjelaskan beberapa orasi Bung Karno, hingga beliau mendapat julukan “Sang Singa Podium”. Orasi yang disampaikan Bung Karno tidak hanya berbicara masalah persamaan derajat umat manusia, persatuan bangsa, nasionalisme, atau ideologi negara, tetapi juga masalah keagamaan. Selain itu, dalam orasinya Bung Karno juga menyelipkan beberapa kutipan kitab suci yang beliau pelajari ketika berada dipenjara Sukamiskin pada tahun 1931 dan ketika dibuang ke Ende antara tahun 1934 hingga 1938. Salah satunya adalah ajakan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk berdoa agar kota- kota yang sedang dijajah kembali ke pelukan kemerdekaan. Wejangan tentang pesan kebangsaan, juga disampaikan dalam orasinya.
Buku berjudul “Bung Karno Sang Singa Podium” juga memaparkan orasi Bung Karno pada masa pra proklamasi hingga kemerdekaan Republik Indonesia. Pada masa pra proklamasi orasi yang disampaikan Bung Karno berjudul “Indonesia Menggugat”. Bung Karno juga berorasi di masa proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang ditandai dengan adanya proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Tidak hanya itu, orasi Bung Karno juga dilakukan ketika perang kemerdekaan (1945-1950), masa 1950-1958, demokrasi terpimpin, dan setelah 1965.
(baca juga: Sains, Bukan Sekadar Temuan Belaka)
Setiap orasi yang disampaikan Bung Karno dijelaskan secara rinci oleh penulis buku “Bung Karno Sang Singa Podium”. Pilihan kata yang digunakan dalam buku ini mampu membuat pembaca seolah-olah merasakan adanya sosok Bung Karno. Misalnya, pada orasi Bung Karno yang berjudul “Indonesia Menggugat” terdapat pernyataan “Belanda tidak mau tahu dan tidak mau merubah politik penjajahannya dengan tidak menghentikan penjajahannya secara damai. Kemerdekaan harus diperjuangkan dan tidak akan jatuh begitu saja dari langit. Oleh karena itu, kita harus berjuang sekuat tenaga, dan menganjurkan keinsyafan bangsa Indonesia akan pentingnya persatuan bangsa…”.
Kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata, karenanya disetiap kelebihan pasti ada kekurangan. Sama halnya dengan buku yang berjudul “Bung Karno Sang Singa Podium” ini, memiliki cover yang kurang menarik minat pembaca karena sosok Bung Karno tidak digambarkan secara jelas. Keruntutan penceritaan orasi Bung Karno masih belum runtut, karena penyampaian materinya masih berputar-putar. Model huruf yang digunakan kurang pas dengan ukuran mata untuk buku selebar 15 x 23 cm.
Buku ini dapat dibaca oleh semua kalangan, karena dapat menyadarkan serta menumbuhkan semangat untuk terus membangun negeri ini lebih maju. Mahasiswa sastra pun juga dapat belajar bagaimana cara berpidato yang dilakukan Bung Karno di dalam buku ini. Selain menyadarkan remaja, buku berjudul “Bung Karno Sang Singa Podium” ini dapat terus mengingatkan semua kalangan untuk terus menghargai semua perjuangan yang dilakukan oleh Bung Karno dan pahlawan Indonesia lainnya.
Peresensi merupakan siswa kelas XI IPA 1 SMA Nuris Jember.