Aferen-sia

Aferen-sia

Penulis: Achmad Faizal*

Di lembar jarak aku menuliskan rindu dengan pena waktu. Yang tintanya adalah denyut nadi, bergetar setiap mengingatmu. Adakah seraut wajah terlukis di dinding musim yang terus berganti

Kau pembawa cahaya yang terlepas dari kahyangan. Beberapa tempo silam hadir mengais gulita dengan tangan halusmu. Kelembutan yang masyhur, keberanian yang terukur. Adalah gambaran luhurmu yang terlupa oleh kafilah kekinian

Mereka hanya meneladani berdasar kepentingan sesaat. Digiringnya kabar mengelabui sejuta umat, terkesan sesat

(baca juga: Sajak Kopi Kongsi)

Siapa yang kita soraki, memusuhi, bahkan mengafiri. Semudah melempar hasrah birahi pada kalapnya akal diri.

Bukankah kerinduan ini adalah sebentuk kedamaian sufi. Mengutamakan kejernihan hati, akal sehat, dan tuntunan guru yang ahli. Sebab, kita tak lagi mampu menemui Sang Maha Rindu. Berdiskusi apalagi meminta keputusan hakiki. Selain kemauan untuk membuka diri pada sucinya ilmu

Baiklah, biarkan goresan ini menjadi paragraf semampunya. Memuat gelisah-resah di waktu ini, semoga rinduku berbalas syafaat. Meski tak banyak yang dapat mengguratkan isi sajakku. Biarkan ia terbang bersama sayap-sayap keikhlasan. Tentang jarak, waktu, dan kemampuan memahami zaman

Shollu ala sayyidina Muhammad….

Jember, 03 Maret 2019

*Penulis adalah staf pengajar Bahasa dan Sastra Indonesia di MA Unggulan Nuris

Related Post