Penulis: Devita Wulan*
Langkah kaki beradu dengan gemericik air. Tetes demi tetesnya mengayun. Menetes indah dari ubun-ubun. Serentak bergulir membasahi
Aku tak pernah tahu. Mengapa senja di sini begitu indah? Apa mungkin karena gedung-gedung menjulang itu tiada?
(Baca juga: Bidadari Senja)
Aku tak pernah tahu. Mengapa senja di sini terlihat merekah?Apa karena nyanyian kepada sang penguasa berkumandang
Aku tak pernah tahu. Mengapa senja di sini begitu berarti? Seperti lincahnya kaki-kaki mungil melangkah. Sembari bersenandung bersama alam. Mereka bahagia menyambut masa depan.
Penulis adalah alumni SMA Nuris Jember tahun 2011