Mulai Makanan Hingga Tari Tradisional Ditampilkan Pada Festival Pasar Budaya
Pesantren Nuris– Festival Pasar Budaya merupakan agenda tahunan asrama dalem timur (Daltim), digelar pada hari Sabtu tanggal 31 Agustus 2019 di depan halaman Rusunawa. Acara ini dimulai pukul 17.30 hingga 23.30 WIB dengan tema “Semarak HUT RI 74”
Dibuka oleh Nur Laily MJ dan Azza Nur Laila selaku MC, dengan dihadiri seluruh santri putri Daltim dan jajaran asatidzah yang turut bergabung dan memberi apresiasi untuk memeriahkan acara.
Lomba ini dibagi menjadi dua sesi, pertama pembukaan Stand Pasar Budaya, yaktni santri memperkenalkan makanan khas, tempat wisata, sejarah berdirinya daerah masing-masing yang telah ditentukan. Sesi kedua yakni tari daerah, santri diminta untuk menampilkan tarian setelah itu perwakilan anggota mempresentasikan tentang tarian yang dibawakan. Daerah yang ditampilkan tahun ini meliputi:
(Baca juga: Tak Kenal Maka Tak Sayang, Ekstrakurikuler Nuris Kenalkan Anggota Baru Melalui Diklat)
Pertama, Palembang untuk wilayah Mesir dengan makanan khas empek-empek dan tarian Sanggai. Kedua, Kediri untuk wilayah Andalusia, Yaman dengan makanan khas gethuk pisang dan tarian daerah Gemrantang Jati.
Ketiga, Yogyakarta untuk wilayah Madinah bawah dengan makanan khas gudeg, tiwul dan tarian daerah Gambyong. Keempat, Lampung untuk wilayah Madinah atas dengan makanan khas udang tempoyok dan tarian kreasi
Kelima, Jakarta untuk wilayah rusunawa lantai satu dengan makanan khas ketoprak dan tarian ondel-ondel. Keenam, Madura untuk wilayah rusunawa lantai dua dengan makanan khas sate Madura dan tarian Gelleng Soko. Ketujuh, Bali untuk wilayah Rusunawa lantai tiga dengan makanan khas rujak kuah pindang dan tarian Kecak.
Para santri begitu antusias mengikuti setiap tahapan lomba, terbukti mereka menari dengan sangat luwes dan apik. Meski dengan riasan yang sederhana, mereka mampu membuat suasana hidup dan mengena dihati para penonton.
(Baca juga: Dapatkan Tepuk Tangan Meriah, Muhadhoroh Santri Baru Daltim Istimewa)
Adapun tujuan diadakannya lomba ini, pertama supaya santri dapat mengetahui budaya daerah di Indonesia. Meskipun mereka berada di dalam pesantren mereka juga harus tahu tentang budaya-budaya khas Indonesia, kedua untuk melatih kekompakan antar sesama tim dan terakhir santri belajar memasarkan produk dari daerah tersebut.
“Saya senang sekali bisa menjadi salah satu penampil tari dalam acara ini, karena pada dasarnya saya sangat suka menari. Awalnya saya berfikir ketika saya berada di pesantren tidak akan dapat tampil menari lagi, tetapi saya salah karena ternyata di Pesantren Nuris kita bisa menyalurkan bakat apapun yang kita punya, tidak terkecuali seni tari, khususnya tari daerah,” Ungkap Nafi’atul Muhtaroh, salah satu santri asal Banyuwangi.
“Harapan saya dengan adanya lomba ini, para santri terus melestarikan budaya Indonesia yang saat ini mulai terlupakan dan dapat menghargai budaya Indonesia” ujar Qotrun Nada selaku ketua Infokom. [Red/Rintan]