Penulis: Yosni Ayu*
Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui. (Q.S. Al-Baqarah: 268)
***
“Antum harus bergegas hijrah.” Ujar pengemis yang telah menyulap wajahnya dengan lembar-lembar rambut bernama jenggot tersebut. Lalu Mawar seperti tertancap duri dari tubuhnya sendiri.
***
Langkah hati riuh penuh sinar sujud pada sepucuk surga merangkul dalam jiwa raga, lembah merona melukis setapak demi setapak terlahir seorang gadis berselendang hijau ke dunia ini. Ia tinggal di sebuah desa Kemungin dan terlahir dengan keterbatasan fisik naungan sederhana, yang menemani sepanjang hidupnya. Dia begitu mencintai sepucuk surga bersinar demi melihat insan-insan tak berdaya merasakan kebahagiaan yang ia rasakan, sepucuk surga telah menemani Mawar gadis selendang hijau. Walaupun, sepucuk itu sangat berharga bagi gadis berselendang hijau tapi itu dapat mencukupi kebutuhan hidupnya bahkan ia dapat memberikan sepucuk surga.
Sirna hijau menyiru lembah melalui lembah kaki ia menelusuri hamparan bebatuan halus nan mempesona, Mawar keluar dari gubuknya untuk menikmati keindahan alam membentang cakrawala itulah tuhan, ia tampak lelaki compang-comping yang termenung di sisi jalan ia langkahkan kaki lalu menghampiri dengan rasa belas kasih segera ia menyodorkan segenggam koin yang tersedia di sakunya.
(Baca juga: Corak Nusantara)
“ Ini pak terima”. ujar gadis pada lelaki compang camping .
Di kala itu pengemis itu sangat berterima kasih kepada sang kholik atas semua anugerah yang diberikan kepadanya. Gadis murah hati yang lebih memilih hartanya habis untuk melihat bahagia pengemis dari ia hamburkan untuk dirinya. Dengan sepucuk surat ini ia dapat menurnikan pusakanya dari kejamnya jahanam.
Lembah palung mendalam membebaskan batu hitam bersuruh getaran gemuruh, selepas ia memberikan segenggam koin kepada pengemis itu. Ia melangkah kembali menelusuri jalan desa, hati penuh ikhlas meninggalkan pengemis, sendirian setelah mendapatkan anugerah dari tuhan. Betapa indahnya karunia tuhan yang diberikan pada Mawar ia dapat memberikan sepucuk surga buat dia senyuman insan tak berdaya kekuatan untuknya.
Langkah Mawar sudah jauh dari pengemis itu tiba-tiba di waktu yang bersamaan datang seorang pemuda berpenampilan rapi, sopan, dan santun. Tetapi wajah asing ia bukan penduduk desa itu, ia menghampiri seorang pengemis di tempat yang sama seperti tadi. Pemuda itu menyodorkan berjuta daun dan diberikan kepada lelaki compang-camping dengan rasa tambah berseri-seri ia mendapatkan berjuta daun dari pemuda tersebut.
Tak lama setelah mendapatkannya pemuda mengajak si lelaki compang-camping untuk ikut bersamanya ke sebuah rumah mewah di desa sebrang. Pengemis yang tak tahu apa-apa, ia mudah untuk ikut bersama pemuda dengan Avanza putih di dalam hanya ada pengemis dan pemuda itu menuju rumah pemuda itu.
Rasa senang bertambah kali lipat lelaki compang-camping bukan hanya dapat selembar koin tapi mendapat sebuah gubuk mewah megah. “ ini semua untukmu saudaraku”. ujar pemuda kepada lelaki compang-camping. Pada awalnya pengemis itu binggung walaupun ia senang, tapi di sisi lain ia juga heran.
“Tuhan untuk apa ini” gumam hati pengemis.
Awalnya gaya hidup penuh kekurangan seketika berubah menjadi mewah berkat pemuda itu, ia memberikan kehidupan yang penuh dengan kemewahaan. Jalan berbatuan berubah menjadi ribuan keramik halus berhias lentera abadi tapi penuh kegelapan dunia akhirat. Selama pengemis tinggal bersama pemuda dan sanak keluarganya ada sebuah ajaran yang selau menganjurkan untuk menghamburkan semua emas.
Yang dimilikinya untuk insan tak berdaya. Pengemis berubah menjadi saudagar kaya raya ia begitu congkak terhadap orang-orang yang di bawahnya. Dengan penampilan rapi, sopan santun tapi wajah si lelaki itu tetap sama seperti awalnya.
Hari-hari telah berlalu ia lalui di rumah mewah itu, saat itu pemuda itu menggelar acara pesta besar-besaran untuk semua teman dan saudara terdekatnya. Ia mengundang salah satu teman yaitu Mawar yang merupakan teman dekatnya sejak kecil. Mereka berpisah karena perbedaan aliran yang sangat menentang. Undangan diantarkan ke rumah Mawar oleh asistennya dengan berjubah putih berperilaku sopan dan santun.
Sampai di rumah Mawar, ia langgsung mengasih undangan tersebut “ Ini untukmu”. Ujar asisten kepada mawar dengan tanpa pahit asisten langsung pegi. “ Apa ini?” guman mawar dengan rasa penasaran ia buka undang itu. “ Acara besar kami undang untuk acara ini karena anda teman saya” Isi undangan itu. Selepas mawar membaca undangan itu ia langsung kaget sembari gelagat agak takut.
“ Tuhan, siapa orang ini?” bertanya-tanya dalam benak Mawar. Sudahlah siapapun yang mengirim undangan ini yang terpenting seseorang ini telah mengundang Mawar, siapapun yang mengundangnya ia tetap berpegang teguh pada ajaran islam tentang sepucuk surga. Undangan ini, Hari Selasa bertempat di Jalan Melati Indah no 23 di Desa Sebrang. Di sana ada satu rumah mewah yang milik pemuda kaya raya di rumah itu terdapat wajah-wajah asing yang Mawar ketahui. Nah, di sanalah satu penghuni rumah itulah yang mengaku menjadi temannya Mawar sejak kecil. Ia harus tetap berhati-hati dengan seseorang yang berada dirumah itu ia tak pernah keluar rumah sejauh di sebrang desa, yang tak ia kenal seumur hidupnya.
(Baca juga: Percaya???)
***
Mawar menghadiri undangan tersebut. Ia berangkat bersama Sinta teman dekatnya selama di desa. Ia berbaju merah jambu berbalut hijau putih melangkah dengan senang hati. Di acara tersebut, seorang pemuda berjubah biru bersandingan bersama dengan lelaki yang pernah ia jumpai pada beberapa tahun silam. Tapi gayanya sudah berubah drastis berpakai mewah hidup enak, sedangkan Mawar tidak asing dengan wajah saudagar itu.
Dan pemuda yang mengundangnya adalah sahabatnya dulu, raut wajah penuh kaget Mawar tak menyangka kalau ia telah menjadi pemuda kaya, sedangkan lelaki di sampingnya. Ia belum mengenali karena berubah dari penampilan, setelah ia perhatikan lama-kelamaan ternyata lelaki itu adalah seorang pengemis yang dulu ia kasih segenggam koin di saat Mawar berjalan menelusuri jalan desa. Seorang pengemis yang sangat diingatnya berubah drastis ia menjadi lelaki penuh jenggot di sekujur bibirnya.
Kepala Mawar dipenuhi kecemasan demi kecemasan. Sebegitu cepatnya si pengemis yang dulu meminta-minta dan pernah ia beri sedekah. Sekarang ia tumbuh sebagai seorang yang tampak kaya dengan penampilan yang jauh berbeda. Tak hanya jenggot, celana yang sedikit cingkrang juga ucapan-ucapannya yang acapkali menggunakan logat Arab. Mawar tak habis pikir, apa yang sebenarnya terjadi. Sepersekian detik dari pikiran yang dipenuhi kecemasan, lelaki itu menuju tubuh Mawar dengan menebar senyum sembari mengucap salam. Mawar semakin cemas ketika pengemis tersebut melempar sepotong sapaan yang mencengangkan padanya.
“Antum harus bergegas hijrah.” Ujar pengemis yang telah menyulap wajahnya dengan lembar-lembar rambut bernama jenggot tersebut. Lalu Mawar seperti tertancap duri dari tubuhnya sendiri.
Penulis merupakan siswa kelas XI IPA SMA Nuris Jember yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik