Penulis: Rintan Setyo Minarti*
Beberapa waktu lalu, Tim Penjamin Mutu Nuris mengadakan Bedah Buku Antalogi Gandrung Melarung Mendung karya Ayu Novita Sari, seorang alumni Nuris tahun 2019. Nah yuk kita simak suka duka dan perasaan Ayu Novita Sari dalam menulis sebuah buku!
Apa awal mula yang membuat Anda tertarik ke dunia literasi?
Saya tertarik dalam dunia literasi sejak sekolah dasar kelas 6. Awalnya saya tidak langsung membuat cerpen namun saya berlatih dengan membuat kumpulan-kumpulan puisi dahulu kemudian hari demi hari saya tekuni ternyata saya menemukan minat dan bakat saya di dunia literasi ini. Dan saya sadar bahwa dengan literasi saya dapat megetahui wawasan yang lebih.
(Baca juga: M Irfan Maulana: Tanamkan Kedisiplinan dan Rasa Memiliki)
Dari mana Anda mendapat ide menulis novel?
Saya membuat cerpen itu tidak semuanya fakta dalam kehidupan saya namun saya mengkolaborasikannya dengan mitos-mitos kemudian imajinasi dan sastra pesantren. Ada juga yang mengambil dari kisah teman-teman saya waktu di pesantren, pastinya banyak sekali cerita menarik dan pengalaman sangat mendalam yang dirasakan para santri di pesantren. Baik itu susah karena tidak ada kiriman, frustasi karena tidak kerasan, senang karena banyak event menyenangkan. Dari situ kita dapat mengambil gambaran untuk membuat suatu tulisan.
Bagaimana perasaan Anda diadakan acara bedah buku karya Anda di Nuris?
Pastinya sangat bersyukur karena ini adalah hal perdana bagi saya dan merupakan bedah antologi buku tunggal seorang, juga dapat mengapresiasi orang sekitar untuk terus mengembangkan dunia literasi.
Apa saja suka dan duka yang di alami selama menulis buku pertama?
Pastinya banyak sekali rintangan yang di alami karena dibalik sebuah kesuksesan pasti ada kegagalan sebelumnya. Bukan berarti perjalanannya saya berjalan dengan mulus selama membuat karya, banyak lika liku dengan sahabat, dengan orang-orang sekitar juga, bahkan tulisan-tulisan saya banyak yang ditolak oleh penerbit salah satunya cerpen yang berjudul “Sarung Pengubur Mendung”. Sebenarnya ayah saya tidak setuju dengan pilihan saya untuk menulis namun saya berusaha membuktikan dan yakin bahwa saya bisa berhasil dalam bidang ini.
(Baca juga: Terinspirasi Kisah Ibunda Sofina Adwitya Jadi Finalis Ceris)
Menurut Anda, apa kontribusi Anda untuk Nuris?
Kalau ditanya tentang itu saya belum dapat memberi apa-apa untuk Nuris, pasti Nuris yang selalu berkontribusi untuk saya, terimakasih sebanyak banyaknya untuk Nuris. Mungkin dengan saya mengabdi di pesantren ini saya dapat membantu walau tak seberapa.
Apa pesan Anda untuk sahabat santri khususnya yang juga suka menulis?
Untuk sahabat semua jangan terlalu berfikir panjang bagaimana cara menghidupkan dunia literasi sebenarnya literasi itu sudah hidup tinggal bagaimana cara kita untuk mengembangkannya. Kita dapat mulai dari satu kata, lanjut satu kalimat, kemudian satu paragraf dan akan menjadi sebuah karya maka dari itu kita harus banyak berlatih dalam menulis, fokus pada tujuan dan yakin akan ridho orang tua.
Penulis merupakan siswa kelas XI IPA 2 SMA Nuris Jember yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik