Giatkan Literasi Madrasah sebagai Jelmaan Pendidikan Pesantren untuk Kemaslahatan
Pesantren Nuris – Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Jember, Muhammad, menyatakan perlunya santri diberi keleluasaan dalam mendapatkan informasi dan memproduksi. Era digital atau dikenal dengan revolusi industri 4.0 menuntut mereka harus berani meramaikan gelombang informasi yang positif dan moderat.[11/2/2020]
Kesempatan menyampaikan paparan tersebut diutarakan saat acara Diseminasi Hasil Penelitian dan Pengembangan Bidang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi di Hotel Royan, pada hari Selasa, 11 Februari 2020 kemarin.
Dalam agenda penyampaian hasil penelitian yang terbatas tersebut, Kepala Kemenag Kabupaten Jember juga menegaskan bahwa penting bagi pemerintah untuk memberikan bantuan fasilitas yang baik bagi segenap pesantren khususnya yang memiliki lembaga belajar formal.
(baca juga: Agus Iswanto: Jurus 3 N Ampuh Bangun Literasi)
Beberapa pengawas madrasah dan guru-guru dari MA Unggulan Nuris yang turut diundang dalam acara tersebut, saling berdiskusi atas upaya menggalakkan literasi yang komplet bagi siswa di madrasah. Apalagi di acara tersebut dihadiri peneliti dari Balai Litbang Agama Semarang dan Kepala Kemenag Kabupaten Jember.
Sebelumnya, Agus Iswanto, selaku penyaji materi hasil penelitian dari Balai Litbang Agama Semarang, menyampaikan hasil penelitian tentang bagaimana geliat siswa sekaligus santri di MA Unggulan Nuris, model objek penelitian di Jember, dalam proses memproduksi informasi melalui majalah dan media sosial.
“MA Unggulan Nuris, tempat yang kami teliti sudah cukup baik dalam memanfaatkan kemajuan teknologi dan informasi. Ini terbukti dengan adanya Majalah Nuris yang rutin diterbitkan, serta media sosial yang lumayan sering update tulisan seperti di website pesantrennuris.net, instagram, facebook, dan lain-lain.” Ungkap Agus.
(baca juga: Mikul Nduwur Mendhem Njero, Terapkan pada Pembaca Novel Hati Suhita)
Melanjutkan hasil paparan Agus Iswanto, Kepala Kemenag Jember juga menurutkan, “Di era yang memang serba ketergantungan dengan gawai, sebagai tameng siswa di madrasah yang harus dikuatkan ada 2 yakni, moral dan etos kerja.”
Imbuhnya, “Moral adalah karakter, akhlakul karimah yang bisa memfilter atau kemampuan memanfaatkan gawai dengan bijak. Etos kerja itu semangat untuk memproduksi, jadi kita tidak hanya konsumen, tapi juga produsen. Mampu membuat konten yang positif sebagai sarana moderat dan mendukung visi kesatuan berbangsa dan kemaslahatan beragama.”[AF.Red]