Mikul Nduwur Mendhem Njero, Terapkan Pada Pembaca Novel Hati Suhita

Judul Buku      : Hati Suhita
Penulis             : Khilma Anis
Penerbit           : Telaga Aksara Ft Mazaya Media
Tahun Terbit   : Maret 2019
Tebal Buku      : 406 Halaman
Genre              : Fiksi, Romance-Religi
Peresensi        : Handini Fatihatun Nabila
ISBN               : 978-602-51017-4-8

Hati Suhita merupakan sebuah novel yang mengisahkan tentang sebuah pengorbanan dan perjuangan seorang perempuan yang mempunyai nasab kyai. Pasalnya, seorang hafidzah ini sejak kecil telah dijodohkan oleh seorang  putra tunggal kyai besar yang mempunyai pondok pesantren dengan ribuan santri di dalamnya.

Seorang perempuan yang manut saja dengan perkataan orang tuanya ini, akhirnya terperangkap dalam sebuah tanggung jawab besar untuk meneruskan pondok pesantren mertuanya dan menjadi istri dari Gus Birru. Sebagai perempuan hebat, Alina Suhita dapat mengemban dengan baik tanggung jawab sebagai pengasuh pondok pesantren mertuanya tersebut. Tetapi sehebat-hebatnya Alina, rasa cemburu sebagai seorang istri serta kerapuhan hati sebagai perempuan masih mengekang pada lubuk hati yang paling dalam.

(Baca juga: The Lion King Movie Nostalgia Masa Kanak-Kanak)

Dengan arti nama yang hebat. Alina Suhita masih mempunyai kepercayaan diri yang kuat untuk menaklukkan pengabaian dari sang suami, Gus Birru. Sikap dingin yang selalu ditampakkan oleh Gus Birru kepada Alina hanya karena Gus Birru masih belum bisa mencintainya dengan sepenuh hati. Di mata serta hati Gus Birru hanya terdapat satu nama yang terselinap yakni Ratna Rengganis. Masa lalu yang masih ternggiang di angan serta hatinya.

Keterkaitan ajaran-ajaran jawa dalam kehidupan serta cerita-cerita pewayangan menjadi salah satu kekuatan Alina juga dalam menghadapi bahtera rumah tangganya. Ia tetap yakin bahwa dirinya mampu menjadi seorang yang dirindukan oleh Gus Birru nantinya. Meskipun, ia tak dapat menjadi seperti Rengganis yang mampu memahami segala kegiatan sang suami sebagai aktivis. Pada akhirnya, Gus Birru mampu mencintai Alina. Karena beliau sadar bahwa Alina adalah pengabsah wangsanya (Penerus Keturunan) nya kelak.

Dalam novel ini, Khilma Ania juga memberikan pelajaran-pelajaran bagi para pembacanya. Kesabaran seluas samudera menjadi pelajaran utama dalam novel ini. Filsafat-filsafat yang ditulis dalam novel ini juga menjadi pemahaman bagi pembaca tersendiri. Cerita-cerita wayang menambah menarik pembaca dalam menghayati ceritanya. Dalam segi cover, juga cukup menarik pembaca untuk membacanya.

(Baca juga: Sebuah Kado Untuk Para Hafid dan Hafidzah)

Novel ini, juga cukup menarik pembaca di kalangan pesantren serta masyarakat jawa. Namun, untuk masyarakat yang tidak pernah tahu bahasa Jawa, mungkin terlihat begitu asing. Penggambaran tokoh dalam novel tersebut juga terkesan monoton. Mungkin pemberian gambar-gambar ilustrasi akan lebih menambah ketertarikan pembaca dalam mebaca novel ini.

Sinopsis :

“Aku harus tetap berpura-pura harmonis walau perang di dalam batinku berkecambuk setiap detiknya. Aku harus menanggung lukaku sendiri. Tabah mengobati dukaku sendiri karena ini adalah tirakatku. Karena ini adalah jalan menuju kemuliaanku.” Merupakan secuil ungkapan hati Alina Suhita sebagai perempuan yang harus menjalni kisah cintanya yang jauh dari kata bahagia.

Seorang perempuan yang selalu mengamalkan “Mikul ndhuwur mendhem njero” ini akan mulai mengarungi bahtera rumah tanggnya dengan Gus Birru. Suka duka dalam rumah tanggnya hanya ia tumpahkan pada lantunan ayat-ayat Al-Quran yang dilantunkannya. Hanya dengan kasih sayang mertuanya dia bertahan dalam situasi penuh gejolak ini. Ummi –Abah semoga dengan ridhomu kami akan hidup bahagia dalam ikatan penuh sakral ini.

Peresensi merupakan siswa kelas XI IPA SMA Nuris yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik.

Khilma Anis Penulis Novel Hati Suhita Ketika Mengisi Seminar Di Pesantren Nuris Jember
Related Post