Penulis: Dwi Dita Amelia*
Aku sangat merindukannya
Kurindu pelukan hangatnya yang tanpa hingga
Rinduku adalah sejauh himpunan B ke himpunan A
Selama satu lustrum hingga satu millenium lamanya
Aku butuh waktu sebentar saja
Untuk memejamkan kedua mata
Aku mencoba untuk memikirkanmu juga
Keringatmu yang tercurah sia – sia
Jatuh ke tanah khatulistiwa
(Baca juga: Corak Nusantara)
Sepanjang larik jalan yang ditempuhnya
Tak mengenal lelah hingga bertemu senja
Mungkin ayah sedang menunggu pelanggan
Dikala ia hitung uang kembalian
Jari – jarinya mulai memetik buah penghasilan
Beribu kilometer yang ia langkahkan
Meski selembar rupiah yang ia dapatkan
Demi sesuap nasi yang kami butuhkan
Aku kebingungan denganrumus layang – laying
Luas dan keliling yang ayah bimbing dengan sayang
Aku tak ingin menjadi himpunan berlubang
Yang kuingin menjadi elemen semesta yang tak pernah kosong
(Baca juga: Berbagi rindu)
Ia mengernyitkan dahinya
Di saat matahari melotot ke arahnya
Panasnya menyengat menembus ke dalam hatinya
Di saat burung mulai mengalun lagunya
Banyak jarak yang ia tempuh
Mulai dari bidang miring hingga datar, bahkan yang sangat jauh
Kau mengajariku untuk tidak pernah mengeluh
Meski dengan keadaan hati sudah lumpuh
Penulis merupakan siswa kelas VIII MTs Unggulan Nuris yang aktif di ekstrakurikuler penulisan kreatif sastra