Pangeran Diponegoro: Familiar, Karena Keberanian dan Mengatur Peperangan

Penulis: Muhammad Qorib Hamdani*

 “Mereka para pahlawan tangguh yang menjaga kesatuan negara Indonesia, meskipun darah mengalir dalam relung jiwanya, namun ia tetap menegakkan bendera Indonesia di tanggannya dengan kokoh layaknya bangunan. Kau yang berdiri menatap kesejahteraan dan membiarkan kerusakan, pergilah kau tak punya hati untuk Indonesiamu.”

Seorang Pangeran Diponegoro berdiri dengan gedung Sultan Hamengkubowono III dimana dia menjadi raja ketiga di Kesultanan Yogyakarta. Pahlawan dari Kesultanan Yogyakarta ini yang memimpin perang pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta. Nama kecilnya adalah Mustahar, dan ibunya bernama R.A Mangkarawati yang berasal dari Pacitan.

(Baca juga: Al Farabi tokoh muslim filsuf yang bersandang multi talenta dan bahasa)

Kedudukan Pangeran Diponegoro hanya sebagai anak seorang selir, maka dari itu Pangeran Diponegoro menolak keinginan Sultan Hamengkubowono III untuk dijadikan raja, dan juga karena Ibunya bukan permisuri. Tak sempurna apabila lingkungan kebangsawanan tidak dari ibu dan ayah yang mempunyai kedudukan tinggi layaknya permaisuri.

Beliau memilih di Tegalrejo yang berminat pada kehidupan keagamaan dan rakyat jelata. Dulu Tegalrejo adalah tempat tinggal eyang buyut putrinya atau permaisuri dari Sultan HamengkubowonoI, Gusti Kanjeng Tegalrejo.

Pada tahun 1822pemberontakan Dipenogoro ke keratin dimulai ketika kepemimpinan Sultan Hamegkubowono V, sedangkan beliau menjadi salah satu anggota perwalian yang menemani Hamengkubowono. Pangeran Diponegoro tidak menyetujui cara perwalian yang pemerintahannya dipegang oleh Patih Danureja dan Presiden Belanda.

(Baca juga: Habiburrahman el Shirazy tokoh islam menjadi inspirasi pemuda Indonesia)

Salah seorang tokoh ulama dari Surakarta yang bernama Kyai Maja juga ikut bergabung dengan pasukan Diponegoro yang berada di Gua Selarong. Nama asli dari Kyai Maja adalah Mochammad Khalifah yang tidak pernah merasakan mewahnya berkehidupan layaknya bangsawan. Ibu dari Kyai Maja yang bernama R.A Mursilah, saudara perempuan dari Sultan Hamengkubowono III.

Hubungan persaudaraan antara Kyai Maja semakin dekat dengan Diponegoro, ketika Kyai Maja menikai janda Pangeran Mangkubumi yang merupaka paman dari Diponegoro. Selain didukun oleh Kyai Maja, perjuangan Diponegoro pun juga didukung oleh Raden Tumenggung Prawiradigdaya (Bupati dari Gagatan dan Sunan Pakubowono VI. Berkat dukungan dari Kayi Maja, Diponegoro semakin semangat menaklukan para musuh di peperangan tersebut, karena dia memiliki banyak pengikut dari berbagai dukungan tokoh masyrakat dari para pendukung tersebut.

Itulah sekilas history dan biografi dari Pangeran Diponegoro dalam menjalankan hidupnya dan mengatur peperangan yang emnjadikannya familiar di telinga kita karena keberanian dan kepemimpinannya dalam peperangan (pahlawan Indonesia).

Penulis merupakan siswa kelas XI PK MA Unggulan Nuris yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik

Related Post