Penulis: Muhammad Qorib Hamdani*
Seorang muslimah tak pernah kenal lelah untuk mengenakan jilbab untuk menutupi auratnya. Jilbab zaman dulu dan sekarang sangat beda jauh, keterampilan seorang perempuan dalam mengenakan jilbab sekarang sangatlah modis dari pada zaman dahulu, karena zaman dulu tidak mudah untuk mendapatkan kain. tapi sekarang dengan revolusi zaman (milenial) menjadikannya para desain sangat mudah untuk merangka jilbab yang bagus dan nyaman untuk pemakainya.
(Baca juga: Al Farabi: Tokoh muslim filsuf yang bersandang multi-talenta dan bahasa)
Tahukah kalian siapa Sule Yuksel senler? Dia adalah perempuan yang dipenjara karena membela jilbab dan seorang yang terkenal dengan keahlian penanya (jurnalis). Tentang Yuksel adalah anak ketiga dari keluarga dengan enam anak. Ayahnya bernama Hasan Tahsin dan ibunya Mihriban Umran Hanim. Ketika ayahnya Tahsin bekerja di Sumer Factory, ayahnya meninggalkan pekerjaannya dan pindah ke Istanbul bersama anak-anaknya.
Sule Yuksel Senler yang pindah ke Istanbul bersama keluarganya ketika dia masih kecil pergi ke Sekolah Dasar Koca Ragip Pasa dan meninggalkan sekolahnya di pertengahan jalan yaitu ketika dia duduk di bangku menengah yaitu kelas dua. Namun dia tak berhenti disitu saja untuk mewujudkan masa depan yang cerah, akan tetapi dia memulai kesuksesannya dari bekerja dengan seorang penjahit. Ketika ibunya mengalami serangan jantung dan diikat ke tempat tidur, Sule Yuksel pergi dengan pekerjaan rumah tangga untuk menghabiskan waktu luangnya untuk membaca.
(Baca juga: Gus maksum panglima NU majdub)
Dia kemudian mulai menulias cerita pertamanya dan mengirimnya ke majalah “Fan” yang diterbitkan oleh Safa Onal. Selama bertahun-tahun dia berpartisipasi dalam percakapan agama dengan dorongan saudara lelakinya. Dan pada tahun-tahun ini, ia bekerja sebagai penjahitan dan mengikuti majalah mode.
Pada usia ke 21, ia mulai bekerja sebagai jurnalis yang aktif menulis di kolom “Yeni Istanbul”, kolom ini adalah dimana penulis-penulis terkenal muncul. Pada tahun 1950, ia berpartisipasi dalam demonstrasi Siprus dan membaca puisi dari tribun.
Pada saat ini ia diarahkan ke dalam dunia politik dan bergabung dengan partai keadilan, yang didirikan setelah revolusi 27 Mei 1960, dan menjadi Presiden Cabang Pemuda AP Bakiroy, cabang Sastra dan Budaya. Faruk Nafiz Camlibelin “Koran Wanita” mulai menulis kolom. Nama aslinya adalah Yuksel, tetapi semenjak ia mulai menambahkan Kadin Sule Onune di depan namanya, lalu dia terkenal dengan nama Su Sule Yuksel Senler.
Setelah revolusi 1960 penyakit saudaranya Ozer dan kehidupan serta pikirannya mulai berubah, dan sering mengikuti pertemuan keagamaan. Pada tahun 1965 ia mulai mengenakan jilbab, karena ia berpikir bahwa ia tidak pantas dengan penampilannya.
Sumber gambar: haber.sol.org.tr
Penulis merupakan siswa kelas XI PK MA Unggulan Nuris yang aktif di ekstrakurikuler jurnalisti