Penulis: Alivia Nadatul Aisyi*
Pernah bercakap dalam satu situasi
serupa.
Hujan berkata, jodoh adalah sesuatu yang tidak bisa diduga.
Kita pernah mengira saat mendung di pagi hari, maka bulir hujan akan turun.
Tidak, Itu hanya perkiraan, sesungguhnya saat itu hujan hanya mengintip embun,
melihat dari jauh apakah ia baik-baik saja.
Pun terjadi di waktu yang tidak terduga.
Hujan turun saat embun bermain mesra dengan mentari di pagi hari.
Begitulah jodoh, kata hujan.
(Baca juga: Koordinat Tuhan)
Embun, jangan menerka karena kita
tidak punya kuasa.
Tidak perlu terlalu keras berusaha memaksakan Hujan tidak turun, jika saatnya
ia akan mencumbumu juga.
Hujan dan Embun
Pernah bercakap.
Hujan yang lebih dulu menanam benih di bumi, mengalirkan bahagia dan membuat bumi subur.
Belajarlah padaku, katanya.
Embun yang masih mesra bersama dedaunan tidak perlu bersikeras untuk jatuh mengejar rintik yang lebih deras.
(Baca juga: Rindu Ilahi Robbi)
Hujan dan Embun
Adalah serupa Jodoh dan Penantian.
Tidak ada ada yang tahu mana yang menemukan dan ditemukan,
Atau tidak ada yang tahu di bumi mana kemudian dia akan berjumpa kebahagiaan.
Semuanya tidak akan terduga, dan kejutan yang tak terkira selalu romantis dan
manis.
Banyak ilmu tentang sinyal jodoh
kita,
Banyak doa melangit tentang nama bahsa dia yang akan menemani sepanjang masa.
Namun, akhirnya Allah sandingkan dengan yang tidak terduga, dalam waktu yang
tak terduga hitungan manusia.
Selama itu,
Masa yang dipenuhi tanda tanya,
Berusahalah memperbaiki diri,
Ada aritmatika yang tidak mampu dihitung dengan akal manusia.
Allah yang Maha Romantis senantiasa menunjukkan Keagungan-Nya.
Hujan dan Embun
Penulis merupakan alumni MA Unggulan Nuris