Jembatan Pencil, Jembatan Menuju Masa Depan

Judul                           : Jembatan Pencil
Sutradara                     : Hasto Broto
Produser                      : Tyas Abiyoga
Produser Pelaksana     : Rahmat Suardi
Produser Eksekutif     : La Ode Haerun Gowe
Penulis                        : Exan Zen
Pemeran                      : Meriam Bellina, Kevin Julio, Alisia Rininta,  Andi Bersama,  Agung Saga,  Deden Bagaskara,  Roy Turaekha, Didi Mulya, Azka Marzuqi, Angger Bayu, Nayla D. Purnam,  Permata Jingga, dan    Vickram Priyono.
Peresensi                     : Deli Annisa Virca*

Sinopsis

Film ini bercerita tentang kehidupan anak sekolah di daerah pedalaman. Mereka harus berjuang untuk mendapat pendidikan di sebuah sekolah gratis yang dibangun oleh seorang Guru. Cerita berpusat pada Ondeng (Didi Mulya), ia merupakan seorang anak berkebutuhan khusus yang menjalin persahabatan dengan Inal, Nia, Aska, dan Yanti.

Ondeng yang memiliki “keterbelakangan” dan Inal yang tuna netra, mereka harus melewati sebuah jembatan rapuh setiap perjalanan menuju sekolah, ditambah dengan jarak tempuh yang jauh. Namun hal tersebut tidak mematahkan semangat mereka untuk pergi ke sekolah.

(Baca juga: Bedah Buku Kau Aku dan Sepucuk Angpau Merah)

Meski masyarakat setempat banyak yang tidak peduli akan pentingnya pendidikan, Ondeng dan teman-temannya memiliki cita-cita yang sangat mulia. Cita-citanya adalah bisa membangun sebuah jembatan yang layak suapaya temannya dapat pergi ke sekolah dengan mudah.. Setelah perjuangan gigihnya, Ondeng dapat mewujudkan cita-citanya, membangun jembatan baru.

Kelebihan Film

Film ini sangat bagus ditonton oleh semua kalangan, terutama para pelajar. Karena di dalam nya mengajarkan supaya kita semanagt dalam menuntut ilmu. Selain itu film ini menyajikan realitas yang memang benar adanya terjadi di pedalaman-pedalaman Indonesia. Mulai dari sangat sederhananya sarana dan prasarana sekolah, akses dan medan yang sulit,dan lain-lain. Banyak pesan moral yang bisa kita dapatkan. Begitu gigihnya kemauan Ondeng dan kawan-kawan untuk mendapatkan pendidikan dapat menggugah semangat penonton, khususnya pelajar untuk belajar.

(Baca juga: Buku Tentang Cara Jago Bermain Rubik)

Kekurangan Film

Kurang matangnya skenario film Jembatan Pensil membuat beberapa pengambilan gambar terasa seperti sinetron.Sedikit mengecewakan, karena Jembatan Pensil lebih menonjolkan sisi dramanya daripada edukasi. Namun secara keseluruhan sangat bagus untuk ditonton.

Sumber gambar: bjgp-rizal.com

Penulis merupakan siswa kelas XI IPA SMA Nuris Jember yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik

Related Post